Be Your Inspiration

Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts
Showing posts with label PERTANIAN. Show all posts

Friday 9 November 2018

Sulap Sampah Organik Jadi Pakan Ternak dengan Lalat Hitam

Lokasi pengolahan sampah di Lingsar Lombok Barat menggunakan lalat hitam

Pemprov NTB menggandeng mantan Deputi Menteri BUMN, Prof. Agus Pakpahan menyulap sampah organik menjadi pakan ternak. Proyek percontohan dilaksanakan di lahan milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) NTB di Kecamatan Lingsar, Lombok Barat (Lobar).
Ditemui di sela-sela pembukaan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dan training pemuda peduli sampah di Unit Pengolahan Sampah Organik di Lingsar, Lobar, Kamis (8/11/2018), Agus Pakpahan mengatakan, patut disyukuri adanya makhluk tropika yang disebut lalat hitam. Dengan adanya lalat hitam ini, memberikan teknologi bagi kita.
‘’Bukan saja mendapatkan kompos, tapi juga protein, pakan ternak. Sumber pakan ternak itu mahal karena kita impor. Bayangkan, dari sampah bisa menjadi protein. Karena pemanfaatan lalat,’’ katanya.
Dengan adanya bioteknologi dengan memanfaatkan lalat hitam dalam pengolahan sampah. Berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh sampah yang dibuang sembarangan dapat dicegah.
Dengan bantuan ’pasukan lalat hitam (black soldiers fly), bukan hanya mendekomposisi sampah. Tetapi juga menyehatkan. Karena bakteri-bakteri berbahaya dapat dibasmi. Hasil pengolahan sampah menggunakan teknologi lalat hitam ini kemudian dapat dikembangkan untuk pertanian organik.
Di Unit Pengolahan Sampah dengan teknologi pasukan lalat hitam ini, dapat menghasilkan bioteknologi. ‘’Kita di sini menghasilkan bakteri. Langsung saja dilepas, maka dia akan menghasilkan nitrogen dari udara,’’ terangnya.
Ia mengatakan, teknologi pengolahan sampah organik seperti ini dapat dikembangkan berskala rumah tangga dan desa. Tinggal mengorganisasikan pabrik penghasil telur lalat hitam dan penghasil sampah. ‘’Kalau penghasil sampah dan penghasil telur lalat disatukan, jadi tempat pengolahan sampah,’’ ujarnya.
Lalat-lalat hitam yang jadi pengurai sampah organik jadi pakan ternak.
Ia menyebutkan, pengolahan sampah organik menggunakan teknologi lalat hitam ini dapat membuka lapangan pekerjaan. Karena selain menghasikan pupuk kompos, juga menghasilkan pakan ternak.
Dari  kapasitas 4 ton sampah sehari, kata Agus, baru terpenuhi 5 kuintal. Pasokan sampah organik ke unit pengolahan itu masih terkendala pemilahan sampah. Banyak sampah-sampah yang belum dipilah masyarakat.
Terpisah, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, SE, M. Sc mengaku sangat bahagia dengan adanya unit pengolahan sampah organik dengan bantuan lalat hitam tersebut. Menurutnya, persoalan sampah kerap menjadi masalah terutama di kota-kota besar, termasuk NTB.
‘’Dengan kemajuan bioteknologi kita menemukan cara yang sangat baik, tidak menimbulkan efek negatif. Dengan lalat, mampu melahap sampah, untuk kemudian digunakan untuk peternakan,’’ katanya.
Menurut gubernur, teknologi seperti ini perlu digiatkan. Diharapkan apa yang dilakukan provinsi dapat menjadi inspirasi pemerintah kabupaten/kota untuk melakukan hal serupa.
‘’Sehingga masalah sampah tidak lagi momok bagi kita semua. Kalau ini jalan, sukses,  masyarakat akan mudah mengikutinya. Harus dikembangkan, ini harus jadi contoh dulu. Baru dikembangkan di kabupaten, kecamatan, desa sampai rumah tangga,’’ tandasnya. (Muhammad Nasir/Suara NTB)
Share:

Tuesday 26 June 2018

Bank Indonesia Garap Proyek Percontohan Tepung Kelapa di Lombok Utara

Achris Sarwani
Potensi kelapa yang besar di Kabupaten Lombok Utara menjadi peluang bisnis besar bagi pengusaha di sana. Apalagi kelapa bisa diolah menjadi berbagai macam produk dengan nilai ekonomi tinggi. Hal itulah yang mendasari Bank Indonesia Perwakilan NTB berencana membentuk pilot project atau proyek percontohan pengolahan tepung kelapa di KLU.

“Di program ini, BI termasuk menjamin pasar dari olahan proyek ini. Dari hitungan kami, pasarnya sangat besar sekali,” kata Kepala Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani kepada Ekbis NTB, bulan Juni 2018. 

BI nantinya akan membantu dari segi peralatan berupa mesin dan keahlian tenaga kerjanya. Sedangkan untuk pabriknya akan dibangun dan dimiliki oleh Pondok Pesantren Nurul Bayan di Bayan.

Peluang pasar yang besar, kata Achris membuat berapapun hasil produksi disana masih bisa masuk. Pengusaha binaan pun sebelumnya sudah mendapatkan informasi pasar,baik pasar dalam maupun luar negeri, tetapi sekarang juga ditambah dengan yang dikontrak dengan Bank Indonesia.

Achris mengatakan untuk tahun 2018 ini, proyek percontohan ini memang dicanangkan hanya 1 tetapi ternyata masyarakat banyak yang merespon positif. “Saya kemarin bertemu dan ada yang menanyakan apakah proyek itu bisa dikerjakan dengan biaya sendiri tetapi mencontoh pilot project ini, BI mendorong hal seperti itu karena potensi pasarnya besar,” jelasnya. 

Binaan BI pun menerima rencana tersebut dan mau membina mereka tetapi tetap dengan ketentuan bisnis yang disepakati.

Ia sangat mengapresiasi keinginan masyarakat untuk bergabung dalam proyek itu karena binaan BI di KLU mampu membuka peluang pasar. “Sekarang ini, mereka sedang berangkat ke Banten untuk study banding terkait pengolahan tepung kelapa ini,” kata Achris. Perencanaan proyek percontohan ini pun ditargetkan selesai dalam dua bulan ini.

“Kita targetkan implementasinya di bulan Agustus , sehingga di bulan September-Oktober sudah harus jalan,” jelasnya. Apalagi di bulan tersebut, akan diselenggarakan Festival Syariah dan menjadi perkenalan dari proyek ini. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Pertamina Jadi Percontohan Pelestarian Rusa Timor di NTB

Operation Head Pertamina TBBM Ampenan, La Imbo dan Kepala BKSDA NTB, Ari Subiantoro, empat dari kiri dan jajaran serta pemerintah dasa setepat menujukkan simbol pelestarian saat penyerahan tiga ekor rusa timor di TWA Gunung Tunak 
PT. Pertamina menjadi satu-satunya perusahaan penangkar yang menjadi contoh pelestarian rusa timor (cervus timorensis) di NTB. Perusahaan pelat merah ini menyadari betul, bahwa ia harus berkontribusi mempertahankan populasi hewan yang menjadi maskot Provinsi NTB yang rentan punah ini.


Minggu (24/6/2018), Operation Head (OH) Pertamina TBBM Ampenan, La Imbo beserta jajaran, secara sukarela menyerahkan  tiga ekor rusa hasil penangkaran di area TBMM Ampenan. Rusa-rusa ini diserahkan langsung kepada Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi NTB, disaksikan Pemerintah Daerah Kabupaten Lombok Tengah yang diwakili pemerintah desa setempat di TWA Gunung Tunak, Lombok Tengah.

Kepala BKSDA Provinsi NTB, Ari Subiantoro, beserta jajaran, dan pemerintah desa setempat menyambut gembira kepedulian Pertamina terhadap pelestarian rusa timor. Penambahan tiga ekor dari Pertamina ini sekaligus memperkuat keberadaan TWA Gunung Tunak dalam mendukung pelestarian dan pariwisata daerah.

Sejak empat tahun terakhir, Pertamina melakukan penangkaran. Jumlah yang ditangkarkan lebih dari sepuluh ekor.Laporan juga rutin disampaikan ke BKSDA. Untuk mensukseskan penangkaran ini, Pertamina bahkan melibatkan dokter hewan agar rusa-rusa yang ditangkarkan terjamin kesehatannya. Tidak saja rusa, kedepan, Pertamina bersedia mendukung pelestarian alam, baik untuk pelestarian terumbu karang maupun pelestarian penyu dan burung .


“Ini menjadi bagian dari komitmen CSR (Corporate Social Responsibility) Pertamina. Karena dimanapun, Pertamina harus berkontribusi terhadap lingkungan, lebih-lebih di NTB adalah daerah pariwisata,” demikian La Imbo.

Dengan keterlibatan Pertamina melakukan pelestarian ini, sangat diharapkan kesimbangan alam terjaga, sekaligus menjadi nilai jual bagi pariwisata NTB. “Orang datang berwisata akan senang ketika alam kita terjaga, habitatnya terjaga. Pagi-pagi bisa mendengarkan suara burung, atau orang bisa menyaksikan endemik spesial di daerah. Pastinya akan lebih betah. Karena itu kami berkeinginan tetap menjaga kelestariannya,” ujarnya.

Apalagi, rusa adalah maskot daerah ini yang harus dijaga keberadaannya. Kepala BKSDA Provinsi NTB, Ari Subiantoro menyampaikan terimakasih dan apresiasinya. Pertamina menurutnya adalah perusahaan milik pemerintah yang dapat dijadikan percontohan.

Saat ini jumlah populasi rusa timor di NTB tak lebih dari 2.000 ekor. Populasinya menurun drastis dari keadaan sebelum-sebelumnya dengan popuasi mencapai lebih dari seratusan ribu ekor. Perburuan liar dan minimnya kesadaran untuk melestarikan habitatnya menjadi tantangan terbesar menjaga maskot NTB ini tidak punah. Sementara jumlah SDMnya sangat terbatas untuk melakukan pengendalian.

Di NTB terdapat sebanyak hampir 60 jumlah penangkar. Baru Pertamina TBBM Ampenan yang menunaikan kewajibannya untuk mengembalikan sepuluh persen ke alam, dari jumlah populasi yang ditangkarkan. Karena itulah, komitmen Pertamina ini diharapkan diikuti oleh masyarakat atau para penangkar baik perseorangan maupun perusahaan yang telah diberikan izin. (Bulkaino/Ekbis NTB)
Share:

Tuesday 24 April 2018

Gula Semut Kekait Lombok Barat Siap Ekspansi ke Pasar Eropa

Proses pembuatan gula semut di Desa Kekait Kecamatan Gunungsari Lombok Barat
KEBERADAAN pohon aren yang tumbuh subur di Desa Kekait Kecamatan Gunungsari Lombok Barat (Lobar) telah lama dimanfaatkan masyarakat mulai dari batang sampai buahnya. Desa ini dikenal sebagai salah satu sentra pembuatan gula aren terbaik di Lombok, karena melimpahnya bahan baku air nira yang diolah menjadi gula aren. Bentuk gula aren yang dulunya hanya berupa gula batok atau gula bumbung sejak beberapa tahun terakhir mulai dilakukan inovasi menjadi gula semut yang bernilai ekonomi tinggi.



“Kalau pembuatan gula yang biasa dijual di pasaran itu memang sudah lama, tetapi produksi gula semut itu baru dilakukan sejak tahun 2009 silam,” cerita H. Mustaan, salah satu produsen gula semut Bukit Tuan sekaligus pengepul gula merah di Kekait kepada Ekbis NTB, Sabtu (21/4/2018).

Ia menjelaskan di desanya ada hampir 300-an orang yang menggantungkan hidupnya dari membuat gula merah berbagai bentuk dan hampir 114 orang yang sekarang ini dibinanya menjadi pembuat gula semut. Makanya tidak heran Desa Kekait dikenal sebagai Desa Aren yang termasyhur sejak dulu, karena potensi aren yang melimpah.



Mustaan menjelaskan, proses pembuatan gula semut lebih sulit dibandingkan membuat gula batok maupun gula bumbung, karena prosesnya yang lama. “Gula semut tidak bisa dibuat dari gula batok atau bumbung yang dihancurkan lalu diubah menjadi gula semut karena pasti rasanya berbeda,” terangnya.

Air nira yang diperoleh dari petani sebelumnya harus langsung diproses menjadi gula karena rasa dan kualitas gula sangat tergantung pada kesegaran bahan baku. Tapi tidak serta merta langsung berubah menjadi gula semut, karena proses pengadukannya membutuhkan waktu yang cukup lama.

“Untuk bisa menjadi gula semut dibutuhkan waktu sampai 7-8 jam untuk mengaduknya baru bisa jadi,karena air niranya disaring terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran yang mungkin ikut” jelas Mustaan.



Proses pembuatan gula semut, imbuhnya, sudah dilakukan secara semi-modern tetapi masih dengan sentuhan tradisional. Dalam sehari, satu pembuat gula semut bisa menghabiskan 20 liter air nira yang menghasilkan 3 kg gula. Makanya pemasaran gula semut dan gula aren ini tetap lancar setiap hari terutama menjelang bulan puasa seperti sekarang ini.
Gula semut produksi khas Kekait Lombok Barat
Permintaan menjelang puasa, kata Mustaan, meningkat drastis karena kebutuhan masyarakat yang bertambah akan stok gula merah. “Gula semut ini juga menjadi favorit masyarakat karena mereka sudah tahu manfaatnya bagi kesehatan dan bagi pembuat gula, itu menguntungkan karena harganya lebih mahal,” ceritanya.

Ia membandingkan harga gula merah batok atau bumbung yang hanya dihargai Rp 45 ribu untuk ukuran 1,5 kg, sedangkan gula semut dihargai Rp 40 ribu/kg-nya. Apalagi potensi pasarnya sangat terbuka, dimana dirinya baru-baru ini mendapat tawaran untuk mengekspor gula semut untuk pasaran Eropa.

Mustaan menceritakan tawaran itu bermula dari dirinya mengikuti pameran dari Kementerian PDT di Malaysia dan menarik minat pengusaha dari Swiss yang tertarik akan produk gula semutnya. “Mereka tertarik akan produk gula semut ini, karena memang di sana sedang tren untuk konsumsi gula semut ini,” akunya.

Pengusaha tersebut meminta jumlah pengiriman gula semut yang cukup banyak mencapai 5 kontainer tetapi ditolaknya karena dirasa terlalu banyak sebab produksi belum mencapai nilai tersebut. “Dari hitung-hitungan saya, kalau semua pembuat gula semut mampu menghasilkan 3 kg/hari di NTB khususnya Lombok, hanya mampu produksi 2 kontainer atau 40 ton saja,” jelas Mustaan.

Pihaknya sudah menemukan kesepakatan untuk melakukan ekspor dengan jumlah segitu dan sebenarnya dirinya diminta mulai mengirim di bulan-bulan ini. Tetapi karena berbagai pertimbangan terutama pasar lokal yang sedang butuh, pengiriman ditunda sampai akhir puasa nanti.

Oleh karena itu, sekarang ini pihaknya sedang berupaya untuk mengajak pembuat gula semut yang berada di semua kabupaten di Lombok untuk bekerjasama memenuhi permintaan tersebut. “Saya juga sudah meminta bantuan dinas terkait untuk mengumpulkan pembuat gula merah agar lebih terintegrasi,” kata Mustaan.

Dirinya juga sudah mulai mengurus persyaratan ke Dinas Perdagangan untuk penerbitan SKA ekpor gula semut ini jika jadi. Karena dirinya memang ingin mengangkat nama daerah bahwa produk gula merah NTB tidak kalah saing dengan daerah lainnya. “”Setidaknya kalau ini jalan, banyak lapangan pekerjaan yang akan tercipta karena ini memang sangat memberdayakan masyarakat pedesaan,” sebutnya. (Uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

Monday 11 December 2017

Semaraknya Lomba Cipta Menu Lokal NTB di Inspiratif Expo 2017

Wagub NTB H. Muh. Amin bersama pimpinan OPD lingkup Pemprov NTB meninjau salah satu stan Lomba Cipta Menu dengan Kreasi dan Inovasi Tim Penggerak PKK 10 kabupaten/kota di NTB, Minggu (10/12/2017)
KEGIATAN Inspiratif Expo, Minggu (10/12/2017) semakin semarak dengan adanya Lomba Cipta Menu dengan Kreasi dan Inovasi Tim Penggerak PKK 10 kabupaten/kota di NTB. Mengusung tema menggerakkan generasi muda dalam membangun pertanian menuju Indonesia lumbung pangan dunia, Dinas Ketahanan Pangan (DKP) NTB menyelenggarakan lomba cipta menu dan menghadirkan penganan lokal dalam memperingati Hari Pangan Sedunia yang ke 37.

Penganan  lokal dalam lomba cipta menu ini dikreasikan dengan apik dan tentunya panitia pelaksana mematok standar pangan dengan komposisi Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman (B2SA).
Penganan yang disajikan ini memiliki komposisi seimbang dan dapat  dikonsumsi oleh berbagai kalangan. "Standar penilaian panganan lokal yang disajikan haruslah sesuai dengan B2SA dan dapat dikonsumsi oleh anak-anak, dewasa dan lansia," ungkap Kepala DKP NTB Ir. Hj. Budi Septiani
Kepala Dinas Ketahanan Pangan NTB Hj. Budi Septiani memberikan sambutan pada Hari Pangan Sedunia Tahun 2017 di Panggung Inspiratif Expo, Minggu (10/12/2017)
Menurutnya, mempertahankan eksistensi penganan lokal dalam dunia kuliner dengan standar B2SA merupakan kiat dari DKP NTB membawa penganan lokal semakin dikenal publik. Menggerakkan generasi muda dalam memviralkan pertanian dan panganan lokal penting dilakukan. Oleh karenanya pada Hari Pangan Sedunia, generasi muda dilibatkan sebagai penggerak pertanian dan pangan Indonesia dan NTB khususnya.

"Penting halnya generasi muda kita dapat berperan aktif dalam kaitannya dengan pangan ini, dengan slogan B2SA. generasi muda dapat mengkonsumi makanan yang beragam, yang tentunya memiliki gizi yang seimbang dan aman dari kandungan zat kimia berbahaya," imbuhnya.

Setiap peserta lomba cipta menu menyediakan berbagai pangan yang dapat dikonsumsi berbagai kalangan dalam hidangan untuk sarapan, makan siang dan makan malam.

Dari 10 tim penggerak PKK dalam lomba cipta menu, Kabupaten Sumbawa berhasil meraih juara pertama dengan panganan khas Sumbawa yang berdasarkan pada standar B2SA. Disusul oleh  Kabupaten Bima sebagai runner up dan Kabupaten Lombok Barat di urutan ketiga. Pada event ini setiap kabupaten/kota memperkenalkan makanan khas masing-masing daerah.

Kehadiran penganan lokal di Inspiratif Expo selain dalam lomba cipta menu , panganan lokal juga turut dikenalkan kepada publik melalui stand yang disediakan Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik NTB dalam even inspiratif Expo.

Stan inspiratif Expo menyediakan meja kuliner. pekan ke 16 Inspiratif Expo kali ini penganan lokal merajalela. Dari setiap penjuru daerah NTB menawarkan makanan lokal yang dikemas dengan kemasan yang menarik. Jenis makanan pun beragam dari camilan, lauk dan berbagai minuman. (Diskominfotik NTB)
Share:

Tuesday 21 November 2017

Nikmati Pangan yang Aman Lewat Germas Sapa

Kepala Dinas Kominfotik NTB Drs. Tri Budiprayitno, Kepala Dikes NTB Nurhandini Eka Dewi, Kepala BBPOM Mataram Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Hj. Budi Septiani melepas balon sebagai tanda pencanangan Gerakan Masyarakat "Sadar Pangan Aman" (Germas Sapa). 

Pangan yang aman adalah faktor penting untuk membentuk sumberdaya manusia berkualitas. Mewujudkan pangan aman adalah tanggungjawab bersama baik pemerintah, pelaku usaha maupun masyarakat.

Itu ditegaskan Kepala Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Provinsi Nusa Tenggara Barat, Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih. “BPOM  menginisiasi menggerakkan semua potensi yang ada pada kegiatan Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman (Germas Sapa) untuk meningkatkan kesadaran tentang pangan aman,” ujarnya di pekan ke 23, Minggu, (19/11/2017) pada acara Inspiratif Expo Diskominfotik NTB.

Acara Gerakan Masyarakat "Sadar Pangan Aman" (Germas Sapa) mengangkat tema Dengan Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman Kita Wujudkan Indonesia Yang Sehat. Sadar Pangan Aman (Germas Sapa)merupakan wujud dari aman dari cemaran mikroba, aman dari cematan kimia maupun aman dari cemaran fisik.

“Germas Sapa adalah gerakan yang mendukung kegiatan Germas (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) yang telah berjalan selama ini, Germas Sapa melibatkan semua sektor terkait dengan permasalahan pangan dan memiliki dampak yang sangat buruk apabila tidak di tangani secara komprehensif,” Kata Kepala BBPOM Mataram NTB.

“Kami ingin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pangan yang aman melalui budaya keaman pangan meningkatkan sinegiritas pemerintah, pelaku usaha dan masyarakat di dalam gerakan masyarakat sadar pangan aman meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,” katanya.

Sementara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat, dr.Nurhandini  Eka Dewi, Sp.A. mencanangkan secara resmi Acara Gerakan Masyarakat "Sadar Pangan Aman" (Germas Sapa) mengangkat tema Dengan Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman Kita Wujudkan Indonesia Yang Sehat.

"Masalah keamanan pangan perlu diperkenalkan dengan pendekatan dan pemberdayaan yang inovatif. Germas sapa adalah salah satu usaha Balai Besar POM untuk mewujudkan hal itu,"  ujar dr. Nurhandini  Eka Dewi, Sp.A.

Disaksikan Peserta Germas Sapa dari OPD terkait di kota Mataram, Anggota Pramuka, Siswa-siswi SMA dan perwakilan desa pangan aman dan pasar aman.

Kepala Dinas Kominfotik NTB Drs. Tri Budiprayitno, Kepala Dikes NTB Nurhandini Eka Dewi, Kepala BBPOM Mataram Ni Gusti Ayu Nengah Suarningsih, Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi NTB Hj. Budi Septiani secara simbolik melepas balon bentuk pencanangan Germas Sapa di NTB. [Marham]





Share:

Thursday 25 May 2017

DUKUNG SEMBALUN SEBAGAI SENTRA BAWANG NASIONAL, BUMN SERAHKAN CSR Rp 2,49 Miliar,


Pembagian CSR yang dilakukan jajaran BUMN dihadiri Menteri BUMN, Menteri Pertanian dan Menteri Desa PDT dan Transmigrasi di Sembalun Lombok Timur, Rabu (24/5/2017)
Dalam rangka membangun kejayaan Sembalun sebagai salah satu sentra bawang di Indonesia, Menteri BUMN Rini M. Soemarno bersinergi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan Menteri  Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo, melakukan kunjungan kerja ke Sembalun, Lombok Timur (Rabu, 24/5/2017).

Dalam kunjungan tersebut, Kementerian BUMN menyerahkan bantuan CSR sebesar Rp 2,49 miliar.
Wakil Gubernur NTB, H.Muh Amin, SH.M.Si menyambut kunjungan ketiga menteri di Desa Sembalun Lawang, tepatnya di halaman kantor camat  Sembalun, Lombok Timur, lokasi pendaratan helikopter yang ditumpangi oleh Ketiga menteri.
Dari lokasi ini ketiga menteri didampingi Wagub NTB dan Wakil  Bupati Lombok Timur menuju Dusun Lebak Daya Desa Sembalun Lawang untuk melakukan penanaman bawang putih bersama sama petani bawang setempat.

Menteri  Rini M. Soemarno mengatakan, Lombok Timur khususnya daerah Sembalun, memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan menjadi sentra bawang putih. Namun dewasa ini potensi Sembalun tersebut tertutup oleh berubahnya fungsi lahan pertanian dari bawang putih ke komoditas yang dianggap lebih menjanjikan oleh masyarakat setempat.

“Saat ini tingkat konsumsi bawang putih kita mencapai sekitar 400.000 ton per tahun. Dengan luas lahan pertanian bawang putih saat ini seluas 2.563 ha, produksi bawang putih kita baru 20.295 ton per tahun. Dengan demikian kapasitas produksi bawang putih dalam negeri belum mengimbangi tingkat konsumsi masyarakat. Untuk itulah Kementerian BUMN bersinergi dengan Kementerian Pertanian, dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dalam rangka mendorong dan membangun kejayaan Sembalun menjadi sentra bawang putih nasional,” terang Rini.

Dalam kunjungan kerja tersebut BUMN berkomitmen untuk menyalurkan sejumlah bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) BUMN Hadir Untuk Negeri. Sejumlah BUMN antara lain Bank Mandiri, BNI, BRI, BTN, Pupuk Indonesia, Angkasa Pura II, Sang Hyang Seri, Bulog dan Pertani pada acara itu menyerahkan  bantuan CSR senilai lebih dari Rp2,49 miliar kepada masyarakat Sembalun.

“BUMN siap  memberikan dukungan bagi para petani untuk semangat mengembangkan lagi bawang putih. BUMN akan berikan Kartu Tani dan Kredit Usaha Rakyat meningkatkan produksi. Dari sisi pemasaran, Bulog juga akan menyerap hasil produksi sehingga petani mendapatkan keuntungan yang cukup. Jadi kami berharap bantuan ini dapat meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat petani bawang di sini. Dengan demikian Sembalun dapat tampil menjadi sentra bawang putih di Indonesia,” ujar Rini.

Share:

Menteri BUMN, Menteri Desa PDT dan Transmigrasi dan Menteri Pertanian Tanam Bawang Putih di Sembalun


Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertanian Andy Amran Sulaiman, Menteri Desa, PDT dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo. Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin menanam bawang putih di Sembalun Lombok Timur

Sembalun, kawasan Gunung Rinjani Kabupaten Lombok Timur akan dijadikan lumbung penyangga produksi bawang putih nasional. Hal ini ditegaskan Menteri Pertanian RI, Andy Amran bersama Menteri BUMN, Rini Soemarno, dan Menteri PDT & Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo didampingi  Wakil Gubernur NTB, H.Muh. Amin, SH. M.Si dan Wakil Bupati Lombok Timur, saat melakukan penanaman bawang putih bersama di Dusun Lebak Daye  Desa Sembalun Lawang, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, Rabu, 25/5/2017.

"Tiga menteri sekaligus datang ke sini menunjukkan komitmen pemerintah terhadap Sembalun ini," tegas Mentan yang melanjutkan perjalanan dari  Lombok International Airport (LIA) menuju Sembalun mengunakan helikopter.

Sembalun ditetapkan sebagai lumbung bawang putih nasional cukup beralasan bagi pemerintah pusat, Sembalun memiliki  4000 hektar lahan potensial. Sedangkan saat ini, sebanyak 300 ha lahan akan digunakan untuk menanam bawang putih. Selain bawang putih, berbagai tanaman holtikultura juga dikembangkan di daerah ini.

Sembalun juga menjadi destinasi wisata. Dengan perpaduan pertanian dan pariwisata, maka Sembalun menjadi destinasi andalan NTB sekaligus menjadi sentra dan penyokong pertanian nasional. Kedua potensi tersebut dapat mendorong kesejahteraan masyarakat NTB, khususnya di Lombok Timur.

Kegiatan yang mengusung tema Bersama Membangun Kejayaan Sembalun tersebut menjadi komitmen pemerintah, dengan memberikan dukungan peralatan pertanian berupa kultivator, traktor, KUR dan kartu tani.
Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri Pertanian, Menteri Desa PDT dan Transmigrasi, Wagub NTB H. Muh,. Amin saat menanam bawang putih di Sembalun, Rabu (24/5/2017)
Selain itu, Mentan menargetkan dalam waktu dua tahun, swasembada bawang putih dapat tercapai. Namun, Mentan menyampaikan beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu membangun embung dan pemanfaatan lahan selama ini belum dilakukan secara optimal.

"Kami targetkan 10.000 hektar di Sembalun ini untuk tanaman bawang putih. Kalau ini tercapai, maka stok bawang putih nasional akan aman," ungkapnya di hadapan ratusan masyarakat Sembalun.
Dengan pencapaian Terget tersebut menurut Mentan, tidak akan ada impor bawang putih, bahkan yang ada Indonesia akan mengexport komoditas tersebut.

Sementara itu, Menteri BUMN dan PDT berkomitmen menjadikan Lombok Timur sebagai daerah zero miskin. Artinya, dengan pemberdayaan lahan pertanian dan pariwisata, maka akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Wagub NTB, H. Muh. Amin, SH. M.Si yang mendampingi para menteri menyampaikan kunjungannya tersebut akan memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi. Ini  membanggakan dan sejarah bagi masyarakat

Sembalun menyimpan berbagai kekayaan dan potensi, khususnya bagi holtikultura. Rinjani menjadi tempat wisata. Kunjungan wisatawan 3,5 juta. Berbagai infrastruktur sangat dibutuhkan, seperti dam dan bendungannya untuk mendukung produksi pertanian dan mendukung pengambilan nasional. 2017 merupakan tahun akslerasi. Potensi lahan di NTB masih luas untuk pengembangan hortikultura dan komoditas lainnya. (Humas Setda NTB)



Share:

Wednesday 31 August 2016

Nasib Petani di Kaki Rinjani, Angkut Barang Bermodal Gerobak Gantung

Gerobak gantung saat menyeberangi Sungai Torean Desa Loloan Bayan Lombok Utara

Menjadi petani bukanlah mimpi setiap orang. Apalagi bagi mereka yang tinggal di bawah kaki Gunung Rinjani. Apa-apa serba sulit. Menjual komoditas hasil tani juga sulit. Bagaimana sebenarnya lika - liku petani pelosok KLU di zaman - yang kata orang, sudah serba canggih ini?
USIA 71 tahun kemerdekaan bangsa ini belum dinikmati sepenuhnya oleh kaum terpencil. Mereka yang hidup di pedalaman, jauh dari hiruk pikuk modernitas, hanya bisa menjalani rutinitas dengan sumber daya seadanya.
Kondisi ini dialami pula oleh petani Dusun Torean, Desa Loloan, Kecamatan Bayan. Lahan garapan tadah hujan dan berada di lereng perbukitan, terpaksa dikelola hanya untuk bertahan hidup. Mereka menghasilkan jagung, padi, pisang, kemiri, lebui, dan aneka biji-bijian untuk lauk. Jagung yang dikonsumsi masyarakat kota saat ini, mungkin jiga berasal dari sana.
Areal garapan petani berada di satu kawasan perbukitan bernama Montong Pulet. Luasnya sekitar 80-an hektar. Kawasan ini terpisah dari perkampungan warga, dengan dipisah oleh aliran anak sungai Gunung Rinjani. Lebar sungai sekitar 135 meter dan kedalaman 120 meter. Di bawahnya tertata bebatuan cadas. Pada musim hujan, mengalir sungai yang arusnya deras. Pada situasi itu, warga membuat jembatan kayu atau bambu seadanya untuk bisa melintas. Karena tidak hanya warga yang bertani yang kesulitan akses, tetapi juga anak-anak sekolah. Siswa pelajar calon pemimpin bangsa ini terpaksa mengikuti orang tua tinggal di huma, demi membantu orang tua bekerja sepulang sekolah.
Sejak puluhan tahun lalu, masyarakat Torean menggarap lahan ini dengan cara swadaya. Tiap KK mempunyai lahan garapan antara 1 hektar (ha) sampai 3 ha. Sejak mengolah lahan, menanam, merawat, panen sampai pengolahan pascapanen, mereka kelola sendiri, dengan dana sendiri, dan tanpa bantuan pemerintah. Sekali lagi, mereka tak pernah dapat bantuan pemerintah. Entah yang namanya Upsus Padi, Jagung, Kedelai, mereka juga tidak tahu.
Salah satu petani, Jumarip mengaku menyambut musim tanam jagung, petani Torean bergerilya ke petani Bangket Bayan membeli (tepatnya berhutang) bibit jagung. Tiap kilo dibeli seharga Rp 10 ribu. Satu orang bisa menghabiskan paling minim Rp 400 ribu. Namun siapa kira, uang untuk membeli bibit justru dipinjam dari pengepul.Utang ini nantinya diganti saat hasil panen dijual kepada pengepul tadi. Konsekuensinya, mereka seolah terikat dengan "permainan" harga si tengkulak. Seperti saat ini, harga jual beli jagung cuma Rp 3 ribu per kg.
"Harus kami akui, biaya kami lebih banyak dari pengepul. Bibit jagung atau padi kami utang, karena tidak pernah dapat bibit bantuan pemerintah. Pupuk juga kami beli sendiri, itu semua kami bayar setelah panen," ujar Jumarip, Sabtu (27/8/2016).
 
Tampak petani menurunkan barang atau komoditas pertanian dari gerobak gantung di Dusun Torean Desa Loloan Bayang Lombok Utara
Sejak proses produksi hingga panen, masyarakat ditempa hambatan demi hambatan. Klimaks hambatan ada dua. Saat mengangkut pupuk ke lokasi garapan dan pengangkutan hasil panen. Bayangkan, menyusur Sungai Montong Pulet, masyarakat harus berjalan kaki berkilo-kilo meter. Medan yang dilalui bukan jalan aspal yang dilalui Toyota Camry atau Toyota Alphard macam mobil dinas pejabat. Tetapi jalan setapak, berkerikil, dan licin saat hujan, dan menyusuri lereng dengan kemiringan ekstrem.
"Sebelum ada gerobak gantung ini, kami terpaksa membayar ongkos buruh angkut pupuk, biayanya Rp 50 ribu per sak," sebut Jumarip.
Tak hanya pupuk. Masyarakat juga membayar ongkos angkut hasil panen. Perhitungannya, dari lokasi garapan ke titik penjemputan di lereng Montong Pulet biayanya Rp 20 ribu per rit, karena menggunakan ojek sepeda motor. Lalu dari titik penjemputan melintas anak sungai ke rumah warga minimal Rp 50 ribu. Jika ditotal, ongkos angkut per kwintal bisa mencapai Rp 70 - 80 ribu. Belum termasuk ongkos buruh pupuk, menanam, hingga merawat. Bisa dibayangkan berapa keuntungan petani per kuintal jika harga beli tengkulak Rp 300 ribu per kuintal.
"Yang membuat kami sangat terdesak sekali saat musim pemumpukan. Karena harus dipupuk tepat waktu, masyarakat terpaksa memutar otak karena harus mengangkut sampai 12 karung," katanya.
Dari sinilah muncul ide, bagaimana mendesain jalan lintas menyeberang Sungai Montong Pulet yang dalamnya 100 meter lebih. Munculnya gerobak gantung adalah ide seorang Sundawati, Sekretaris Desa Desa Loloan. Satu ketika di tahun 2009, sebelum ia dipindah ke Desa Sambik Elen. Ia terlibat dengan tim survei desa untuk menemukan mata air. Dalam perjalanan survei, ia menyaksikan salah seorang petani Torean mengangkut pupuk. Petani tersebut memangku 50 kg pupuk menyusur medan yang sangat ekstrem. Tergelincir sedikit saja, jatuhnya ke jurang.
"Saya lihat petani itu berhenti, istirahat tiap 10 sampai 15 meter. Saya jadi berpikir dan mengajak masyarakat untuk membuat gerobak gantung ini," kata Sundawati.
Tahun 2010 ia dipindah ke Sambik Elen dan di tahun 2014 ia kembali lagi ke Loloan menjabat Sekdes. Sekembalinya ini, Sundawati merealisasikan idenya itu. Setelah musyawarah dan mufakat dengan warga, pembiayaan gerobak gantung lantas dianggarkan pada APBDes - ADD 2015. Dananya hanya Rp 21 juta. Tak ada upah dalam pengerjaannya, karena warga rela gotong -royong.
Sekilas konstruksinya, rada-rada aman tapi mengkhawatirkan untuk jangka panjang. Di kedua sisi tebing Sungai Montong Pulet dibuat jangkar beton. Jangkar ini merupakan titik angkut karungan komoditas. Di bagian atasnya, terpasang roda-roda yang berfungsi untuk memutar tali baja (slink). Besarnya kira-kira setara tali baja milik PLN. Tali baja ini dipasang dua buah, sekaligus sebagai pegangan gerobak yang digantung. Dibagian bawah, juga dipasang seutas tali nilon. Fungsinya untuk menarik gerobak dari tepi manakala gerobak berisi beban tidak bisa berjalan sendiri.
"Saat merancang ide ini, kami tidak sempat berpikir untuk konsultasi dengan dinas, karena terdesak dengan kebutuhan. Tapi sebagai antisipasi, kami hanya membolehkan barang yang boleh diangkut," katanya.
 Sebagai catatan, warga tidak hanya mengangkut jagung dengan gerobak ini, tapi juga sepeda motor. Warga membongkar bodi sepeda motor lebih dulu, lalu diangkut satu per satu disesuaikan dengan beban angkut gerobak. Di lokasi garapan, sepeda motor ini dirakit kembali. Motor-motor ini dimanfaatkan sebagai sarana ojek angkut hasil bumi. Di lokasi garapan, sudah terangkut 20-an motor. Beberapa sudah ditarik ke kampung, karena aktivitas garapan mulai kurang.
Gerobak gantung ini mulai difungsikan akhir 2015 lalu. Saat ini, masyarakat sudah sangat merasakan besar manfaatnya. Sebagian besar hasil panen melintas dengan mulus melewati anak sungai. Tapi yang membuat warga cemas, berapa lama sejatinya peralatan sederhana ini akan mampu bertahan. Jangan sampai, saat dibutuhkan malah rusak dan menghambat aktivitas warga.
Bermalam di lokasi penjemputan barang biasa dilakukan petani. Sedikitnya 60 orang petani keluar, tapi mereka harus mengantre. Karena kereta gantung maksimal bisa menampung 2 sak jagung. Tiap sak bisa berbobot 75 - 80 kg. Secara total, panen jagung petani Torean berkisar 700 - 800 ton, dengan asumsi produksi rata-rata 7 ton, hingga maksismal 10 ton.
Sebagai perancang kebijakan di tingkat desa, Sundawati bersama Kepala Desa Loloan, lantas memikirkan kendala pendanaan petani. Kini, petani setempat sudah disiapkan layanan pinjaman melalui BUMDes LKM Desa Loloan. Tiap pinjaman petani dikenakan bunga 1,5 persen dan dibayar saat panen.
Namun persoalan petani Torean belum selesai. Mereka berharap, akan datang bantuan pemerintah untuk bibit, pupuk, dan mesin pipil. Demikian juga konstruksi gerobak gantung, mereka minta untuk dibantu guna memperoleh jaminan rasa aman selama pemanfaatannya.
Tokoh Desa Loloan, yang juga Anggota Komisi III DPRD KLU, Kardi, A.Ma., mengakui kerja keras petani di desanya belum terjamah kemudahan dan akses yang disiapkan pemerintah. Perbankan tak pernah masuk, apalagi akses lain.
Ia meminta SKPD terkait melihat petani Torean lebih dekat lagi. Mengingat selama ini, petani tak pernah dibantu program. Upaya petani selama ini kata dia, harusnya mendapat penghargaan dari pemerintah. Mengingat dengan karakter dan budaya yang ada, mereka tidak pernah menuntut bantuan. (Johari)
Share:

Monday 22 August 2016

Tiga Kabupaten di NTB Ditetapkan sebagai Lumbung Pangan Jagung Nasional

Mentan Andi Amran Sulaiman didampingi Wagub NTB H. Muh. Amin, Bupati Sumbawa, Husni Djibril, Bupati Bima Indah Dhamayanti Putri saat panen jagung di Utan Sumbawa.

MENTERI Pertanian Andi Amran Sulaiman menetapkan tiga kabupaten sebagai lumbung pangan jagung nasional. Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Sumbawa, Kabupaten Bima dan Dompu.
Penetapan tiga kabupaten ini disampaikan Mentan Andi Amran Sulaiman saat Panen Raya Jagung di Desa Tanga Kecamatan Utan Sumbawa, Sabtu (20/8/2016). Hadir juga saat itu Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH, M.Si, Bupati Sumbawa H. Husni Jibril, Bupati Bima Hj. Indah Dhamayanti Putri serta kelompok tani se Kabupaten Sumbawa
Pada kesempatan ini, mentan menyampaikan, jika jagung petani akan diserap seluruhnya oleh Bulog dengan harga Rp 3.100/kg, harga ini telah ditetapkan melalui kepres dan telah ditandatangani oleh presiden. “Saya berjanji tidak ada impor jagung lagi di Indonesia. Kami tutup keran impor, harga dijamin oleh pemerintah, Rp. 3150 /kg,”  janji mentan.
Mentan juga menjelaskan sesuai data BPS, pertanian menyumbang peningkatan ekonomi tertinggi di Indonesia, produksi padi tahun 2015 tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Indeks ketahanan pangan Indonesia tertinggi di dunia
Di akhir pengarahannya, mentan mengajak para petani untuk serius bekerja untuk meningkatkan produksi.
Pada kesempatan yang sama, Kementerian Pertanian juga memberikan bantuan pompa air untuk petani Kabupaten Sumbawa sebanyak 50 unit, Kabupaten Bima 50 unit dan Kabupaten Sumbawa Barat (KSB) 5 unit.
Sementara itu, Wakil Gubernur H. Muh. Amin, SH, MSi, menyampaikan terima kasih kepada Menteri Pertanian yang banyak memberikan bantuan kepada NTB. Target NTB adalah 400 ribu hektar jagung. ‘’Dengan menanam jagung kami mengharapkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat NTB,” harapnya.
Bupati Sumbawa H. M. Husni Djibril mengaku bangga menerima kunjungan kerja kali kedua Menteri Pertanian. Pada kunjungan pertama beberapa waktu silam, Mentan diagendakan melepas ekspor jagung ke Cina.
Husni Jibril mengaku Sumbawa mempunyai potensi yang sangat luar biasa dalam pengembangan jagung. Target capaian sasaran penanaman jagung melebihi 100% di Kabupaten Sumbawa.
Sebelumnya Mentan melakukan panen raya padi di Desa Keru Narmada Lombok Barat. Di tempat ini, Mentan menyerahkan bantuan mesin pertanian pada petani yang ada di Pulau Lombok.  Selain itu membahas masalah pertanian di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur NTB, Jumat (19/8/2016). (*)

Share:

Friday 19 August 2016

Lumbung Pangan, Gubernur NTB Siap Amankan Kebijakan Nasional

Mesin pengolah pertanian bantuan Menteri Pertanian RI
Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. TGH M. Zainul Majdi menyampaikan kebahagiaannya atas kesempatan silaturrahim bersama Menteri Pertanian RI, Andi Sulaiman pada Rapat Koordinasi Pangan Dalam Rangka Peningkatan Luas Tambah Tanam dan Serap Gabah Petani (Sergap) Provinsi NTB, Jumat(19/8/2016) siang.
Saat itu, di hadapan seluruh tamu undangan, Assisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat, Komarudin Simanjuntak, Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTB dan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota se-NTB, dan perwakilan Perum Bulog Gubernur menyatakan kesiapan dan komitmen yang kuat dari pihaknya, dalam mengamankan amanah pemerintah pusat.
“Dengan kesamaan visi dan koordinasi yang baik antara seluruh jajaran di Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat hingga pemerintah kabupaten/kota di NTB serta dukungan seluruh kelompok tani, kami yakin dapat berkontribusi mewujudkan  kedaulatan pangan nasional, “ tegas Gubernur optimis.
Tak hanya itu, Gubernur juga melaporkan kepada Menteri, perkembangan akhir bulan Juli 2016, sebanyak 91,72 % atau sekitar 425.000 hektar  dari areal tanam yang ditargetkan sudah tertanami. Demikian halnya dengan target untuk perluasan lahan di NTB, setelah revisi 15.000 hektar menjadi 11.500, alhamdulillah atas kerjasama perangkat TNI yang tidak putus-putusnya, 91 % atau 10.500 hektar sudah tercapai. Hal ini tentu saja juga tidak terlepas dari dukungan dan peran serta TNI di lapangan. Untuk itu, Gubernur sangat optimis akan dapat mencapai target kedepannya, mengingat peningkatan yang terus menerus, baik dalam luasan lahan maupun produksi secara keseluruhan maupun produktivitas.
Khusus untuk produksi komoditi jagung tahun ini, serapannya mencapai 194.000 hektar. Sesuai arahan pak Menteri yang ingin menjadikan NTB sebagai daerah produksi jagung nasional, Gubernur juga menyatakan siap. “Asalkan didukung oleh Pak Menteri, tentu saja kami siap,” ujarnya mantap. 

Dalam hal komoditi sapi, mengingat Nusa Tenggara Barat merupakan daerah penghasil sapi, Gubernur berharap peternak NTB tidak terimbas oleh kebijakan yang ada. ’’Sekiranya ada kebijakan yang sangat  insidentil, seperti masalah impor daging, NTB sebagai daerah penghasil sebaiknya dilindungi, jangan sampai peternak NTB terimbas dengan kebijakan tersebut,’’ jelasnya. 
Melalui perangkat Kementan yang ada didaerah seperti Balai Penelitian Tanaman Pangan (BPTP), Gubernur juga berharap berbagai bentuk bantuan, baik dari segi teknologi berupa alat produksi, termasuk kerjasama teknologi pertanian agar terus ditingkatkan. Harapannya agar petani NTB semakin semangat menanam komoditas yang diperlukan oleh masyarakat. (Humas NTB)
Share:

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman Panen Raya Padi di Keru Narmada Lombok Barat

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat panen raya padi di Desa Keru Narmada Lombok Barat

Mengawali kunjungan kerjanya di Provinsi Nusa Tenggara Barat, tiba di Bandara Internasional Lombok, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman langsung menuju lokasi panen padi dengan mekanisasi di Desa Keru, kecamatan Narmada, Lombok Barat, Jumat  (19/8/2016) pagi. Hadir pada acara tersebut, Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin, Asisten Teritorial Kepala Staf Angkatan Darat, Mayjen TNI Komaruddin Simanjuntak, Direktur Pelayanan Publik Perum Bulog, Wahyu Suparyono, Bupati Lombok Barat, Faozan Khalid, dan perwakilan kelompok-kelompok tani dari Forum Komunikasi Petani Maju Lombok Barat. 
Tiba di lokasi panen, Menteri Pertanian, Wagub dan tamu kehormatan lainnya langsung melakukan panen menggunakan Mesin Harvester bantuan dari Kementrian Pertanian RI.  Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid mengucapkan terima kasih atas kedatangan Menteri beserta rombongan untuk terjun bersama petani dan mendengarkan keluhannya. “Kedatangan pak Menteri ke daerah kami memberikan motivasi bagi kami untuk bekerja untuk meningkatkan produksi”, ungkapnya. 
Ia memaparkan, saat ini pertanian Lombok Barat memiliki 17 ribu hektar lahan dan selalu swasembada pangan. Pada tahun 2016, Fauzan menyampaikan kepada Menteri dan Wagub hasil produksi padi Lombok Barat surplus 27 ribu ton. “Hasil produksi kami masih bisa ditingkatkan jika potensi yang kami miliki bisa dimanfaatkan, seperti daerah selatan dapat menjadi daerah pertanian baru, jika sarana dan prasarana pertanian seperti embung dan irigasi diperbaiki” imbuhnya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin melaporkan capaian produksi pertanian NTB yang meningkat setiap tahun.  “Kita patut bersyukur produksi pangan kita mengalami peningkatan. Produksi padi sebesar 2.417.392 ton gabah kering giling (gkg) mengalami peningkatan 14,21 % dibandingkan tahun 2014, yang hanya berjumlah sebesar  2.116.537 ton. Sementara untuk sasaran produksi tahun 2016 sebesar 2.408.270 ton gkg, dengan luas tanam 481.913 ha, luas panen 462.237 ha dan produktivitas 52,06 kw/ha”, papar Wagub.
Wakil Gubernur H. Muh. Amin saat panen raya padi di Desa Keru Narmada Lombok Barat

Lebih lanjut ia juga menyampaikan NTB siap meningkatkan produksi pertaniannya dengan memperhatikan kesejahteraan para petani “Produksi terus kita tingkatkan khususnya komoditas utama padi jagung kedelai, tetapi tentu tata niaganya perlu diatur agar stabilitas harga bisa terjamin dan bisa meningkatkan kesejahteraan para petani kita” harap wagub.
Menanggapi pernyataan Wagub, Menteri menjelaskan kementerian telah bekerja keras untuk menstabilkan harga, seperti harga jagung yang kini telah berangsur membaik “Harga jagung kini membaik tentunya kesejahteraan petani juga naik. Impor turun turun 60% ketika saya setahun jadi menteri, bagaimana kalau dua tahun? Insya Sllah, kita tekadkan tahun depan NTB dapat menjadi lumbung jagung nasional” tegas menteri penuh percaya diri.
Pada kesempatan itu menteri juga mengajak wagub untuk menjadikan lahan pertanian NTB 400 ribu hektar, dengan menjanjikan bantuan penuh seluruh benih dan pupuk dari kementrian pertanian serta jaminan dibeli oleh pemerintah. “Pak Wagub, bisa tidak kita jadikan lahan pertanian NTB 400 ribu hektar, dengan hasinya dibeli oleh pemerintah, dan harga beli jagung tidak boleh kurang dari Rp.3.150 per kg. Kalau sepuluh ton, pendapatan petani bisa mencapai 30 juta,” jelasnya. (Humas NTB)
Share:

Sunday 24 July 2016

Showroom Tanaman Horti di Sembalun Di-launching Wagub

Wagub NTB H. Muh. Amin melaunching Showroom Tanaman Horti di Sembalun, Minggu (24/7/2016)

Sebagai bentuk pemberdayaan terhadap masyarakat khususnya petani  pengembangan dan rekayasa sektor hortikultura yang berlokasi di Desa Sembalun Bumbung Kecamatan Sembalun Lombok Timur (Lotim), Pemprov NTB me-launching Showroom Tanaman Horti, Minggu (24/7/2016).  Launching ini dilakukan langsung Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH, MSi, Kepala Bappeda NTB Ir. Ridwan Syah, MMTP, Asisten I Setda NTB Dr. M. Agus Patria, SH,MH, Kepala BPKAD NTB Drs. Supran, MM dan jajaran Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB Ir. Husnul Fauzi, menjelaskan, kegiatan  ini bertujuan selain mensukseskan  Visit Lombok Sumbawa juga menggerakkan peran pakar teknologi budidaya guna menghasilkan rekayasa pembudidayaan petani horti yang andal

Selain itu mampu meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan pelakunya dan sebagai pembinaan kepada pelajar dan mahasiswa dalam meningkatkan kapasitas teknis budidaya tanaman  horti secara umum. Apalagi, jenis bunga potong yang selama ini belum dibudidayakan di dataran yang tinggi merupakan salah satu prioritas utama di masa yang akan datang. ‘’Ke depan hal yang sama juga akan dilaksanakan di daerah-daerah  yang lain di NTB,’’ ujarnya.
Wagub NTB H. Muh. Amin memberikan sambutan pada launching Showroom Tanaman Horti di Sembalun Lombok Timur

Di lokasi ini, lanjutnya, akan dikembangkan forum diskusi sekaligus menarik pengunjung untuk berbelanja berupa produk hasil budidaya horti untuk menjadi oleh-oleh setiap yang datang di lokasi. Terlebih, showroom Tanaman Hortikultura merupakan salah satu program yang dihajatkan untuk membimbing, membina dan sebagai pusat kajian bagi masyarakat yang melakukan kegiatan penanaman hortikultura. Bentuk bimbingan, lanjutnya, adalah adanya kelompok-kelompok petani, menjaga kualitas dan kuantitas produksi  dapat dipertahankan, melakukan kerjasama dengan pengusaha, sehingga dapat meningkatkan  keuntungan petani.

Sementara Wagub NTB NTB H. Muh. Amin mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, apapun bentuknya sepanjang itu adalah peningkatan mutu dan kualitas hasil budidaya petani hortikultura, pihaknya siap memberi dukungan. Apalagi daerah Sembalun memiliki budidaya kentang, tomat, serta jenis tanaman horti lainnya memiliki kualitas yang sangat baik.

Untuk itu, wagub meminta instansi bersangkutan meningkatkan sumber daya manusia yang andal melalui bimtek, pelatihan bagi petani di sekitarnya. Terlebih, pihaknya melihat harga pasar  yang terjadi sekarang tidak sebanding dengan biaya yang dikeluarkan petani. ‘’Show room ini harus dijelaskan kepada masyarakat  apa manfaatnya? Untuk apa, sehingga masyarakat betul-betul mengunakan show room ini sebagai pusat transaksi hasil pertanian horti,’’ tambahnya. (*)


Share:

Tuesday 19 July 2016

Gebyar Pembenihan Tanaman Pangan Tingkat Nasional Dibuka Gubernur NTB


Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi (kiri) memukul gendang beleq sebagai tanda pembukaan Gebyar Pembenihan Tanaman Pangan Tingkat Nasional IV di Lombok Tengah, Selasa (19/7/2016)
Gubernur NTB, Dr. TGH M. Zainul Majdi membuka secara resmi Gebyar Pembenihan Tanaman Pangan Tingkat Nasional IV Yang diselenggarakan di Desa Puyung, Kecamatan Jonggat Lombok Tengah, Selasa pagi (19/7/2016). Gelaran yang diinisiasi oleh Direktorat Jendral Tanaman Pangan Kementerian Pertanian RI ini dihadiri langsung oleh Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,  Dr. Hasil Sembiring. M.Si, Wakil Bupati Lombok Tengah.
Hadir juga Kepala BPSB NTB, serta para peserta dari Balai Penelitian Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Lingkup Kementerian Pertanian, Balai Besar PPMBPTH, Dinas Pertanian se NTB, Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih se Indonesia, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), Perguruan Tinggi, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Produsen Benih Tanaman Pangan, dan Kelompok Tani  dengan jumlah total peserta seribu orang.
Gubernur NTB panen simbolis pada gebyar Pembenihan Tanaman Pangan nasional di Puyung Lombok Tengah

Ketua Panitia yang juga Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB Ir. Husnul Fauzi, MM, menjelaskan, Gebyar Pembenihan Tanaman Pangan Tingkat Nasional kali ini bertujuan mempertemukan  produsen dan konsumen benih, pertukaran informasi perbenihan tanaman pangan yang terkini. Termasuk, mensosialisasikan teknologi tanaman pangan yang adaptif dan inovatif termasuk sarana pendukung terhadap penggunanya. “Acara ini mempertemukan langsung pemangku kepentingan, praktisi, perekayasa, pelaku bisnis perbenihan tanaman pangan,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan acara ini berlangsung selama 4 hari ke depan hingga Jumat 22 Juli 2016, dengan rangkaian kegiatan seperti display paritas tanaman pangan padi, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar dan  lobak. Selain itu, ada juga unjuk tangkas, sarasehan perbenihan tanaman pangan dan pameran pembangunan pertanian, pertemuan Kepala Balai Pengawasan Dan Sertifikasi Benih (BPSPTPH) seluruh Indonesia, aneka lomba, gelar teknologi dan wisata agro.    
Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Dr. Hasil Sembiring. M.Si, dalam sambutannya menyampaikan gebyar perbenihan dilakukan untuk menunjukkan benih-benih terbaru kepada masyarakat . Ia juga mengapresiasi peningkatan produksi pangan NTB. “NTB pada tahun 2014 produksi padinya 2,1 juta ton, pada tahun 2015 meningkat menjadi 2,4 juta ton dan pada tahun 2016 berdasarkan laporan Pak Kadis Pertanian NTB optimis mencapai target,” ujarnya.

Menurut dirjen, Peningkatan produktivitas dengan benih sangat memungkinkan dengan perkembangan banyaknya varietas yang ditemukan, sampai saat ini terdapat 303 varietas padi, 267 varietas jagung dan  87 varietas kedelai. Lebih lanjut ia menjelaskan suatu paritas akan menampakkan hasil maksimal jika ditanam pada waktu dan lahan yang cocok.  (*)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive