Be Your Inspiration

Friday, 1 March 2019

Sesiru Matak Pade Rou, Tradisi Lokal Desa Beriri Jarak Jadi Daya Tarik Wisatawan

Wisatawan turut menumbuk padi saat acara Matak Pade Rau di Desa Beriri Jarak, kecamatan Wanasaba, Lotim,  Kamis (28/2/2019)

MATAK Pade Rau atau panen memetik padi sebuah tradisi lokal masyarakat Suku Sasak khususnya di Desa Beriri Jarak dihidupkan kembali. Aktivitas Sesiru Matak Pade Rau yang dirangkai dengan kegiatan menggiling padi hasil panen itu menjadi daya tarik bagi wisatawan.


Kepala Desa Beriri Jarak, Lalu Pauzi kepada Suara NTB mengatakan, kegiatan Matak Pade Rau ini menjadi tradisi warganya yang sudah turun temurun. Harapannya kegiatan ini tetap dilestarikan. Anak-anak muda sebagai generasi penerus diarahkan untuk terus digelar. Termasuk menjaga kondisi alam.

Kegiatan Matak Pade Rau ini coba dikemas Desa Beriri Jarak dengan kegiatan festival. Tujuannya untuk menggerakkan masyarakat untuk bisa mengubah pola pengolahan lahan. Utamanya mengolah yang tadah hujan dengan luasan 273 hektare. Dipilih komoditas yang ditanam adalah varietas beras merah.


Diterangkan ada budaya sesiru yang sudah melekat lama di tengah masyarakat. Sesiru kata Kades bermakna tolong menolong. Masyarakat yang memiliki petak sawah itu suatu waktu bersama-sama dengan yang lainnya saling bantu. ‘’Dibantu oleh tetangganya dalam satu lokasi,’’ terangnya.
Beriri Jarak merupakan desa penghasil beras merah. Beras merah ini diharapkan terus dikembangkan ke depan karena memiliki nilai gizi yang cukup tinggi. Di samping itu memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Setelah  panen, mengolah padi merah tidaklah sama dengan mengolah padi biasa. Padi beras merah ini tidak bisa digiling menggunakan mesin penggiling. Karenanya ada tradisi nujak atau menumbuk padi secara bersama-sama. Tidak digiling karena dikhawatirkan kualitas rasa akan hilang. ‘’Kalau digiling, warnanya akan putih,’’ terangnya.
Petani menggunakan baju adat saat Sesiru Matak Pade Rou di Desa Beriri Jarak Kecamatan Wanasaba Lombok Timur
Tradisi menumbuk padi secara beramai-ramai terus akan dikembangkan sebagai salah satu cara untuk mempertahankan keaslian beras merah hasil panen lahan di Beriri Jarak. Ada media alat tradisional yang harus tetap dijaga.


Tradisi menumbuk padi diakui sudah terancam hilang seiring dengan kehadiran teknologi yang memudahkan warga untuk menghasilkan beras dalam waktu yang cepat. Produksi beras merah ala warga Beriri Jarak ini diharapkan bisa tetap bertahan. Apalagi melihat kualitas beras merah sangat baik untuk konsumsi. Di tengah gencarnya pemerintah mengampanyekan penanganan stunting, salah satu caranya  bisa dengan konsumsi beras merah.

Kepala Bidang Pemasaran Dinas Pariwisata Lotim, Muhir mengatakan aktivitas Matak Pade Rau yang digelar masyarakat Desa Beriri Jarak Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur (Lotim)  ini sangat bagus untuk dipertahankan. Nilai-nilai budaya yang sudah lama dan terancam punah harus diselamatkan. Salah satu caranya dengan menggelar acara yang dirangkai dengan berbagai kegiatan tradisional ala masyarakat Desa Beriri Jarak.

Lotim memiliki banyak nilai-nilai budaya lokal atau local wisdom yang belum digali. Nilai-nilai tersebut jika dituangkan dalam berbagai acara akan menjai daya tarik bagi wisatawan yang datang. Seperti terlihat saat wisatawan melakukan aktivitas menumbuk padi. Mereka sangat antusias dan cukup bersemangat. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

Wednesday, 27 February 2019

BRT di Kota Mataram Terancam Jadi Besi Tua

BRT yang terparkir rapi di Pool Damri Sweta Mataram. BRT ini tidak difungsikan, karena tidak memiliki biaya operasional. 
Kota Mataram termasuk kota yang mulai mengalami persoalan transportasi. Khususnya transportasi darat, di beberapa titik. Kemacetan, ruas jalan yang sempit, ketidakdisiplinan berlalu lintas jadi masalah. Pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang jauh meninggalkan pertumbuhan jalan serta pertumbuhan pusat kegiatan yang tidak seiring dengan peningkatan kapasitas dan pembukaan akses, melengkapi persoalan transportasi darat.


Mencermati persoalan ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), akhirnya membantu NTB (Kota Mataram), mengatasi persoalan transportasi itu. Sebanyak 25 unit Bus Rapid Transit (BRT) didistribusikan tiga tahun yang lalu. Namun ironis, BRT tidak dimanfaatkan secara maksimal.  Awal-awal saja sempat difungsikan. Kini BRT sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan Kota Mataram. Keberadaan BRT, seolah-olah mubazir dan terancam jadi besi tua.

Pemerintah Pusat melalui Kemenhub mengajukan penyelenggaraan BRT  yang mulai uji coba penerapannya, salah satunya di Kota Mataram sejak tiga tahun lalu. Konsep BRT merupakan sistem angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor. Kehadiran BRT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Namun sayangnya kebijakan penerapan BRT ternyata belum dapat terselenggara dengan baik.

Awal penerapan BRT, Kemenhub menurunkan sebanyak 25 unit. BRT-BRT ini sempat terlihat lalu lalang mengisi jalanan di Kota Mataram. Secara bersamaan, untuk menunjang operasional BRT, pada setiap tempat pemberhentiannya disediakan halte.


Sejalan dengan tidak maksimalnya fungsi BRT ini, halte-halte yang tersebar di sejumlah titik di Kota Mataram nasibnya juga sama, mubazir. Halte-halte hanya jadi tempat bermain anak-anak sekolah, bahkan menjadi tempat peristirahatan bagi pejalan kaki. Bukan tempat menunggu untuk menanti BRT.

Ekbis NTB, Sabtu (23/2/2019) memantau langsung keberadaan BRT yang telah diserahkelolakan oleh pemerintah daerah kepada Perum Damri, karena keterbatasan pemerintah daerah dalam mengoperasikannya. Di pool Perum Damri di Sweta Mataram, 15 bus berukuran jumbo ini terparkir rapi. Ternyata dari 25 unit, 10 di antaranya sudah ditarik oleh Kemenhub dan dikirim ke Bandung karena beroperasi tak sesuai harapan di Kota Mataram. Bus-bus inilah yang paling besar di sana, ia dapat dikenal dari warnanya, seluruhnya biru. Pada bagian samping dan belakang bus, di tempel stiker ajakan kepada masyarakat untuk menggunakan angkutan umum ini.  ‘’Ayo Naik Bus, Biar Nggak Bikin Macet’’.

BRT-BRT ini diparkir berjejer melawan terik panas, dan embun. Bus-bus ini diparkir di halaman pool Perum Damri. Dilihat dari fisiknya, BRT ini masih bagus, mulus. Belum aca lecet , ataupun onderdil luar yang diganti. Meski tidak dioperasikan, Perum Damri harus merogoh biaya untuk maintenance. Setidaknya, untuk setiap kali memanaskan mesin-mesinnya setiap hari. ‘’Sementara ya kita panaskan mesinnya saja setiap hari,’’ kata Sumijan, General Manajer Perum Damri Mataram kepada Ekbis NTB.


Untuk mengoperasikan seperti hajatan pemerintah, tentu tak kuat bagi Damri. Sebab operasionalnya butuh biaya tak murah. BRT-BRT ini, menurut Sumijan--- biasa disapa Jajak---, sebelumnya dioperasikan untuk melayani penumpang anak-anak sekolah dan umum di Kota Mataram dan Lombok Barat dengan empat koridor. Narmada-Senggigi, Terminal-Ampenan, termasuk ke pusat-pusat perbelanjaan.  Karena beban operasionalnya, Perum Damri tam mampu melayani rute-rute yang telah sediakan fasilitas haltenya. ‘’BRT ini sebetulnya sangat dibutuhkan untuk anak-anak sekolah. Tapi belum ada subsidi untuk mengoperasikannya,’’ katanya.

Keinginan untuk tetap mengoperasikan BRT ini juga talah disampaikan ke Dinas Perhubungan Provinsi NTB. Harapannya, Pemprov juga mendukung subsidi BRT dari Kementerian Perhubungan RI ini, sehingga apa yang dihajatkan pemerintah terwujud.

Mengapa harus menunggu subsidi? Kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan bagi Damri mengoperasikan BRT secara mandiri. Kondisi pariwisata yang belum pulih, serta minimnya pergerakan orang membuat Damri kehilangan pangsa pasar hingga lebih dari 50 persen. Yang dilakukan Damri sementara ini, bagaimana bisa bertahan. Orientasi bisnis dikesampingkan.
Sebelumnya, Perum Damri juga di Mataram telah melakukan modifikasi beberapa unit untuk bus pariwisata. Interiornya dibuat senyaman mungkin. Damri bahkan menawarkan harga fleksibel bagi yang ingin mencarternya. Tetapi tetap saja tak ada yang berminat.


Alternatif lain sedang dipertimbangkan, Damri berencana ingin membuat paket-paket tour wisata ke beberapa objek wisata di Pulau Lombok. Dengan jadwal tour bisa hingga seharian. Makan dan minum, serta snack ditanggung sepenuhnya.  ‘’Kita masih hitung-hitung dulu paketnya,’’ katanya. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Sekotong Jadi Lokasi Shooting Project Putri Indonesia 2019

Proses pengambilan gambar Putri Indonesia 2019 di lokasi wisata Buwun Mas Hill beberapa waktu lalu diharapkan mampu mempromosikan potensi yang dimiliki.
Wilayah Sekotong Lombok Barat (Lobar) menjadi lokasi shooting project Putri Indonesia 2019. Dipilihnya kawasan wisata ini jadi lokasi shooting tentunya menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga setempat dan Pemda Lobar.  Sebab dengan tampil di TV nasional, maka potensi wisata di kawasan selatan Lobar ini akan semakin dikenal luas baik di level nasional hingga mancanegara.  

Beberapa hari lalu, Puteri Indonesia 2018 Sonia Fergina Citra, Puteri Pariwisata 2018 Wilda Octaviana Situngkir dan Puteri Lingkungan 2018 Vania Fitryanti Herlambang melakukan shooting video untuk Pagelaran Puteri Indonesia 2019 di beberapa tempat wisata di wilayah Sekotong. Pengambilan gambar dilakukan stasiun tv nasional selama tiga hari (13-15 Februari).

Perpaduan alam dengan hamparan padang savana, pemandangan bukit, lembah, dan laut yang indah dan unik menjadikan Bukit Buwun Mas menjadi lokasi pertama pengambilan gambar. Di sini, Wilda berperan sebagai penari gandrung. Lengkap dengan pakaian khasnya, Wilda ditemani beberapa penari dengan iringan musik gamelan dan gendang beleq khas Lombok kemudian berpose layaknya penari gandrung profesional. Sementara itu Puteri Lingkungan 2018 Vania, menggunakan pakaian tenun Lombok berpose di hamparan padang savana. 

Proses shooting hari ke dua dilanjutkan di kawasan Hotel Wyndham Sundancer, Pantai Elak-Elak dan kawasan Kedaro. Di Pantai Elak-Elak, Puteri Indonesia 2018 Sonia menyusuri tepi pantai dengan menunggang kuda. Terlihat Sonia dengan santai menikmati suasana pagi Pantai Elak-Elak.Pemilihan Puteri Indonesia 2019 sendiri akan digelar di Pulau Lombok dan Sumbawa pada Maret mendatang. Tahun ini, ajang tahunan Puteri Indonesia mengusung tema “Colorful West Nusa Tenggara” atau kekayaan alam dan budaya NTB.

 Bukit Buwun Mas yang terletak di Desa Buwun Mas Kecamatan Sekotong merupakan desa terluas di Lobar ini memiliki potensi yang luar biasa untuk pengembangan pariwisata.“Wisata alamnya dengan perbukitan yang indah, wisata bahari dengan lautnya, hiu martilnya, Pantai Nambung. Desa Buwun Mas juga memiliki goa bawah laut yang bisa dikunjungi bagi tamu-tamu mancanegara yang suka berpetualang,”  jelas Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat Ispan Junaidi.

Ispan menambahkan, pariwisata Lobar memerlukan koneksi dan dukungan dari semua pihak. Baik dari masyarakat bawah hingga public figure. “Seperti Puteri Indonesia yang follower-nya banyak sampai ribuan follower untuk mempromosikan wisata di Lombok Barat, khususnya yang ada di wilayah Sekotong,” katanya.  

Senada dengan Ispan, Puteri Pariwisata 2018 Wilda Octaviana Situngkir juga mengingatkan agar para generasi muda gemar dan aktif mempromosikan daerahnya. Salah satu caranya adalah dengan menggali dan mencari tahu potensi-potensi yang masih tersembunyi, kemudian mengunduh di media sosial miliknya. “Ini sebagai kebanggaan buat kita sebagai masyarakat, bangsa kita memiliki banyak tempat indah yang ternyata seperti permata yang tersembunyi. Mungkin banyak teman-teman yang masih belum tau tempat ini, bahwa Buwun Mas Hill begitu indah,”  ungkapnya kagum.

Sementara itu H. Abdul Majid selaku penggiat pariwisata dan salah satu bagian dari yang memviralkan Bukit Buwun Mas di media sosial ini sangat mengapresiasi Bukit Buwun Mas yang menjadi lokasi shooting project Puteri Indonesia 2019. Baginya, hal tersebut dapat membatu mempromosikan pariwisata Sekotong yang merupakan cita-citanya untuk menjadikan “Sekotong Mendunia”. (Heru/Lombok Barat)
Share:

Nyale Melimpah, Pemburu Nyale Puas

Masyarakat yang menangkap nyale, meski hari sudah terang. Biasanya, kalau matahari sudah terbit, nyale sudah menghilang.

Puncak perayaan Festival Pesona Bau Nyale tahun 2019 telah berlangsung Senin (25/2/2019) pagi. Hal ini ditandai dengan turunnya ribuan masyarakat dari berbagai penjuru Lombok Tengah (Loteng) dan dari berbagai wilayah, bahkan wisatawan mancanegara di Pantai Seger Kuta untuk berburu Nyale (sejenis cacing laut). Para pemburu nyale tahun ini pun mengaku puas, karena nyale kali ini melimpah ruah.


“Tahun ini nyale sangat banyak. Jauh lebih banyak jika dibandingkan pada perayaan event Bau Nyale dua tahun belakangan,” aku Ahyar, salah seorang pengunjung Pantai Seger Kuta.

Kondisi nyale yang melimpah seperti ini memang sangat dinanti oleh masyarakat. Bukan hanya masyarakat lokal Loteng saja. Tetapi juga para wisatawan domestik maupun luar negeri. Apalagi banyak wisatawan yang sengaja datang hanya untuk ikut berpartisipasi berburu nyale. 

“Soal penanggalan waktu pelaksanaan Bau Nyale tahun ini juga jauh lebih presisi. Sehingga hasrat dan keingintahuan masyarakat akan nyale terbayar lunas,” sebutnya.
 
Nyale yang berhasil ditangkap
Masyarakat sendiri sudah mulai turun ke Pantai Seger sekitar pukul 03.00 Wita. Dengan perlengkapan seadaanya, masyarakat tumpah ruah memadati kawasan Pantai Seger. Hingga pukul 06.30 Wita, masyarakat mulai bergerak naik, karena nyale sudah mulai menghilang begitu hari mulai terang.


Sebelumnya pada Minggu (24/2) malam, pengunjung disuguhi berbagai hiburan oleh pemerintah selaku penyelenggara Festival Pesona Bau Nyale, hingga tengah malam. Mulai dari tari kolosal yang menceritakan tentang legenda Putri Mandalika yang diyakini sebagai simbol dari nyale hingga hiburan musik dari artis ibu kota Cakra Khan. Selain itu ada juga beberapa kesenian tradisional yang menemani para pengunjung hingga menjelang dini hari.

Event Bau Nyale menjadi event pembuka dari rangkaian Wonderful Indonesia untuk tahun ini. Di mana Bau Nyale sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu dari top ten (sepuluh besar) event utama Wonderfull Indonesia yang diharapkan bisa menjadi salah satu event yang bisa menarik minat wisatawan, terutama wisatawan mancanegara untuk datang berkunjung ke Indonesia dan Lombok pada khususnya.    

“Harapan kita semua, event Bau Nyale bisa semakin dikenal dunia. Dan, mampu menjadi salah satu event utama yang bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah ini,” ujar Wabup Loteng, H.L. Pathul Bahri, S.IP., seraya menambahkan, dari sisi pelaksaan pemerintah berkomitmen untuk terus melakukan perbaikan demi kesempurnaan pelaksanaan event Bau Nyale di masa-masa yang akan datang. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Friday, 22 February 2019

Menteri Pariwisata Arief Yahya Resmikan Poltekpar Negeri Lombok


 Menteri Pariwisata Arief Yahya dan Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah, menandantangani prasasti tanda diresmikannya kampus Poltekpar Lombok Desa Puyung Lombok Tengah, Kamis (21/2/2019).
Kampus Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok di Desa Puyung Lombok Tengah (Loteng), Kamis (21/2/2019) diresmikan Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya. Kampus Poltekpar Lombok ini merupakan kampus kelima se Indonesia dan merupakan kampus termegah di wilayah Indonesia Timur.

Dengan fasilitas mentereng tersebut, Menpar berharap Poltekpar Lombok bisa melahirkan tenaga ahli dan profesional di bidang pariwisata.  Sehingga bisa diserap dunia kerja. Baik pasar nasional maupun internasional. "Fasilitas Poltekpar Lombok sekarang sudah berstandar internasional.  Maka mutu lulusannya juga harus world class," sebutnya. 

Untuk bisa melahirkan lulusan yang berstandar internasional, Poltekpar Lombok harus melengkapi diri dengan kurikulum yang berstandar internasional. Termasuk tenaga pendidiknya juga. Jangan hanya fasilitasi saja yang berstandar internasional.

Berkaca dari pengalaman yang ada, hampir 100 persen lulusan perguruan tinggi pariwisata yang bernaung di bawah Kementerian Pariwisata terserap dunia kerja. Tapi hanya sedikit yang bisa diserap pasar internasional. Itulah yang harus dikejar sekarang, bagaimana supaya lulusan perguruan tinggi pariwisata bisa ikut bersaing memperebutkan pasar internasional.

"Untuk pasar internasional kita baru bisa mengisi sekitar 25 persen dari pasar yang ada. Ke depan itu harus bisa ditingkatkan," sebut Arief.

Hal senada juga disampaikan Gubernur NTB Dr.H.Zulkieflimansyah. Menurutnya Poltekpar Lombok punya semua potensi untuk menjadi perguruan tinggi pariwisata terbaik. Bukan hanya di kawasan regional, tapi juga nasional bahkan dunia.

Ke depan Poltekpar Lombok bisa menjadi bagian penting dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan di NTB. Dengan melahirkan sumber daya manusia (SDM)  yang andal, khususnya di bidang pariwisata. Karena keberhasilan pembangunan di suatu daerah tidak hanya diukur dari aspek ekonomi semata. Tetapi juga dari aspek pembangunan manusianya.  "Keberhasilan pembangunan itu tidak hanya diukur dari pembangunan ekonomi.  Tapi juga pembangunan SDM, " jelasnya.

Dengan bekal SDM yang andal dan berkualitas maka anak-anak NTB dan Loteng khusus bakal bisa bersaing memperebutkan pasar tenaga kerja di daerah ini, bahkan pasar global.

Direktur Poltekpar Lombok, Hamsu Hanafi, menambahkan, secara umum progress pembangunan Poltekpar Lombok baru mencapai 30 persen dari masterplan yang ada dan masih akan ada pembangunan fisik lainnya dalam beberapa tahun ke depan. Namun dengan capaian yang ada, aktivitas perkuliahan sudah bisa dilaksanakan di kampus Poltekpar Lombok yang baru.

“Untuk saat yang sudah terbangun ruang perkuliahan serta rektorat ditambah beberapa fasilitas pendukung lainnya. Ke depan masih akan ada beberapa pembangunan fasilitas lainnya,” pungkas Hamsu. (Munakir/Suara NTB)
Share:

Tuan Rumah MotoGP 2021, Semua Mata di Dunia Tertuju ke Lombok

Direktur Utama ITDC, Abdul M. Mansoer, didamping General Affair The Mandalika ITDC, I Gusti Lanang Bratasuta, memberikan keterangan terkait penyelenggaran MotoGP di kawasan The Mandalika, Kamis (21/2/2019).

Lombok ditargetkan menjadi tuan rumah MotoGP 2021 mendatang. Kepastian itu setelah pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) meneken kontrak dengan Dorna sebagai penyelenggara MotoGP, 29 Januari 2019.


‘’29 Januari diteken. Kita dapat 2021. Sekarang tugas kita mewujudkan (sirkuit). Tahun ini kita mulai bangun sirkuitnya,’’ kata Direktur Utama ITDC, Abdulbar M. Mansoer dikonfirmasi di Kantor Gubernur, Kamis (21/2/2019).

Dijelaskan, sirkuit yang dibangun bukan sirkuit tertutup. Tetapi street circuit. Panjangnya 4,32 Km. Untuk pembangunan sirkuit ini akan dilakukan bekerjasama dengan investor asal Perancis, Vinci Construction Grands Project‘’Jadi kita akan mulai bangun badan jalan mulai September 2019. Tapi akhir 2020 harus sudah selesai (dibangun),’’ katanya.

Abdulbar menambahkan, ITDC tidak akan membuat stadion. Tempat duduk penonton akan dibuat temporer. Sirkuit yang dibangun mirip seperti Singapura dan Monako. Sirkuit MotoGP yang ada di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika itu diperkirakan akan mampu menampung 115.000 penonton.



Menurut Abdulbar, ada tiga keunggulan sehingga Lombok dipilih menjadi tuan rumah MotoGP 2021. Pertama, Mandalika merupakan kawasan pariwisata. Kedua, masalah lahan tempat dibangunnya sirkuit Mandalika sudah clear and clean. Kemudian ketiga, Lombok perlu recovery.
Agar recovery pariwista Lombok bisa lebih cepat, maka tidak bisa hanya mengandalkan pemulihan destinasi sebelumnya dan pemasarannya saja. Sehingga perlu ada event yang dapat menyedot perhatian wisatawan ke Lombok.


‘’Ini yang bisa mempercepat pemulihan Lombok. Karena hotel-hotel sampai sekarang belum mencapai titik seperti  sebelum gempa. Insya Allah 2021 lomba ini mulai digelar. Tentu akan mengangkat Lombok lagi,’’ ujarnya.

Dengan menjadi tuan rumah MotoGP, kata Abdulbar, maka wisatawan yang ada di Bali akan datang ke Lombok. Penerbangan dari Bali ke Lombok hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit.  ‘’Karena hanya dengan 30 menit, mereka akan menambah lagi stay ke Mandalika,’’ terangnya.

Menjawab keraguan masyarakat mengenai pembangunan sirkuit Mandalika. Abdulbar mengatakan ITDC telah memberikan bukti. Sejak masuk menjadi Dirut ITDC pada 2016 lalu, Abdulbar mengatakan mulai 2017 sudah mulai dilakukan pembangunan fasilitas di KEK Mandalika berupa pembangunan masjid. Kemudian kawasan Pantai Kuta ditata. Sehingga menjadi lebih cantik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya.

Selain itu, sebanyak 300 unit kios untuk UMKM dibangun di dalam KEK Mandalika. Serta pembangunan jalan sepanjang  11 Km. Kemudian, ITDC juga baru saja mendapatkan pembiayaan dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) sebesar Rp3,6 triliun. Sehingga tidak ada alasan lagi untuk tidak mempercepat pembangunan KEK Mandalika. ‘’Sirkuit akan dibangun Vinci. Kita siapkan semua perangkatnya, infrastrukturnya, jalan menuju daerah itu. Kita bangun dasarnya, nanti Vinci bangun atasnya,’’ katanya.

Abdulbar menyebutkan, investasi yang sudah masuk di KEK Mandalika sekitar Rp17 triliun. Investasi terbesar dari Vinci mencapai Rp13,5 triliun yang akan dilakukan secara bertahap selama 15 tahun. Kemudian investasi pembangunan tujuh hotel dan lapangan golf sekitar Rp3 triliun lebih. (Muhammad Nasir/Suara NTB)

Share:

Menteri Pariwisata Arief Yahya, Jawa, Bali dan Lombok Pulau Terindah di Dunia


Menteri Pariwisata Arief Yahya
Menteri Pariwisata Arief Yahya mengunjungi Gili Air Kabupaten Lombok Utara dalam rangka Ground Breaking AMA-LURRA pada hari Kamis (21/02/2019).

Dalam sambutannya, Arief Yahya menjelaskan bahwa majalah Travel and Leisure menetapkan 15 pulau terindah di dunia, 3 diantaranya ada di Indonesia yaitu Pulau Jawa, Pulau Bali dan Pulau Lombok. Di kesempatan ini pula Menteri Pariwisata memutuskan bahwa Mandalika akan mengoperasikan sirkuit MotoGP untuk pertama kalinya di Indonesia.

"Nah ini, jadi membuat NTB Positioningnya semakin kuat. Positioning halal itu akan membuat pertumbuhan pariwisata di NTB itu tertinggi," tuturnya.
Dalam kunjungannya, Arief Yahya mengatakan bahwa ini adalah pembangunan resort pertama setelah gempa, sehingga bisa memberikan semangat untuk Lombok Bangkit dan berharap AMA-LURRA menjadi pilihan untuk wisatawan lokal dan mancanegara.

"Semoga ini menjadi semangat untuk membangun NTB pada umumnya, khususnya Gili Matra untuk wisatawan lokal maupun mancanegara pada kelas yang tinggi" tutupnya.

Bersamaan dengan itu, Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Zulkieflimansyah, SE. M.Sc sangat bangga dan menyambut baik kedatangan Menteri Pariwisata untuk ke sekian kalinya. Sehingga membuktikan bahwa pemerintah sangat serius membantu NTB untuk bangkit.

"Kami yakin dengan keseriusan yang baik, yang tulus dari Pak Menteri, kita di lombok ini bukan hanya sekedar ungkapan tapi menjadi kenyataan dari kerja keras kita" tutupnya.

Acara ini kemudian ditutup dengan penanaman pohon dan penandatangan papan kayu oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat dan Menteri Pariwisata. (Humas Setda NTB)
Share:

Friday, 15 February 2019

Harga Tiket Garuda Indonesia dari dan ke Lombok Resmi Turun

General Manager Garuda Indonesia Branch Office Lombok, Supriyono
Maskapai milik pemerintah, Garuda Indonesia telah melakukan penyesuaian tarif. Harga tiket dari dan ke Lombok secara resmi turun. General Manajer Garuda Indonesia Branch Office Lombok, Supriyono menegaskan hal itu. “Sudah turun 20 persen, rute Jakarta, Sumbawa, Bima, sudah turun semua,” katanya, Kamis (14/2/2019).


Proses penyesuaian tarif terus dilakukan oleh kantor pusatnya. Mengingat, rute yang dilayani Garuda cukup banyak, baik domestik maupun internasional.  

Pada dasarnya, Garuda Indonesia Branch Office Lombok kata Supriyono, turut mengupayakan harga tiket yang kompetitif untuk mendongkrak lalu lalang orang dari dan ke NTB. Harapannya, dengan kebijakan ini tingkat keterisian pesawat juga akan lebih baik dari sebelumnya. Terutama bagi mereka yang melancong ke Lombok dan Sumbawa.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengimbau maskapai agar melakukan penyesuaian (penurunan) tarif tiket pesawat dilakukan pekan ini. Imbauan kepala negara ini disampaikan di tengah hadirnya banyak keluhan, tak hanya dari penumpang, tetapi juga kalangan industri perhotelan dan restoran.


Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (13/2/2019) menyampaikan, bahwa pemerintah optimistis tarif tiket pesawat bisa turun. Beberapa kali berkomunikasi dengan sejumlah maskapai nasional, hanya saja, pemerintah tidak bisa memastikan tarif tiket pesawat akan benar-benar kembali turun sesuai harga semula pada akhir 2018 lalu. Maskapai di bawah bendera Garuda Indonesia Group, Garuda, Sriwijaya Air, Citilink dan Nam Air harga tiketnya diturunkan sampai 20 persen.

Pemerintah masih membuka ruang bagi maskapai untuk menaikkan tarif tiket pesawat dengan level yang rendah yakni hanya sekitar 10 persen - 20 persen dari rata-rata tarif tahun lalu. Jangan sampai harga tiket naik hingga kisaran 40 persen - 60 persen seperti yang selama ini dikeluhkan banyak pihak.


Sementara Ketua Asosiasi Travel Agen Indonesia (Astindo) Provinsi NTB, Awan Aswinabawa mengetakan, berdasarkan hasil pemantauannya di sistem, penurunan harga telah dilakukan oleh Garuda Indonesia, untuk beberapa rute di Indonesia. Ini menjadi awal yang baik menurutnya. Harapan para pengusaha ticketing, agar penurunan harga ini dapat konsisten.

“Nanti kita sama-sama hitung, apakah dampak penurunan 20 persen ini signifikan pengaruhnya,” kata Awan. Harapannya, ada kebijakan khusus dari pemerintah untuk daerah-daerah destinasi wisata agar dilonggarkan penurunan harga tiket pesawat lebih dari 20 persen. (bulkaini/Suara NTB)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive