Be Your Inspiration

Wednesday 27 February 2019

BRT di Kota Mataram Terancam Jadi Besi Tua

BRT yang terparkir rapi di Pool Damri Sweta Mataram. BRT ini tidak difungsikan, karena tidak memiliki biaya operasional. 
Kota Mataram termasuk kota yang mulai mengalami persoalan transportasi. Khususnya transportasi darat, di beberapa titik. Kemacetan, ruas jalan yang sempit, ketidakdisiplinan berlalu lintas jadi masalah. Pertumbuhan jumlah kendaraan pribadi yang jauh meninggalkan pertumbuhan jalan serta pertumbuhan pusat kegiatan yang tidak seiring dengan peningkatan kapasitas dan pembukaan akses, melengkapi persoalan transportasi darat.


Mencermati persoalan ini, Kementerian Perhubungan (Kemenhub), akhirnya membantu NTB (Kota Mataram), mengatasi persoalan transportasi itu. Sebanyak 25 unit Bus Rapid Transit (BRT) didistribusikan tiga tahun yang lalu. Namun ironis, BRT tidak dimanfaatkan secara maksimal.  Awal-awal saja sempat difungsikan. Kini BRT sudah tidak terlihat lagi di jalan-jalan Kota Mataram. Keberadaan BRT, seolah-olah mubazir dan terancam jadi besi tua.

Pemerintah Pusat melalui Kemenhub mengajukan penyelenggaraan BRT  yang mulai uji coba penerapannya, salah satunya di Kota Mataram sejak tiga tahun lalu. Konsep BRT merupakan sistem angkutan massal yang terintegrasi di setiap koridor. Kehadiran BRT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan transportasi dalam kota. Namun sayangnya kebijakan penerapan BRT ternyata belum dapat terselenggara dengan baik.

Awal penerapan BRT, Kemenhub menurunkan sebanyak 25 unit. BRT-BRT ini sempat terlihat lalu lalang mengisi jalanan di Kota Mataram. Secara bersamaan, untuk menunjang operasional BRT, pada setiap tempat pemberhentiannya disediakan halte.


Sejalan dengan tidak maksimalnya fungsi BRT ini, halte-halte yang tersebar di sejumlah titik di Kota Mataram nasibnya juga sama, mubazir. Halte-halte hanya jadi tempat bermain anak-anak sekolah, bahkan menjadi tempat peristirahatan bagi pejalan kaki. Bukan tempat menunggu untuk menanti BRT.

Ekbis NTB, Sabtu (23/2/2019) memantau langsung keberadaan BRT yang telah diserahkelolakan oleh pemerintah daerah kepada Perum Damri, karena keterbatasan pemerintah daerah dalam mengoperasikannya. Di pool Perum Damri di Sweta Mataram, 15 bus berukuran jumbo ini terparkir rapi. Ternyata dari 25 unit, 10 di antaranya sudah ditarik oleh Kemenhub dan dikirim ke Bandung karena beroperasi tak sesuai harapan di Kota Mataram. Bus-bus inilah yang paling besar di sana, ia dapat dikenal dari warnanya, seluruhnya biru. Pada bagian samping dan belakang bus, di tempel stiker ajakan kepada masyarakat untuk menggunakan angkutan umum ini.  ‘’Ayo Naik Bus, Biar Nggak Bikin Macet’’.

BRT-BRT ini diparkir berjejer melawan terik panas, dan embun. Bus-bus ini diparkir di halaman pool Perum Damri. Dilihat dari fisiknya, BRT ini masih bagus, mulus. Belum aca lecet , ataupun onderdil luar yang diganti. Meski tidak dioperasikan, Perum Damri harus merogoh biaya untuk maintenance. Setidaknya, untuk setiap kali memanaskan mesin-mesinnya setiap hari. ‘’Sementara ya kita panaskan mesinnya saja setiap hari,’’ kata Sumijan, General Manajer Perum Damri Mataram kepada Ekbis NTB.


Untuk mengoperasikan seperti hajatan pemerintah, tentu tak kuat bagi Damri. Sebab operasionalnya butuh biaya tak murah. BRT-BRT ini, menurut Sumijan--- biasa disapa Jajak---, sebelumnya dioperasikan untuk melayani penumpang anak-anak sekolah dan umum di Kota Mataram dan Lombok Barat dengan empat koridor. Narmada-Senggigi, Terminal-Ampenan, termasuk ke pusat-pusat perbelanjaan.  Karena beban operasionalnya, Perum Damri tam mampu melayani rute-rute yang telah sediakan fasilitas haltenya. ‘’BRT ini sebetulnya sangat dibutuhkan untuk anak-anak sekolah. Tapi belum ada subsidi untuk mengoperasikannya,’’ katanya.

Keinginan untuk tetap mengoperasikan BRT ini juga talah disampaikan ke Dinas Perhubungan Provinsi NTB. Harapannya, Pemprov juga mendukung subsidi BRT dari Kementerian Perhubungan RI ini, sehingga apa yang dihajatkan pemerintah terwujud.

Mengapa harus menunggu subsidi? Kondisi saat ini sangat tidak memungkinkan bagi Damri mengoperasikan BRT secara mandiri. Kondisi pariwisata yang belum pulih, serta minimnya pergerakan orang membuat Damri kehilangan pangsa pasar hingga lebih dari 50 persen. Yang dilakukan Damri sementara ini, bagaimana bisa bertahan. Orientasi bisnis dikesampingkan.
Sebelumnya, Perum Damri juga di Mataram telah melakukan modifikasi beberapa unit untuk bus pariwisata. Interiornya dibuat senyaman mungkin. Damri bahkan menawarkan harga fleksibel bagi yang ingin mencarternya. Tetapi tetap saja tak ada yang berminat.


Alternatif lain sedang dipertimbangkan, Damri berencana ingin membuat paket-paket tour wisata ke beberapa objek wisata di Pulau Lombok. Dengan jadwal tour bisa hingga seharian. Makan dan minum, serta snack ditanggung sepenuhnya.  ‘’Kita masih hitung-hitung dulu paketnya,’’ katanya. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

1 komentar:

Rai Vinsmoke said...

ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive