Be Your Inspiration

Monday 17 April 2017

Desa Ganti, Pemasok Melon untuk Bali dan Jawa

Rusman, petani melon di Ganti Praya Timur Lombok Tengah sedang menyiangi melon 

BUAH merupakan salah satu sumber dalam memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Seperti buah melon yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A yang dibutuhkan tubuh.

Salah satu daerah penghasil melon terbaik di NTB adalah Desa Ganti, Praya Timur, Lombok Tengah. Penanaman melon di daerah ini sudah berlangsung sejak dulu. Siapa sangka, melon yang banyak dijual di pasaran di Bali dan beberapa pasar di Pulau Jawa berasal dari Ganti.

Rusman, salah satu petani melon di Ganti menuturkan menanam melon memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan menanam padi. “Keuntungan menanam melon lebih banyak walau lahan yang digunakan lebih sedikit dibandingkan dengan menanam padi. Dari 12 are, padi paling hanya dapat 5-6 kuintal, tapi kalau melon bisa dapat 2.000 pohon,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Sabtu (15/4/2017).

Dalam 1 tahun, katanya, biasanya petani di Desa Ganti menanam melon sebanyak 2 kali. Kalau lebih dari itu, tanaman melon akan terkena penyakit. Sebagai contoh, dirinya sudah menanam melon untuk kedua kalinya. “Ini umurnya baru 20 hari, totalnya ada 2.000 pohon,” jelasnya. “Kalau sudah mencapai 6 jumlah daunnya, dipangkas tunas cabangnya biar cepat tumbuhnya,” tambahnya.
Melon Ganti Lombok Tengah

Adanya pemangkasan ini untuk menghindari terbentuknya bakal buah dan daun yang banyak yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. “Makanya dalam 1 tanaman hanya ada 1 buah karena kalau banyak kecil ukuran buahnya,” jelasnya. Tinggi bambu sebagai penyangga tanaman melon yang digunakan mencapai 1,2 meter.

Dalam budidaya melon, kata Rusman, yang mahal adalah biaya bahan dan perawatan melonnya. Misalnya, harga mulsa plastiknya, terutama pada musim tanam pertama. ‘’Tapi kalau musim ke-2 tidak terlalu berat, karena mulsanya masih bisa dipakai,” terangnya.

Melon dipupuk dengan NPK dan urea agar tumbuh bagus. Melon dipanen saat sudah berusia 65 hari. “Panennya sekalian soalnya sistem belinya di sini borongan,” terangnya.


Melon dari Ganti banyak dijual ke Jawa dan Bali serta ke Bertais. Melon Ganti, katanya, terkenal dengan rasanya yang gurih, tahan lama disimpan serta renyah. ‘’Kalau dibandingkan dengan melon dari Jawa, lebih bagus melon Ganti,” jelasnya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Melihat Pembuatan Roket dari Beleka Lombok Tengah yang Mendunia

Perajin rotan dan ketak di Beleka Lombok Tengah Lalu Burhanudin

Rotan merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang banyak digunakan sejak dahulu untuk berbagai keperluan. Bentuknya yang memanjang dan mudah dibentuk menjadikannya pilihan tepat untuk membuat kerajinan. Sedangkan ketak yang merupakan rumput hutan yang juga memiliki beragam fungsi untuk kerajinan.

Di Lombok, sentra kerajinan rotan dan ketak atau roket yang paling dikenal adalah Desa Beleka di Praya Timur, Lombok Tengah.

Menurut Lalu Burhanudin, pemilik Sasak Craft di Beleka, menceritakan awal mula desanya dikenal sebagai sentra roket. “Awalnya tahun 1970-an, orangtua dulu terpikirkan untuk memanfaatkan rotan yang banyak tumbuh di sini. Kerajinan yang dibuat pun bentuknya masih sederhana,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB di galerinya, Sabtu (15/4/2017).
Produk roket (rotan dan ketak) dari Beleka Lombok Tengah

Pemasaran kerajinan rotan, kata Burhanudin, sejak tahun 1980-an mulai dipasarkan ke Bali. Saat memasarkan ke Bali harus memikul dari Beleka menuju Bali. Namun, masa kejayaan kerajinan rotan di desa ini dimulai sejak tahun 1989, di mana Beleka dikenal sebagai sentra kerajinan rotan.

Menurutnya, ukuran rotan yang dipergunakan dalam membuat kerajinan tergantung produk yang akan dibuat. Rotan yang dipergunakan mulai dari seukuran jari sampai seukuran jempol kaki, bahkan lebih panjang.

Produk ketak Beleka Lombok Tengah

Meski demikian, Burhanudin mengaku, bahan-bahan yang dipergunakan untuk membuat kerajinan berasal dari luar daerah.  “Bahan baku rotan dan ketak kita beli dari luar, seperti dari Kalimantan karena di sini sudah jarang ditemukan,” terangnya.

Model-model kerajinan yang dulu hanya berbentuk sederhana, kata Burhanudin, sekarang sudah mengalami peningkatan model dan jenis sesuai perkembangan zaman. “Kita juga banyak dapat ide modelnya dari pesanan pembeli,” tukasnya.

Ketak Beleka Lombok Tengah

Begitu juga, variasi bahan yang digunakan juga bisa dipilih konsumen tergantung selera. “Kalau dari segi kekuatan lebih kuat rotan, tapi kalau dari segi seni banyak yang suka pakai ketak,” jelasnya.

Untuk itu, kerajinan yang dibuat sebagian besar atau semua berbahan baku rotan dan ketak, terkadang dicampur dengan ketak. Tujuannya, untuk menjadikan produk yang dibuat menarik dan tidak mengecewakan konsumen.
Ketak Beleka Lombok Tengah

Dalam membuat satu produk, Burhanudin menjelaskan, tergantung dari produk yang dibuat. Sebagai contoh, embuatan piring buah dari rotan bisa jadi dalam 1 hari yang membutuhkan 2-3 rotan, sedangkan untuk vas bunga selesai dalam 2 hari. “Yang paling sulit itu membuat kerajinan berbentuk persegi dibandingkan yang bundar, karena harus dipotong,” terangnya.

Harga kerajinan sendiri bervariasi tergantung model dan jenis kerajinannya. Seperti tempat buah rotan harganya Rp 20 ribu, sedangkan jika terbuat dari roket harganya Rp 30 ribu dan bahan ketak semuanya dihargai Rp 50 ribu.
Produk dari Ketak Beleka Lombok Tengah

Mengenai selera pembeli, diakuinya, wisatawan lokal lebih menyukai model kerajinan rotan dan ketak, seperti peralatan rumah tangga, sedangkan turis asing lebih suka model yang telah dimodifikasi.

Burhanudin sendiri mengaku sudah sering mengikuti pameran untuk memperkenalkan kerajinannya. Bahkan, tanggal 26 April 2017 ini, dirinya akan mengikuti pameran di JHCC untuk acara Inacraft.
Diakuinya, saat mengikuti pameran, kerajinan ketak dan rotan dari Lomboklah yang paling diminati. Dari sering mengikuti pameran tersebut, ia mengatakan mendapat  kerjasama dengan Timur Tengah untuk kerajinannya. “Mereka banyak pesan, barangnya masih ada sampai sekarang,” tukasnya.

Pada bagian lain, Burhanudin mengaku, dirinya sering mendapat tawaran untuk pameran ke luar negeri, tetapi masih ditolaknya. “Kalau pameran ke luar negeri saya belum mampu karena di sana hanya stan saja yang ditanggung,” akunya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Friday 7 April 2017

Lombok Timur dan Potensi Wisata bagian Selatan


 
Homestay Ekas Break di Desa Ekas Buana Jerowaru Lombok Timur
SEJUMLAH hotel, homestay dan bungalow mulai banyak berdiri di kawasan wisata Lombok Timur (Lotim) bagian Selatan. Salah satunya adalah Ekas Break yang ada di Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru. Sebanyak 12 unit bungalow dan 2 unit sweet room milik Ekas Break ini menawarkan kenyamanan bagi para wisatawan.

Sales Manajer Ekas Break, Heru Firmanto, Sabtu (25/3/2017) mengakui tiga tahun terakhir ini, banyak fasilitas-fasilitas wisata yang mulai bermunculan di wilayah Lotim bagian selatan ini, khususnys di Ekas Buana. Selain Ekas Break, ada juga Heaven on the Planet. Manajemen Ekas Break  dalam waktu dekat direncanakan membangun hotel bintang lima di kawasan wisata Ekas.

Ekas Break, dituturkan Heru beroperasi sejak 2014 lalu. Sudah tiga tahun beroperasi, tamu-tamu sudah mulai banyak yang datang. Bungalow Ekas Break ini, katanya, tidak pernah sepi dari pengunjung. Bahkan sering menolak tamu, karena sudah penuh.

Keharian homestay dari warga sekitar yang mulai tertarik dalam pengembangan bisnis pariwisata ini dianggap bukanlah pesaing oleh Ekas Break. Mereka cukup membantu sebagai tempat alternatif bagi para tamu Ekas Break. “Kita senang dengan kemunculan homestay baru,” ucapnya.

Menginap di bungalow atau kamar berugak ala Ekas Break ini terbilang cukup murah dan diyakini bisa dijangkau para wisatawan lokal. Cukup dengan membayar Rp 550 ribu saja, sudah bisa bermalam di Ekas Break. Sedangkan untuk sweet room ditawarkan Ekas Break Rp 1,2 juta per malam.

Wisatawan yang datang sejauh ini banyak dari Eropa seperti Prancis, Amerika. Tidak sedikit juga dari Australia. Melihat trend perkembangan kunjungan wisata dewasa ini, pengelola hotel ini juga sudah mulai mengarap wisatawan lokal.

Lokasi Ekas Break diketahui cukup jauh dari pantai. Bahkan di hotel ini tidak ada fasilitas televisi dan internet di dalam kawasan hotel. Hal ini katanya sengaja dilakukan oleh pihak hotel karena pangsa pasar pengunjungnya adalah mereka-mereka yang ingin mencari ketenangan. “Jika ingin mencari ketenangan, datang ke Ekas Break,” ajaknya.

Sinyal ponsel pun tidak bisa terdeteksi di dalam kawasan hotel ini. Adanya adalah fasilitas wi fi gratis yang disiapkan hotel. Terbatasnya sambungan-sambungan internet itu diakui sempat menuai kritik dari sejumlah pengunjung. Akan tetapi, justru dianggap sebagai sebuah kelebihan. Pasalnya, benar-benar yang ingin disuguhkan kepada wisatawan adalah ketenangan dan kenyamanan.

Meski tidak berada di pinggir pantai seperti hotel kebanyakan, namun kepada para pengunjungnya diberikan pelayanan gratis untuk berkunjung menikmati pantai-pantai di sekitar Ekas. Ada tujuh spot pantai indah yang bisa dinikmati wisatawan. Pantai Lolat, Pantai Ekas, Pantai Surga, Pantai Rungkang, Pantai Kaliantan, Pantai Batu Dagong dan Pantai Kura-kura.

Disuguhkan, sunrise drink dan sunset drink kepada seluruh wisatawan. Peminat dari salah satu suguhan pihak hotel ini cukup besar. Tamu-tamunya yang sebagian besar bule ini sangat senang bisa menikmati sunriise dan sunset di sejumlah pinggiran pantai yang masih perawan di wilayah Selatan Lotim ini.

Waktu kunjungan rata-rata 3-4 hari  hari. Ada juga yang sampai sepekan, namun masih sangat minim. Pengunjung ke Ekas Break ini banyak juga yang dengan membawa keluarga besar. Ekas Break ini kemudian sengaja menyiapkan sweet room dengan fasilitas bisa sampai 4 orang tiap kamar.

Hanya saja masih menjadi keluhannya adalah, tingkat keamanan di luar hotel. Masih banyak aksi-aksi kriminalitas yang mengganggu wisatawan. Wisatawan tidak bisa sembarangan memarkirkan sepeda motor yang dibawanya, karena ada yang khusus disewakan pihak hotel.

Ketika di dalam hotel diyakinkan, masalah keamanan diyakinkan sudah sangat aman. Selain tenaga security yang terlatih, pihak manajemen Ekas Break ini juga melibatkan aparat kepolisian sebagai tim penjaga dan terus mengawal keamanan wisatawan.

Persoalan keamanan, disebut menjadi masalah bersama yang perlu diselesaikan secara bersama-sama. Harapannya tingkat kesadaran masyarakat meningkat terhadap pentingnya menjaga situasi aman dan tertib, sehingga wisatawan yang datang semakin senang dan nyaman ke Lombok Timur. (Rusli/Lombok Timur) 



Share:

Belanja Kerajinan Bambu di Loyok sambil Menikmati Objek Wisata Tete Batu

Kerajinan bambu khas Loyok Lombok Timur

KERAJINAN bambu di Lombok memiliki banyak sentra yang dikenal sebagai daerah pembuat kerajinan dari tanaman satu ini. Salah satunya adalah Desa Loyok, Kecamatan Sikur, Lombok Timur. Desa ini sejak lama dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Dahulunya, di desa ini kita akan mudah menemukan galeri atau art shop yang banyak memajang kerajinan bambu produksi desa ini.

“Sejak bom Bali dulu, banyak art shop yang tutup. Sekarang tinggal 6 art shop yang masih ada,” terang Baiq Nurul Aini, pemilik D Art Shop saat ditemui Ekbis NTB, Sabtu (1/4/2017).

Gantungan lampu dari bambu produksi perajin Loyok Lombok Timur

Uyun, panggilan akrabnya, menerangkan sebelum bom Bali terjadi, artshop di Loyok mengalami masa kejayaan, karena banyaknya kunjungan turis dan pesanan dari Bali. “Sekarang pesanan sedikit. Yang beli palingan orang lokal, kalau yang turis tetap ada, tetapi tidak sebanyak yang dulu,” terangnya. Ia juga mengatakan kadang sampai 1 minggu atau lebih, tidak ada kunjungan turis ke Loyok.

Uyun menceritakan kunjungan turis ke Loyok biasanya setelah mereka datang ke Tete Batu. “Kita banyak bekerja sama dengan pemilik penginapan di Tete Batu yang banyak mengajak tamunya datang berkunjung ke sini,”  akunya.

Piring dan tempat gelas dari bambu produksi dari Loyok Lombok Timur

Sebagai sentra kerajinan bambu, masih ada wisatawan yang berkunjung ke Loyok. Termasuk, memesan kerajinan tangan yang terbuat dari bambu. “Tetapi kalau di galeri sendiri saya hanya mengambil kerajinan dengan kualitas yang bagus. Bukan seperti yang dijual di pasar,” jelasnya.

Kerajinan bambu di art shop miliknya, kata Uyun, terbuat dari bambu tali yang memiliki kualitas bagus. Ada berbagai macam kerajinan bambu yang dipajang, seperti besek, gandek, tas bambu, gantungan lampu, dan lainnya. “Kalau dari Bali banyak yang pesan besek putih dan tas. Sedangkan kalau sekarang yang banyak diminati itu gandek, karena banyak digunakan untuk nikahan dan nyongkolan,” jelasnya.

Kap lampu dari bambu produksi Loyok Lombok Timur

Khusus untuk tas bambu, merupakan kreasi masyarakat Loyok yang memadukan anyaman bambu dengan kain menjadi tas yang trendi. Begitu juga dengan kap lampu banyak dipakai untuk hotel atau vila.

Harga yang ditawarkan untuk kerajinan bambu ini bermacam-macam tergantung barangnya. Untuk gandek, dibanderol seharga Rp 40 – 60 ribu, besek putih dihargai Rp 20 – 35 ribu sedangkan untuk besek warna diharga Rp 75 ribu. Tas bambu dihargai Rp 65 ribu, sedangkan harga tas pasar dihargai Rp 125 ribu.

Uyun berharap, sentra bambu Loyok bisa dipromosikan lebih banyak lagi seperti desa wisata lainnya. “Biar ramai seperti dahulu. Soalnya di sini paling ramainya mulai dari Juli – Agustus. Kalau awal tahun seperti ini sepi dia,”  akunya. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Friday 24 March 2017

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi Berbagi Pengalaman Implementasi Pembangunan Hijau di Korsel

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi saat mencoba sepeda listrik di Jeju Korea Selatan

Gubernur NTB, TGH.M. Zainul Majdi bersama rombongan menghadiri Expo Electric Vehicle  atau kendaraan listrik terbesar di dunia yang diselenggarakan di Jeju Korea Selatan (Korsel), Senin (20/3/2017).  Expo ini diikuti para pengambil kebijakan terkait electric vehicle serta para produsen besar kendaraan listrik dari Asia, Amerika dan Uni Eropa.

KEPALA Biro Humas dan Protokol Setda NTB, H. Yusron Hadi, ST, MUM yang ikut dalam rombongan gubernur mengatakan dalam expo ini juga dipamerkan mobil-mobil listrik yang sudah diproduksi massal dan beroperasi di seluruh dunia. Dalam kesempatan tersebut, katanya, Gubernur NTB juga mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jeju, Won Hee Ryon untuk membahas implementasi kerjasama antar kedua daerah dalam pariwisata, pembangunan ramah lingkungan dan energi terbarukan.
- Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi saat berbincang dengan Gubernur Jeju Won Hee Ryong saat menghadiri Expo Electric Vehicle  atau kendaraan listrik terbesar di dunia yang diselenggarakan di Jeju Korea Selatan (Korsel))

Pada kesempatan ini, Tuan Guru Bajang (TGB) – sapaan akrab gubernur, mengundang Gubernur Jeju, Won Hee Ryong untuk hadir dalam NTB Investment Forum 2017 yang akan diselenggarakan Oktober mendatang.  

Yusron menambahkan, bersamaan dengan kegiatan expo ini, juga dilaksanakan Konferensi International Green Island Forum (IGIF) yang ke empat. TGB  diminta menjadi salah satu pembicara utama dalam konferensi ini untuk membagi pengalaman implementasi konsep pengembangan pembangunan hijau di NTB. 

Dalam presentasinya, Gubernur menyampaikan pengalaman NTB menunjukkan konsep pembangunan hijau tidak menghambat pertumbuhan. Bahkan konsep pembangunan hijau bisa menjadi pendorong pertumbuhan yang berkelanjutan. Pertumbuhan NTB selama tiga tahun berturut-turut selalu di atas rata-rata nasional dengan indeks makro yang terus membaik. Pembangunan hijau berkorelasi kuat juga dengan pengembangan halal tourism serta pertanian yang menjadi basis ekonomi NTB.

Namun, TGB juga menegaskan NTB masih berada pada tahap awal implementasi konsep pembangunan hijau, sehingga masih sangat banyak hal yang harus dipelajari dan dikembangkan. Termasuk belajar dari Korea Selatan khususnya Provinsi Jeju yang telah berhasil menerapkan konsep pembangunan hijau. 

Gubernur  menyebut Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Teluk Saleh, Moyo dan Tambora (Samota) dan Global Hub Kayangan sebagai proyek-proyek masa depan NTB yang menyandarkan diri pada konsep pembangunan hijau. Selain kawasan tiga gili yakni Meno, Air dan Trawangan, Sekotong, Teluk Ekas, Hu'u, Sape, Gili Banta termasuk pengembangan transportasi ramah lingkungan di Kota Mataram. 

Tentu saja, lanjutnya,  pengusulan Geopark Rinjani dan menjadikan Tambora sebagai geopark nasional adalah satu bentuk komitmen nyata pemerintah daerah  membangun NTB yang lebih hijau dan berkelanjutan. Untuk itu, kerjasama pembangunan hijau dengan banyak pihak ke depan sangat terbuka di NTB. “Semua itu merupakan komitmen Pemda  untuk memastikan pembangunan NTB dapat berkelanjutan  dengan menjaga daya dukung lingkungan secara maksimal,” tandasnya.  (Humas NTB)
Share:

Versi Trip Advisor, Lombok Posisi Sembilan Destinasi Terbaik Asia

Pesona Gili Trawangan Lombok Utara NTB Indonesia (dokumentasi : Bulkaini)

Lombok kembali menjadi sorotan, setelah memenangkan kompetisi wisata halal –kini berada pada posisi 9 sebagai destinasi terbaik di Asia. Bahkan Lombok mampu mengalahkan Jepang yang terkenal dengan wisata budaya dan berbagai destinasi wisata alamnya.

“Kita bersyukur Lombok terpilih kembali menjadi destinasi terbaik dunia khususnya Asia. Tentu saja ini merupakan ikhtiar kita semua, pemerintah dan pelaku pariwisata. Selanjutnya ini kita jadikan spirit untuk menjaga kepercayaan yang diberikan kepada kita,” kata Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB H.Afan Ahmad, M.Si, Rabu (22/3/2017).

Ia mengatakan penghargaan yang diberikan berdasarkan pilihan dari wisatawan ini patut untuk disyukuri. Ini sekaligus sebagai awal untuk lebih memperkenalkan beragam destinasi wisata yang ada di NTB, terutama Lombok, sehingga akan semakin banyak wisatawan yang datang berkunjung.

Diketahui posisi pertama didapatkan oleh Bali di Indonesia. Selanjutnya Siem Reap di Kamboja, Pukhet di Thailand, Hoi An di Vietnam, Kathmandu di Nepal dan Hanoi di Vietman. Disusul Ko Samoi di Vietnam, Bangkok di Thailand, Lombok di Indonesia dan Tokyo di Jepang.

“Komitmen kebersamaan antara pemerintah, pelaku pariwisata dan masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan yang diberikan ini. Hal ini diperlukan untuk pengembangan sektor pariwisata lebih lanjut,”  ujarnya.

Sun rise di Gili Bidara Lombok Timur 
Saat ini yang masih menjadi destinasi wisata unggulan di Lombok masih pada tiga gili, yaitu Trawangan, Air dan Meno. Selain itu yang dianggap masih menjadi primadona yaitu Pantai Senggigi, Gunung Rinjani, Pantai Mawun, pantai-pantai di Sekotong, Pantai Kuta, Air Terjun Bangko-Bangko, Islamic Center dan lainnya.

Penghargaan yang diberikan oleh Trip Advisor ini merupakan suatu acuan untuk lebih meningkatkan pelayanan dan performa destinasi. Menurut Afan yang masih perlu untuk diperhatikan adalah keamanan dan kebersihan destinasi.

“Yang masih perlu diperhatikan di semua destinasi adalah keamanan dan kebersihan. Kita perlu meningkatkan kebersihan agar wisatawan merasa lebih nyaman dan ingin berkunjung kembali,” ujarnya. (Lingga)

Share:

Tenun Gumise, Tenun Khas Lombok Pengaruh Bali

Tenun Gumise Dusun Gumise Timur Desa Giri Tembesi Gerung Lombok Barat

TENUN di Lombok memiliki berbagai macam motif yang menarik untuk dijadikan berbagai macam kerajinan. Salah satunya adalah tenun Gumise yang berasal dari Dusun Gumise Timur, Desa Giri Tembesi, Gerung, Lombok Barat. Tenun dari Dusun Gumise memiliki motif dan corak yang berbeda dengan kain tenun di daerah lain di Lombok.

Menurut Wayan Kuntri, salah satu penenun di balai kerja tenun Dusun Gumise Timur, tenun di Gumise diperkenalkan oleh salah satu warga, Wayan Landri yang berasal dari Bali."Ibu Wayan itu dari Nusa Penida yang bisa menenun dan mengajarkan ke masyarakat sini, karena dilihatnya hanya mengandalkan hasil bertani saja," terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Selasa (13/3/2017).
Motif gerimis Gumise

 Landri mulai mengajarkan tenun ke masyarakat desa sejak akhir tahun 1990-an.  Dari tahun 2000-2005, ujarnya, masyarakat di Gumise mulai membuat di rumah masing-masing. ‘’Baru di tahun 2005, dibuatkan showroom," kata Kuntri.

Ia juga menjelaskan alat tenun yang dimiliki sekarang merupakan bantuan dari dinas. Di mana, dulu peralatan menenun hanya 1 unit, tapi sekarang ada belasan alat menenun yang merupakan bantuan Dinas Perindustrian Lombok Barat.

Tenun Gumise sendiri memiliki ribuan motif yang berbeda dengan motif tenun lainnya. "Motif tenunnya dipengaruhi dari Bali tetapi beda," kata Kuntri. Ia mencontohkan salah satu motif yang terkenal adalah motif gerimis. "Dinamakan gerimis karena motifnya yang berantakan seperti gerimis," terang Kuntri.
Tas motif khas Gumise

Hal ini terletak dari pewarnaan benang untuk menenun dengan berbagai macam warna dan diatur letaknya, sehingga saat ditenun bisa berbeda warnanya. "Dalam menenun kain di sini, bisa membutuhkan sampai 3200 benang," kata Kuntri.

Dalam pengerjaan tenun motif gerimis, ia membutuhkan waktu pengerjaan sampai 2-3 hari untuk kain sepanjang 2,5 meter. "Kain motif ini tidak ada yang bisa meniru. Banyak yang meniru tapi tidak bisa," klaimya. Yang membedakan kain tenun Gumise dengan yang lain adalah penggunaan 1 benang bukan 2 benang untuk menenun, sehingga lebih rapat.
Proses pembuatan tenun Gumise

"Motif rangrang yang kita buat juga beda dengan yang lain, misalnya dari motifnya atau penggunaan benangnya," kata Kuntri. Ia mengatakan kain tenun ini diubah menjadi berbagai macam kerajinan, seperti tas, baju, dan lainnya. "Di sebelah ini ada ruang untuk menjahit. Soalnya kelompok tenun kita merupakan binaan dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian kabupaten,"ujarnya.

Hasil tenun Gumise sendiri sudah dipasarkan ke seluruh Lombok.  Namun, pihaknya jarang menitip di toko oleh-oleh. Tujuannya,  agar para konsumen bisa datang langsung kemari dan melihat langsung proses pembuatannya agar mereka faham kenapa harganya mahal. Lokasi tempat yang cukup jauh di dalam menjadi kendala sendiri bagi konsumen yang ingin berkunjung ke daerah itu. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Gentong Tanah Liat Khas Lombok Timur

Gentong tanah liat khas Lombok Timur

PADA era modern sekarang ini, penggunaan peralatan rumah tangga tradisional semakin menurun. Banyak peralatan rumah tangga yang harus diganti dengan peralatan yang mudah dan murah.

Misalnya, menampung air untuk memasak. Jika sebelumnya, masyarakat menggunakan gentong tanah liat untuk menampung air di dapur, kini sudah diganti dengan ember. Atau kran air langsung dipasang di dapur melalui sambungan pipa PDAM. Tidak hanya itu, masyarakat menggunakan tandon untuk menampung air, baik untuk keperluan memasak, mandi dan lainnya.

Meski demikian, penggunaan gentong tanah liat masih banyak dipergunakan untuk keperluan rumah tangga. Termasuk untuk berusaha. Sebagai contoh, banyak pengusaha yang memesan gentong tanah liat dalam jumlah besar. Bahkan, masih ada yang dikirim ke sejumlah pemesan di luar negeri. Penggunaan gentong yang memiliki motif dan hiasan menarik banyak dipesan pihak hotel, restoran, rumah makan dan perkantoran. Gentong-gentong ini dipergunakan untuk menempatkan bunga dengan berbagai jenis dan variasi, sehingga membuat tampilan tempat usaha semakin menarik.

Begitu juga, gentong banyak dipergunakan pengusaha rumah makan atau lesehan yang ditempatkan di beberapa sudut. Gentong yang berisi air ini dipergunakan sebagai tempat cuci tangan, cuci muka atau kaki para pengunjung.
Proses pembuatan gentong di Lombok Timur

Masih tingginya permintaan gentong ini membuat perajin tetap membuat. Terlebih di pedesaan, permintaan gentong masih cukup tinggi. Seperti yang diungkapkan Inaq Zul, perajin gentong di Dusun Lantan, Desa Masbagik Timur, Lombok Timur, jika permintaan gentong selalu ada.
Di pedesaan, masih banyak yang minta atau dibuatkan gentong,” katanya saat ditemui Ekbis NTB, Senin (8/3/2017).

Gentong yang dibuat, ujarnya, banyak digunakan untuk menampung persediaan air. Termasuk dijual pada pengepul atau art shop yang ada di Masbagik. “Gentong ini paling banyak ditendak (diambil) sama pengepul dan artshop di sekitar sini,” terangnya.

Dalam sehari, akunya, dirinya bisa membuat sampai 4 gentong. Setelah jadi, gentong dijemur dan dibakar. “Di sini cuman saya berdua yang bisa mande gentongnya,” katanya.
Pembuatan gentong dibuat dari tanah liat yang terlebih dahulu diayak kemudian diberi air dan dibentuk menjadi gentong. Gentong dibakar dengan menggunakan jerami dan sabut kelapa. Saat dibakar, bagian dalam gentong juga diberi jerami agar proses pembakaran merata ke seluruh bagian gentong.

Pada bagian lain, Inaq Zul mengaku, harga sebantal jerami dan sabut mahal. Namun, jika dirinya tidak beli, maka dirinya tidak akan memiliki penghasilan. Untuk itu, meski harga gentong mahal, dirinya harus membeli. ‘’Harga 1 buah gentong sendiri dibanderol seharga Rp 50 ribu/buah. Itu harga di perajinnya. Biasanya dijual keliling sama ke sekitaran Lombok Timur sampai Lombok Barat,” katanya. (Uul Ekbis NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive