Be Your Inspiration

Monday 8 January 2018

Merasakan Sensasi Terasi Dusun Jor di Lidah Manja Anda

Fauziah, salah satu pengusaha terasi di Dusun Jor Desa Jor Kecamatan Jerowaru Lombok Timur sedang menjemur terasi yang sudah dicetak seperti batu bata sebelum dijual pada konsumen

DALAM membuat sambal, bahan yang paling penting selain cabai adalah terasi, karena dapat meningkatkan cita rasa sambal yang dibuat. Sejak dulu, Dusun Jor, Desa Jor Kecamatan Jerowaru Lombok Timur terkenal sebagai salah satu daerah pembuat terasi yang banyak dipasarkan di sekitar Lombok.

Fauziah, salah satu pengusaha terasi di dusun ini mengaku sudah belasan tahun menekuni usaha pembuatan terasi ini. Apalagi membuat terasi sudah dilakukan secara turun temurun. Terasi yang dibuat tetap memperhatikan aspek kesehatan, tanpa melakukan pencampuran atau menggunakan zat berbahaya pada produk terasi yang dibuatnya.

Baginya dan pembuat terasi lain yang ada di desanya lebih mengutamakan kepercayaan konsumen daripada mencari keuntungan, tapi membahayakan konsumen yang mengkonsumsinya.

“Bahan pembuatan terasi di sini hanya udang rebon, garam sama air saja untuk membuat adonannya. Proses pembuatannya juga masih tradisional yaitu dengan ditumbuk tanpa menggunakan peralatan modern,” terangnya pada Ekbis NTB belum lama ini.

Dalam mendapatkan bahan baku, Fauziah membeli di sekitar desanya, karena berdekatan dengan laut ataupun dari Tanjung Luar. “Harga udang per kilogram itu Rp 25 ribu, jadinya 1 timbang harganya Rp 2,5 juta,” kata Fauziah.

Dalam sehari, ia bisa memproduksi sampai 500 buah terasi berbagai macam ukuran tergantung permintaan pembeli. “Saya biasanya membuat 3 ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang, dan besar, tetapi yang paling banyak ukuran kecil karena itu yang paling lancar pasarannya,” terangnya.

Menurutnya, 1 kg bahan baku rebon bisa menghasilkan 1,5 kg terasi yang kemudian dicetak sesuai ukurannya. “Membuatnya seperti membuat batu bata itu, setelah dicetak baru kemudian dijemur sampai kering,” jelas Fauziah.

Proses pembalikan saat penjemuran harus sering dilakukan agar keringnya merata sampai dalam. “Penjemuran membutuhkan waktu sampai 1-2 hari jika kondisi cuaca sedang bagus, kalau musim hujan seperti sekarang bisa membutuhkan waktu yang cukup lama,” ceritanya.

Ia menambahkan di pasaran banyak pembeli yang salah persepsi jika terasi yang asli adalah terasi yang memiliki warna merah, padahal bukan. “Terasi asli itu yang warnanya coklat karena memang seperti itu warna udangnya setelah ditumbuk, kalau yang warnanya merah itu diberi pewarna makanan,” terang Fauziah.

Meski demikian, pembeli lebih menyukai terasi yang diberi pewarna karena lebih menarik. Namun, pihaknya tidak mau menggunakan zat pewarna untuk menjaga kepercayaan konsumen.

Untuk harga, terasi ini dibanderol dengan harga yang terjangkau yaitu hanya Rp 10 ribu saja, di mana konsumen akan mendapatkan 4 buah terasi berukuran kecil atau 3 buah terasi ukuran sedang atau 1 buah terasi ukuran besar. “Terasi ini bisa bertahan sampai 5-6 bulan,” imbuhnya.

Fauziah mengatakan pasaran terasi buatannya banyak dipasarkan di pasar-pasar tradisional di Lombok. “Tetapi sekarang zamannya sudah canggih, jadi banyak yang ambil di sini untuk dijual lewat online dan dipasarkan ke seluruh Indonesia seperti Jakarta, Kalimantan dan lainnya,” klaimnya. (Uul/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive