Be Your Inspiration

Thursday 5 April 2018

The Mandalika Kuta Lombok, Magnet Baru Wisata Dunia

Ikon The Mandalika Kuta Lombok (Dokumentasi ITDC)
Proses pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika (The Mandalika)  oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), sejauh ini sudah sesuai target yang diharapkan. Bahkan, pascadiresmikan operasional KEK Mandalika oleh Presiden RI Joko Widodo pada tanggal 20 Oktober 2017 lalu, pengembangan KEK Mandalika semakin dikebut. Kendati belum sepenuhnya selesai, KEK Mandalika kini telah menjadi magnet yang menarik perhatian dunia karena keindahan alam kawasan yang begitu luar biasa.

The Mandalika kini telah menjelma menjadi salah satu destinasi favorit tahun 2018 ini untuk dikunjungi para wisatawan, seperti yang dilansir detikTravel. Dan, berhasil menduduki peringkat kelima dari sembilan destinasi  wisata pilihan pembaca website tersebut. Karena diakui atau tidak, kawasan seluas 1.175 hektar ini memiliki hamparan pasir putih di sepanjang 16 km. Dengan keunikan pasir putih bertekstur merica dan halus, dikelilingi oleh perbukitan hijau yang membentang dari ujung Barat ke Timur yang tidak dimiliki kawasan wisata lainnya.
The Mandalika Kuta Lombok (Dokumentasi ITDC)

Keunggulan itulah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan mancanegara maupun nusantara untuk berkunjung ke Kawasan Mandalika. Dan, tidak berlebihan kalau kemudian  The Mandalika ditetapkan menjadi satu dari 10 destinasi pariwisata prioritas atau “Bali Baru’’ oleh pemerintah pusat. Untuk dikembangkan sejalan dengan strategi pemerintah dalam meningkatkan pariwisata menjadi sumber devisa utama negara.

ITDC sebagai pengelola kawasan Mandalika dulunya bernama Bali Tourism Development Corporation (BTDC) merupakan BUMN yang memiliki lini bisnis membangun dan mengembangkan kawasan pariwisata di Indonesia. Selama 42 tahun perseroan ini telah membangun dan mengelola The Nusa Dua. Kawasan pariwisata kelas dunia yang berlokasi di Bali Selatan.

Kawasan Mandalika meliputi Pantai Seger, Pantai Serenting, Pantai Tanjung Aan, Bukit Merese, dan Pantai Kuta Mandalika yang menjadi salah satu ikon utama dari kawasan ini. “Khusus untuk kawasan Pantai Kuta, ITDC saat ini tengah melakukan penataan di mana nantinya kawasan pantai tersebut sepenuhnya diperuntukkan bagi masyarakat,” sebut General Affair KEK Mandalika, I Gusti Lanang Bratasuta, Rabu (4/4/2018).
Salah satu wahana yang sedang dibangun di The Mandalika Kuta Lombok Tengah
Saat ini ada beberapa fasilitas umum yang telah dan tengah dibangun di Pantai Kuta Mandalika. Di antaranya beach walk, restroom area, lifeguard, zona bermain anak-anak, panggung terbuka, zona berenang, dan wahana water sport yang nantinya akan dikembangkan juga sebagai sport tourism guna menyongsong NTB sebagai tuan rumah PON 2024.

Selain itu, ITDC juga membangun fasilitas pendukung di sekitar Pantai Kuta Mandalika seperti sentra parkir, bazaar UKM, dan alun-alun yang terletak disekitar area Masjid Nurul Bilad. Di mana nantinya zona UMKM tersebut akan diperuntukan bagi pemberdayaan masyarakat pelaku UMKM setempat.

Dengan begitu diharapkan, pedagang atau pelaku UMKM di sekitar Pantai Kuta Mandalika bisa tertata dengan rapi. Pertumbuhan ekonomi masyarakat nantinya bisa selaras dan beriringan dengan pertumbuhan investasi di KEK Pariwisata Mandalika. “Pembangunan bazaar UMKM ini didukung oleh pihak Kementerian Koperasi dan UKM RI yang berencana untuk melakukan pembinaan terhadap pelaku usaha yang akan mengisi zona UMKM tersebut,” jelas Brata.

Dukungan tersebut akan dilakukan melalui tiga deputi di Kementerian Koperasi dan UKM. Masing – masing Deputi SDM, Deputi Pembiayaan, dan Deputi Produksi dan Pemasaran bersama ITDC tentunya. “Nantinya The Mandalika diharapkan bisa menjadi pusat perekonomian baru di Loteng dengan keberadaan pusat UMKM ini,” tambahnya.
The Mandalika Kuta Lombok Tengah (Dokumentasi ITDC)
Presiden RI Ir. Joko Widodo dan anggota Badan Anggaran DPR RI secara khusus memberikan apresiasi terhadap perkembangan pembangunan kawasan Mandalika yang dinilai sangat cepat. Itu semua tentunya tidak semata-mata diraih oleh ITDC. Namun berkat dukungan semua pihak didaerah ini. Baik  pemerintah daerah maupun masyarakat.

Pada saat kunjungan di Kawasan Mandalika tanggal 22 Maret lalu, anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR RI mengaku tidak menyangka perkembangan KEK Mandalika secepat ini,  sehingga Banggar DPR RI mengaku tidak sia-siap pemerintah pusat mengalokasi anggaran sebesar Rp250 miliar untuk pengembangan KEK Mandalika selam tahun 2015 dan 2016 lalu.

Namun yang tidak kalah penting, perkembangan KEK Mandalika tersebut harus bisa memberikan efek positif bagi mastyarakat. “Saya melihat sangat baik penataan kawasan Mandalika ini sebagai upaya percepatan pembangunan ekonomi terutama bagi masyarakat lokal,” tutur Aziz Syamsudin, anggota Banggar DPRRI.

Pada kunjungan Banggar DPRRI, jajaran Direksi BUMN Keuangan seperti Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), Emma Sri Martini, Direktur Utama PT Sarana Multigriya Finansial (SMF), Ananta Wiyogo, Direktur PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII), Salusra Satria, turut hadir. Kehadiran sejumlah BUMN sekaligus untuk melihat peluang dan potensi yang ada di kawasan ini sekaligus peluang untuk menjalin kerjasama dengan pihak ITDC selaku pengelola kawasan. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Tuesday 3 April 2018

Hadiri Peringatan Hari Penyiaran Nasional di Palu, Sulteng Moeldoko: Komisi Penyiaran Indonesia Harus Berani Bersuara, Jaga Keutuhan NKRI

Narasumber pada Seminar Utama Komisi Penyiaran Indonesia 2018 di Palu Sulawesi Tengah
Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Dr. Moeldoko menegaskan, Komisi Penyiaran Indonesia baik di pusat maupun di daerah dapat menjadi pahlawan dalam mengawal perubahan di era Revolusi Industri 4.0. “Untuk bisa menjadi hero, menjadi pahlawan, syaratnya harus menjadi pemberani. Berani bersuara dalam rangka menjaga keutuhan NKRI, dalam menghadapi dunia yang berubah sangat cepat, kompleks dan penuh risiko,” katanya. Hal tersebut disampaikan Moeldoko dalam seminar utama menyambut Hari Penyiaran Nasional bertema “Menjaga Keutuhan NKRI melalui Dunia Penyiaran yang Sehat dan Berkualitas” di Palu, Sulawesi Tengah, 2 April 2018.
Selain Moeldoko, hadir sebagai narasumber antara lain Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Wakil Ketua Komisi I DPR-RI Asril Tanjung, dan pakar Hukum Tata Negara Prof.Dr Jimly Asshiddiqie, SH. Seminar ini dihadiri oleh komisioner Komisi Penyiaran Indonesia dan ratusan anggota KPI Daerah dari seluruh Indonesia.

Sekarang ini, menurut Moeldoko, masyarakat sering diombang-ambingkan dengan informasi yang simpang siur dan tidak benar. “Contohnya, seringkali Pemerintah dituding hanya membangun fisik, membangun infrastruktur saja. Padahal, jika dipahami lebih jauh, dalam pembangunan fisik dan infrastruktur, di dalamnya terkandung upaya membangun konektivitas, membangun mentalitas masyarakat, membangun peradaban manusia. Jika hanya memperhitungkan aspek politik atau ekonomi saja, maka pembangunan hanya akan bertumpu di Pulau Jawa. Kebijakan seperti itulah yang membedakan politisi dan negarawan,” kata mantan Panglima TNI tersebut.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, “Penyiaran yang sehat hanya bisa diwujudkan jika industrinya sehat. Bisnisnya harus berjalan baik dan berkualitas.” Menurut catatan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Rudi mengatakan, terdapat 2.673 ijin yang sudah beroperasi. “Sekitar 1.100 adalah izin siaran televisi, dan  sekitar 1.600 izin radio, termasuk LPP dan LPK. Pemerintah sekarang ini memberlakukan moratorium izin baru, karena kita peduli dengan keberlangsungan industri penyiaran yang sudah ada. Pemerintah bertugas untuk membina supaya industrinya dapat berkelanjutan,” tambah Rudiantara.

Rudiantara juga menambahkan, industri penyiaran sekarang sedang menuju ke arah digital, dan potensinya luar biasa besar. “Nilainya sekitar 39,9 miliar US$ atau sekitar Rp500 triliun dalam 7 tahun ke depan. Selain itu akan terbuka lapangan pekerjaan baru, peningkatan pajak dari industri penyiaran digital. Ada kurang lebih 230 ribu lapangan kerja baru dari industri penyiaran digital ini,” katanya.

Sementara itu, pakar Hukum Tata Negara Jimly Asshiddiqie mengatakan, UU Penyiaran No 32 tahun 2002 itu lahir dengan penuh kontroversi. “Ini adalah salah satu UU yang tidak diteken oleh Presiden pada waktu itu. Kenapa tidak diteken, sumber masalahnya ada pada ketidaksukaan industri penyiaran terhadap UU ini. UU itu itu memiliki kelemahan, di mana fungsi regulator yang seharusnya diemban oleh KPI, menjadi lemah,” ujar Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.

Jimly menambahkan bahwa sekarang ini, terdapat tiga pasar bebas yang sudah mendunia. Pertama bisnis pasar bebas. Di Indonesia, terdapat KPPU yang berfungsi mengendalikan pasar yang bebas tersebut. “KPPU diperlukan oleh negara untuk mengendalikan bisnis pasar bebas,” katanya.

Kedua, adalah politik pasar bebas. Mulai dari presiden sampai dengan kepala desa menjadi komoditas yang diperebutkan. “Artinya, jabatan politik itu diperebutkan. Itu perlu dikendalikan, sehingga KPU dan Bawaslu menjadi dibutuhkan,” papar Jimly.

Ketiga adalah media pasar bebas. Pasar itulah yang seharusnya dikendalikan oleh Komisi Penyiaran Indonesia. Oleh karena itu, keberadaan Komisi Penyiaran Indonesia tersebut harus diperkuat.
Dalam kesempatan yang sama, anggota DPR Asril Tanjung memperkuat pendapat tersebut. Ia mengatakan, “Di negara demokratis manapun, media penyiaran senantiasa diatur oleh hukum. Media penyiaran memiliki regulasi ketat dibandingkan media cetak. Namun regulasi tersebut juga diharapkan bersifat demokratis bagi setiap pemangku kepentingan.”

Di awal seminar, Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Yuliandree Darwis menjelaskan bahwa perubahan teknologi dan komunikasi telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi, yang telah mengubah cara kehidupan berbangsa. “Penyiaran Indonesia masih meninggalkan pekerjaan rumah terkait revisi Undang-undang Penyiaran No 32 tahun 2002, status anggaran, dan sebagainya. Di sisi lain, ujaran kebencian, siaran yang berorientasi rating menjadi dewa, juga masih menjadi pekerjaan rumah penyiaran kita. “Kita tidak bisa menyalahkan industri. Juga tidak bisa saling menyalahkan, tetapi kita harus mencari solusi bersama,” papar Yuliandree. (Tim Media KSP)
Share:

Hati Gerah dan Bosan dengan Macet, Air Terjun Semporonan Lombok Timur Obatnya

Seorang wisatawan tengah menikmati kesegaran Air Terjun Semporonan yang ada di Kabupaten Lombok Timur. 

Kabupaten Lombok Timur memiliki banyak destinasi wisata. Tidak hanya pantai dan gili, terdapat pula air terjun yang menyegarkan. Salah satunya Air Terjun Semporonan yang terletak di Desa Timba Nuh Kecamatan Pringgasela. Air Terjun ini belakangan semakin banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal.

Akses menuju ke Air Terjun Semporonan membutuhkan waktu 20 hingga 30 menit dari Kota Selong. Air terjun ini berada di desa paling utara di kawasan Pringgasela. Meski demikian akses jalan menuju tempat ini terbilang cukup baik. Sehingga wisatawan dapat menikmati perjalanannya dengan nyaman. “Ini kan di bawah atau di kaki Rinjani. Jadi airnya segar dan tentu saja bersih,” kata warga Pringgasela Muhammad Amin, Minggu (1/4/2018).

Menuju ke lokasi air terjun anda harus berjalan sejauh 350 meter. Rute jalan setapak dan sedikit berbatu menjadi rintangan yang harus dilewati. Dalam perjalanan inipun wisatawan disuguhkan pemandangan perkebunan kopi dan  dan sejumlah tanaman pangan masyarakat. Aroma kopi mentah akan tercium dan menjadi sensasi perjalanan yang menyenangkan bagi pecinta kopi. “Jalannya tidak membosankan, karena wisatawan akan menemukan banyak hal selama di perjalanan,” ujarnya.

Sekilas Air Terjun Semporonan ini mirip seperti Air Terjun Sendang Gile di Kabupaten Lombok Utara. Namun dengan tinggi yang berbeda yakni 40 meter. Deras dan dinginnya air terjun tersebut menambah sensasi yang dapat dirasakan wisatawan. Apalagi suasananya juga sangat tenang, sehingga wisatawan benar-benar dimanjakan dengan keindahan dan suasana alami di air terjun ini.

Meski demikian, di air terjun ini belum dilengkapi dengan fasilitas umum seperti toilet, ruang ganti atau musala. Sehingga wisatawan merasa kurang nyaman ketika harus mandi dan tidak ada tempat untuk bilas dan mengganti pakaian. “Saya berharap pemda bisa melihat potensi air terjun ini sebagai salah satu destinasi wisata. Sehingga kebutuhan akan fasilitas dasar dapat dipenuhi,” ujarnya. (Linggauni/Suara NTB)

Share:

Monday 2 April 2018

Bank BRI Mataram Ganti 9.900 PIN ATM Nasabah

Pimpinan Cabang BRI Mataram, Harsono 
PIMPINAN Cabang BRI Mataram, Harsono tidak memungkiri terjadinya penumpukan nasabah di kantor pelayanan Bank BRI. Bank harus memanggil nasabah, untuk melakukan pergantian PIN. Sebagai antisipasi bank agar nasabah tak menjadi korban. Mengingat adanya indikasi mesin-mesin milik Bank BRI yang diincar oknum pembobol ATM.

BRI Mataram bahkan harus melakukan penggantian nomor PIN ATM kepada 9.900 pemegang kartu, dari total sebanyak 68.000 jumlah nasabah pemegang kartu ATM di tiga wilayah yang dibawahi BRI Mataram.

‘’Kita menyampaikan SMS langsung kepada nasabah. Meminta langsung melakukan penggantian PIN kartu ATM. Semua sudah clear, 9.900 nasabah sudah diganti PIN ATMnya,’’ sebut Harsono pada Ekbis NTB, Rabu (27/3/2018).

Mengenai sistem pengamanan setelahnya, Harsono menyebut, sebelumnya ada ada 92 ATM terpasang yang dianggap berbahaya (terindikasi skimmer),dari total 118 unit mesin ATM BRI Mataram yang tersebar di tiga kota kabupaten. BRI Mataram bahkan telah memasang sistem pengamanan Deep Skimming untuk mengantisipasi maraknya kejahatan pembobolan dana nasabah melalui ATM.  “Selain itu, ada juga tim yang patroli pagi dan sore,” kata Harsono.

Ia meyakinkan, bahwa dana nasabah sudah cukup aman. Tak perlu khawatir, atau was-was untuk melakukan transaksi di manapun.

Dalam keterangan resmi BRI yang diteruskannya,  PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk terus melakukan penggantian kartu ATM nasabah yang terindikasi skimming. Para nasabah yang mendapatkan pesan singkat (SMS) dari Bank BRI dimohon agar segera mendatangi Kantor Cabang Bank BRI terdekat untuk melakukan penggantian kartu tanpa dikenakan biaya apapun.

Pemblokiran kartu dilakukan hanya pada kartu yang terindikasi skimming sebagai tindakan preventif untuk melindungi dana nasabah.  Corporate Secretary Bank BRI,  Bambang Tribaroto mengungkapkan bahwa  Bank BRI menonaktifkan sebagian kartu nasabah yang diduga pernah digunakan untuk bertransaksi di lokasi ATM yang diindikasikan terkena skimming.  Bank BRI akan mengutamakan pergantian kartu ATM secara gratis bagi nasabah yang mendapatkan pemberitahuan pemblokiran kartu melalui SMS Blast/SMS Notifikasi.

BRI memastikan, nasabah yang tidak mengalami pemblokiran kartu ATM ataupun tidak mendapatkan SMS Notifikasi, dijamin aman. Artinya, tak perlu harus mendatangi kantor layanan BRI.

Diimbau juga kepada nasabah yang telah mengganti nomor ponsel, agar segera mendatangi unit kerja Bank BRI untuk memperbarui data pribadi berupa nomor handphone agar dapat menerima SMS Blast atau SMS Notifikasi Bank BRI sewaktu-waktu. (Bulkaini)
Share:

Ketika Kejahatan Skimming Hantui Nasabah Bank di NTB

ATM BRI yang tidak bisa dipergunakan, karena sedang dalam perbaikan.
Kasus pembobolan dana milik nasabah bank atau skimming menjadi momok yang menakutkan. Kejahatan tersebut yang belakangan ini kerap terjadi, membuat nasabah khawatir melakukan transaksi di Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

Kejahatan skimming pertama kali terungkap menimpa nasabah Bank BRI pada tahun 2016 silam. Kasus pertama itu, membuat masyarakat khususnya nasabah bank mulai meragukan keamanan bertransaksi melalui ATM.  Peristiwa serupa kembali terulang Maret 2018. Tak sedikit warga, khususnya nasabah Bank BRI di beberapa daerah di Indonesia mengalami hal yang sama. Tiba-tiba tanpa melakukan transaksi, dana mereka yang disimpan di bank hilang. Kasus skimming kembali terulang.

Setelah polisi memastikan bahwa kasus yang terjadi Maret 2018 lalu adalah kejahatan skimming, pihak perbankan pun bergerak cepat. Pihak perbankan, khususnya Bank BRI langsung mengirim SMS ke pada ribuan nasabahnya untuk mengganti pin ATM. Nasabah yang sangat tergantung pada transaksi di ATM pun ramai-ramai mendatangi Kantor Bank BRI untuk mengganti nomor pin.  

Seperti yang terlihat di Kantor Bank BRI Mataram, Kamis (29/3/2018). Ribuan nasabah rela antre hingga berjam-jam. Selain mengganti nomor pin, mereka juga menunggu penjelasan dari pihak bank mengenai nasib rekening mereka yang tiba-tiba terblokir sejak beberapa hari terakhir.

Lukman, salah seorang nasabah Bank BRI yang ditemui Ekbis NTB, mengaku, dirinya sebelumnya tidak mendapatkan pemberitahuan dari pihak bank akan pemblokiran rekeningnya. ‘’Tiba-tiba saja diblokir. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya,’’ terangnya.

Pemakaian semua kartu yang dimilikinya otomatis tidak bisa digunakan untuk bertransaksi. ‘’Makanya saya datang ke sini untuk minta penjelasan terkait hal ini,” imbuhnya.

Ia mengaku rekeningnya tidak bisa digunakan sejak beberapa waktu lalu. ‘’Katanya pemblokiran itu untuk menghindari skimming. Karena itu, saya datang ke sini sekarang untuk mengganti nomor PIN,’’ kata Lukman.

Ia mengaku proses penggantian nomor PIN memakan waktu cukup lama. Karena banyaknya nasabah yang juga melakukan hal sama. Namun, karena merasa penggunaan ATM sangat penting dan berharap jaminan uang yang disimpan di bank tetap aman, Lukman tidak mempermasalakan lamanya antre.
Antrean nasabah Bank BRI yang akan mengganti nomor PIN di BRI Cabang Mataram, Kamis (28/3/2018)
Hal senada juga diungkapkan nasabah lainnya, Asiah. Ia mengaku datang ke Kantor Bank BRI untuk meminta keterangan terkait rekeningnya yang diblokir. ‘’Kata pihak bank, ATM saya diblokir untuk antisipasi biar saldo tetap aman,’’ jelasnya.

Pemblokiran dilakukan oleh pihak Bank BRI langsung kepada nasabah yang terindikasi rawan terkena skimming kartu ATM. Pihak bank juga menyarankan Aisah agar mengganti nomor pin sehingga ATM nya bisa digunakan kembali. ‘’Katanya untuk antisipasi skimming itu,’’ kata Asiah.

Muliadin, nasabah lainnya mengaku ATM-nya mulai diblokir sejak tanggal 24 Maret 2018. Muliadin baru menyadari, ATM-nya diblokir setelah mengecek ATM-nya. ‘’Makanya saya datang ke sini, ngantre dari pagi,’’ ujarnya.

Sebelumnya, Muliadin mendapatkan pemberitahuan dari pihak bank akan pemblokiran nomor itu melalui pesan singkat. Alasannya, untuk menghindari kasus skimming yang sedang merebak. ‘’Saya pribadi tidak merasa terganggu dengan adanya pemblokiran rekening ini,’’ kata Muliadin.

Ia memang sengaja mendatangi kantor pusat Bank BRI di Jalan Pejanggik, Mataram. Ia berharap ke depannya keamanan terhadap dana nasabah yang tersimpan di bank bisa ditingkatkan. Sehingga kepercayaan masyarakat pada perbankan bisa lebih baik. ‘’Sebenarnya bukan dari Bank BRI saja, tetapi juga dari bank-bank lainnya,’’ imbuhnya.

Kondisi serupa juga dialami L. Dita. Ia adalah salah seorang nasabah yang mendapat kabar via SMS untuk mendatangi Kantor Pusat  Bank BRI Mataram. SMS tersebut jelas memintanya untuk sesegara mungkin menggantikan nomor PINnya. SMS itu juga diterima oleh nasabah-nasabah BRI lainnya, yang terindikasi berpeluang menjadi korban skimming.

Sebelum berangkat dinas, ia mendatangi Kantor BRI Mataram. Antreannya di atas nomor seribuan. Waktu mengantrenya sangat lama, dari pagi hari, nomor antreannya dapat dilayani oleh petugas bank, menjelang sore hari.  ‘’Sangat melelahkan, kerjaan saya jadi korban. Mau bagaimana lagi, dari pada kita rugi kemudian,’’ demikian L.  Dita.

Kasus ini patut menjadi perhatian serius perbankan. Agar nasabah dapat menempatkan dananya dengan nyaman. Tanpa ada rasa was-was, dan juga tidak direpotkan dengan waktu yang cukup lama, untuk mengurus ATM yang terindikasi berpeluang menjadi sasaran kejahatan perbankan.  (Uul EfriyantiPrayoba/EkbisNTB)
Share:

Investor Korea Tertarik Investasi Lapangan Golf di Gili Gede

Keindahan alam Pantai Gili Gede Kecamatan Sekotong Lombok Barat
Gili Gede, Sekotong, Lombok Barat benar-benar laris manis. Pulau kecil tersebut menjadi embrio Gili Trawangan kedua, dengan konsep pembangunan kawasan yang sedikit berbeda tentunya. Pemodal asal Korea, sedang membidik destinasi ini untuk membangun infrastruktur sport tourism.  


Gili Gede adalah salah  satu kawasan eksotis pariwisata yang akan menopang pembangunan sektor pariwisata NTB masa depan, selain KEK Mandalika di Lombok Tengah. Gili ini benar-benar akan hidup, apalagi setelah Marina Del Ray menanamkan investasinya untuk membangun pelabuhan khusus yacht pertama di Indonesia. Marina Del Ray telah memulai pembangunannya. Izin-izin dari pemerintah pusat telah dikantongi.

Sekretaris Camat Sekotong, Lalu Pardita Putra Utama, SE kepada Ekbis NTB mengatakan, pemodal asal Korea memiliki keinginan besar untuk menempatkan dananya di Gili Gede untuk pembangunan resort, dan lapangan golf ini. Komunikasi awal sudah mulai digelar, meskipun keinginan itu belum disampaikan secara resmi kepada pemerintah daerah. Sekitar 150 hektar lahan dibutuhkan dan saat ini sedang dilakukan penjajakan. Jika memungkinkan lahan seluas itu tersedia, dananya akan ditanamkan disana.


Dalam sebuah literatur pariwisata, Gili Gede adalah sebuah pulau kecil yang terletak 500 meter di sebelah barat laut Pulau Lombok. Gili Gede merupakan pulau terbesar yang dimiliki kabupaten Lombok Barat yaitu dengan panjang maksimum 4 Km.

“Sudah ada yang turun cek langsung lokasi. Kalau sudah pas, akan dilanjutkan dengan mengurus izin-izinnya. Yang penting terjamin keamanannya,” demikian L. Dita, panggilan akrabnya.

Ditemui media ini di Mataram, Minggu (1/4/2018), Lalu Pardita menegaskan, ada puluhan pemodal yang telah bercokol di Gili Gede. Seluruhnya bergerak di sektor pariwisata, dengan membangun fasilitas penginapan dan tempat tinggal bagi wisatawan. Marina Del Ray menjadi investor terbesarnya.


Terhadap keinginan besar investasi pemodal asal Korea untuk membangun  resort dan lapangan golf, jikapun tak memungkinkan di Gili Gede, tawarannya adalah Sekotong Barat. Dengan lokasi yang pemandangannya menghadap langsung ke Gitanada (Gili Tangkong, Gili Nanggu dan Gili Sudak). Sekotong Barat ini juga tak kalah strategisnya dengan Gili Gede. “Alternatifnya mana-mana sudah nanti, tergantung pilihan hati pemodalnya,” imbuhnya.

Dengan makin banyaknya investasi yang kepincut Gili Gede dan Sekotong pada umumnya, Lalu Pardita mengatakan bahwa SDM lokal harus dipersiapkan. Kegiatan – kegiatan pelatihan bagi masyarakat setempat harus digalakkan. Misalnya, pelatihan untuk persiapan tenaga keamanan (security), pelatihan sekretaris, akunting serta di sektor yang terkait dengan pariwisata lainnya.
“Kalau tidak segera dipersiapkan, SDM kita bisa disalip tenaga luar. Bisa saja perusahaan juga mengalokasikan dana CSR atau PKBLnya untuk mendukung pembangunan SDM berkelanjutan yang ada di Sekotong,” katanya. (Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Tas Ketak Raisa, Eksistensi Kerajinan Lombok dengan Tren Terkini

Tas Ketak Raisa buatan warga Dusun Peresak Timur Desa Karang Bayan Lingsar Lombok Barat  (dokumentasi Uul)
BERAWAL dari sebuah unggahan artis nasional, Raisa Andriana, mengenakan sebuah tas anyaman ketak  beberapa bulan lalu, pamor tas ketak berbentuk bulat itu naik ke permukaan. Pesanan mulai berdatangan pada para perajin ketak, karena keinginan masyarakat untuk memiliki tas yang sekarang familiar disebut ‘tas Raisa’ itu.

Seperti yang dialami Awidi, perajin ketak sekaligus pemilik UD Nusa Indah di Dusun Peresak Timur, Desa Karang Bayan, Lingsar yang setiap harinya selalu kebanjiran pesanan tas Raisa ini.



Di rumah sekaligus bengkel kerjanya, tampak para pekerja membuat tas ketak ini dengan membagi tugas, mulai menganyam, mengoven, sampai mempercantik tampilan akhir tas sebelum sampai ke tangan konsumen. “Tas Raisa ini memang sekarang sedang jadi tren sejak 2 tahun belakangan. Ini trend yang paling lama, tanpa jeda,” terang Widi, panggilan akrabnya, saat ditemui di rumahnya, Kamis (29/3/2018).

Namun, diakuinya, tren ini semakin menjadi setelah digunakan Raisa dan efeknya meluas kepada masyarakat luas. “Sekarang perajin ketak semuanya sedang kebanjiran pesanan tas ini, mulai perajin di Lombok Tengah dan Lombok Barat,” jelasnya.

Di Lombok Barat sendiri, ada 2 desa yang dikenal sebagai sentra kerajinan ketak yaitu Karang Bayan dan Batu Mekar. Widi yang sudah memulai kerajinan ketak sejak tahun 1995 ini menerangkan jika ketak ini menjadi tulang punggung pencaharian masyarakat kedua desa tersebut, selain hasil bumi. “Total saya memiliki anggota perajin mencapai 341 orang se-Kecamatan Lingsar, yang 15 di antaranya adalah pengepul,” sebut pria 47 tahun ini.
Proses pembuatan tas ketak di Desa Karang Bayan Lingsar Lombok Barat (dokumentasi Uul)
Ketak yang menjadi bahan baku utama pembuatan tas ketak didapat Widi dari berbagai tempat. Mulai dari hasil hutan sekitar desanya, bahkan didatangkan dari Kalimantan, Nusa Tenggara Timur, dan berbagai wilayah lainnya di Indonesia. “Dalam sebulan, saya bisa menghabiskan sampai 1.000 ikat ketak yang 1 ikat isinya 100 batang dengan harga Rp 25-50 ribu untuk ketak yang berkualitas terbaik,” akunya.



Kenaikan harga bahan baku, imbuhnya, disebabkan kenaikan pesanan yang berimbas pada harga bahan baku. Proses pembuatan tas ketak sendiri dimulai dengan membagi batang ketak menjadi 6 bagian yang kemudian ditipiskan menggunakan serut agar bisa dianyam.

“Setelah itu, baru kemudian dianyam sesuai ukuran tas yang diinginkan, biasanya ukuran yang paling umum dibuat diameter 20 cm,” papar Widi.

Dalam sehari, perajin bisa membuat 5 buah tas berukuran kecil, sedangkan tas berukuran besar bisa menghabiskan waktu sampai 1 minggu lamanya. “Itu tergantung dari ketekunan perajinnya juga, kalau dia tekun cepat jadinya,” ujarnya.

Untuk produksi tas Raisa, dirinya bisa memproduksi sampai 300 tas/harinya yang setiap harinya selalu diburu oleh para konsumen setianya. Ia menambahkan, ia bisa mengirim sampai 1.000 buah tas Raisa setiap minggunya ke Bali.



Harga untuk tas Raisa ini termasuk terjangkau berkisar Rp 150 – 250 ribu/buah tergantung ukuran tas. “Dalam sehari, alhamdulillah saya bisa jual sampai Rp 15 – 20 juta untuk para reseller yang memang sudah banyak,” kata Widi.

Pasarannya pun diakuinya sudah merambah pasar nasional bahkan luar negeri. “Dulu saat bom Bali, usaha saya sempat mati suri. Saat saya menghidupkan kembali, saya mencoba memasarkan melalui website dan dapat pesanan dari luar negeri yang bisa berlangsung sampai sekarang,” terangnya. Dibantu oleh anaknya, dirinya sekarang sudah memiliki langganan tetap terutama untuk pasar Jepang.


“Di Jepang, kami sudah memiliki pembeli tetap yang dalam setahun bisa pesan sampai 3 kali. Bahkan anak saya berencana untuk berkunjung ke Jepang dalam waktu dekat,” kata Widi.



Secara nasional, ia mengaku sudah banyak memiliki reseller yang tersebar di berbagai daerah yang memang mengambil barang di dirinya. Pembeli dari luar negeri, imbuhnya, lebih menyukai warna-warna kerajinan ketak yang natural sesuai warna aslinya. Tidak seperti pembeli lokal yang menyukai warna-warna cerah yang menarik perhatian. Makanya tas Raisa ini tersedia dalam berbagai warna sesuai pesanan dari konsumen. “Warna itu diperoleh dari proses pewarnaan yang dilakukan dalam tahap akhir,” ujar Widi.

Saat ditanyakan, lebih menguntungkan mana penjualan secara lokal atau ekspor, dirinya mengaku lebih untung yang ekspor. “Perbandingannya memang 75 : 25 untuk pasaran luar negeri, tetapi harga kan lebih tinggi kesana,” jelasnya.

Selain tas ketak, Widi juga memproduksi berbagai kerajinan ketak lainnya, mulai dari tatakan gelas sampai hiasan dekorasi interior rumah. “Harganya mulai dari Rp 5 ribu untuk tatakan gelas itu, sampai Rp 1 jutaan untuk keranjang laundry dan bola dekorasi interior rumah ukuran besar,” terangnya.

Ke depannya, ia berharap usaha ketak ini bisa semakin berkembang terutama saat pariwisata NTB yang sekarang sedang berkembang. “Keinginan terbesar saya memiliki galeri sendiri yang langsung nyambung dengan bengkel kerjanya, agar pengunjung yang datang bisa melihat langsung prosesnya,” tambahnya. (uul Efriyanti Prayoba/Ekbis NTB)
Share:

Oi Hodo, The Unique Beach at Dompu Regencey

A tourist  enjoying the atmosphere of Oi Hodo Beach at Dompu District. This beach consist of a unique beach in the world
Banyak destinasi wisata yang dimiliki Kabupaten Dompu. Tidak hanya Lakey dan Tambora. Ada pula Pantai Oi Hodo yang tidak kalah menarik untuk dikunjungi. Pantai ini berada di  jalan utama lintas Dompu-Calabai di kaki Gunung Tambora. Pantai ini juga masuk dalam paket Tambora Historical Trail yang akan diluncurkan dalam waktu dekat ini.

“Tempatnya bagus, ada mata air juga di sini. Jadinya ini sangat unik, karena ada mata air dekat pantai,” kata warga Dompu Muhaemin, Senin (22/3).

Tempat wisata Oi Hodo dapat ditempuh selama tiga jam dari Kota Bima menggunakan kendaraan bermotor dan dari Kabupaten Dompu hanya satu jam dengan melintasi akses jalan yang baik. Keunikan pantai ini yaitu terdapat mata air tawar yang ada di dekatnya.

Pantai Oi Hodo juga menjadi salah satu tempat persinggahan bagi setiap orang yang akan ke Gunung Tambora. Sehingga tidak heran jika pantai ini sudah dikenal, terutama di kalangan pendaki. Meski demikian, banyak pula wisatawan lokal yang berkunjung ke pantai ini. Hanya saja belum ada fasilitas pendukung yang menunjang kenyamanan wisatawan.

Ia mengatakan, selama ini wisatawan lokal sudah banyak yang berkunjung. Pemda setempat belum mengelola pantai ini sebagai destinasi wisata yang dapat diandalkan. Padahal lokasinya yang berdekatan dengan Gunung Tambora bisa saja menjadi nilai jual.

“Kalau memang mau dibuatkan paket wisata saya pikir ini sangat bagus. Masyarakat juga harus mempersiapkan diri dengan baik. Karena kalau sudah ada paket wisata, pasti banyak wisatawan yang akan datang,” ujarnya.

Pantai ini memiliki pasir berwarna hitam dengan area yang luas dan panjang. Lokasinya juga sangat pas untuk mengambil gambar atau melakukan swafoto. Beragam aktivitas dapat dilakukan di pantai ini. Termasuk berenang hingga memancing. Banyak wisatawan yang membawa kail dari rumah untuk bisa menikmati sensasi memancing di pantai ini.

Pantai ini terletak di Desa Oi Hodo, Kecamatan Kempo Kabupaten Dompu. Wisatawan juga akan menjumpai banyak kerbau di sekitar pantai. Karena pemiliknya kadang melewati pantai itu untuk kembali ke rumahnya. (Linggauni/Suara NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive