Be Your Inspiration

Tuesday 19 September 2017

Dried Fruit Khas Lombok Tembus Pasar Amerika dan Eropa

Dried Fruit khas Lombok yang merambah pasar Amerika dan Eropa

KERAJINAN buah kering atau dried fruit di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi.

Ari – sapaan akrabnya mulai membuat kerajinan ini sejak tahun 2008 silam. “Kebetulan saya dulu pernah bekerja di perusahaan milik asing yang membuat produk dried fruit ini, kemudian saya mencoba membuat sendiri,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dried fruit ini, tambahnya, biasa digunakan oleh para flowerist dalam membuat buket bunga yang menambah keunikan tampilannya. “Selain itu, biasanya digunakan untuk mempercantik interior ruangan karena sifatnya yang tahan lama,” ujarnya.

Untuk membuat kerajinan buah kering ini, Ari menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah ini. “Kami membuat dried fruit ini dari buah lontar, buah aren, dan lainnya yang kemudian dikeringkan secara tradisional,” terangnya.

Buah-buah ini dikeringkan selama 1-3 minggu dengan bantuan sinar matahari sampai benar-benar kering. “Prosesnya hanya begitu tanpa ditambahkan bahan apapun,” ujarnya.

Setelah dikeringkan, barulah kemudian buah-buah tersebut dirangkai menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. “Untuk tangkainya, kami menggunakan ketak yang di sini juga banyak tersedia,” kata Ari.
Dried fruit khas Lombok yang dipasarkan ke Eropa dan Amerika

Proses dried fruit sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak proses yang mesti dilalui. “Jadi pembeli yang memesan membutuhkan sampai 1 bulan untuk mengambil pesanannya,” jelas pria yang juga memiliki usaha travel ini.

Jadi tidak heran, harga per tangkai untuk kerajinan buah kering ini mencapai Rp 50 ribuan/buah. “Bengkel produksi kami adanya di Petebon, Karang Rundun, Bertais tetapi beberapa waktu ini belum berproduksi lagi,” kata Ari.

Buah kering ini banyak digunakan oleh pelaku pariwisata seperti hotel untuk mempercantik ruangan. “Dried fruit ini bisa disewa, seperti Hotel Santika yang pernah bekerja sama dengan kami,” ujarnya. Untuk itu, dirinya selalu mengeluarkan desain baru setiap beberapa bulan agar pembeli bisa bebas memilih.

Pasaran produk buah kering buatan Ari ini diminati sampai pasar luar negeri seperti ke Amerika dan Eropa. “Kalau untuk pasaran lokal, belum banyak yang tertarik karena peruntukannya yang terbatas untuk interior saja,” terangnya. Walaupun pariwisata di NTB yang sedang menggeliat, tidak membuat pesanan dari pembeli lokal meningkat. “Karena untuk hotel atau villa juga tergantung dari tema yang mereka pakai, serta mereka lebih cenderung menggunakan produk dari luar karena harganya yang lebih murah,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive