Be Your Inspiration

Tuesday 26 September 2017

Tenun Pringgasela Lombok Timur Industri Potensial yang Diakui Dunia

Seorang penenun di Pringgasela Lombok Timur sedang membuat kain tenun berkualitas tinggi

Tenun yang dihasilkan perajin di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan salah satu kerajinan tradisional yang cukup terkenal. Tenunan yang memiliki cirri sangat khas ini, ternyata mengalami sejumlah kendala dalam pengembangannya. Industri rumahan ini masih kesulitan pasar.

UNTUK membumikan kerajinan tenun Pringgasela ini, masyarakat setempat pada Senin (11/9) lalu menggelar acara Alunan Budaya Desa (ABD). Kegiatan ini menjadi tahun ketiga  kegiatan ini digelar. Langkah itu dilakukan untuk mempromosikan dan menduniakan gedogan Pringgasela tersebut. Pelaksanaan ABD  juga memecahkan rekor Muri dengan menampilkan sebanyak 1.300 penenun. Tidak lain, upaya itu dilakukan untuk menduniakan kerajinan khas Pringgasela yang merupakan industri rumahan yang cukup potensial menuju industri tenun yang mendunia.

Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, upaya serta perhatian yang sungguh-sungguh dari masyarakat serta pemerintah tentunya sangat diharapkan. ‘’Kesulitan kami  di pemasaran,’’ujar Inaq Indra, salah seorang perajin tenun sesekan Pringgasela, pada Ekbis NTB, Sabtu (23/9/2017).

Inaq Indra sudah menekuni kerajinan tenun sejak kecil. Kepiawainnya menenun, diakuinya didapatkan dari mendiang ibunya. Menurutnya, menenun pada masa lalu merupakan hal yang wajib dikuasai oleh seorang anak perempuan dan menjadi salah satu persyaratan sebelum menikah.

Miniatur perempuan yang sedang menenun menjadi salah satu tampilan Kantor Camat Pringgasela Lombok Timur

Kesulitan pemasaran kain tenun di Desa Pringgasela juga dikeluhkan oleh pemilik Art Shop Tanak Gadang, Sustri Wardani. Ia menjelaskan untuk pemasaran selain dilakukan di rumah, ia juga sering memanfaatkan media online berupa sosial media facebook dan sejenisnya. ‘’Selain itu kita juga sering ikut pameran,’’ katanya.

Sutri Wardani mengatakan, harus ada sinkronisasi antara instansi pemerintah dan para pengelola art shop. Karena wisatawan akan datang apabila ada yang dilirik. Untuk bantuan dari pemerintah, dijelaskan bahwa usaha pribadi tidak ada bantuan dana. Bantuannya dalam bentuk pelatihan.

Selain pasar. Kesulitan yang dihadapi terkait dengan memvariasikan motif  oleh perajin. ‘’Motif kita monoton tidak ada perubahan.  Meskipun demikian, untuk penjualan tetap jalan,’’jelasnya.  Adapun untuk harga, dijelaskan bervariasi mulai tergantung dari bahan, warna, motif dan ukuran dari kain tenun.

Hal senada disampaikan, M. Maliki, Ketua Kelompok Sentosa Sasak Tenun Desa Pringgasela. Kelompok yang berdiri tahun 2000 dengan jumlah anggota 60 orang ini, sering menerima bantuan dari pemerintah berupa, panci, bak, kompor dan benang. Di mana kelompok tenun ini sekarang di bawah binaan Bank Indonesia (BI). Dengan berada di bawah naungan BI, Maliki berharap penjualan hasil kerajinan tenun memiliki progres yang cukup baik mengingat kendala yang dihadapi saat ini dari segi pemasaran. ‘’Kita mengharapkan instansi terkait maupun BUMN menjadikan kita binaannya,’’ujarnya.
 
Pewarnaan alami kain tenun Pringgasela Lombok Timur
Maliki menjelaskan, menenun merupakan salah satu mata mencarian, menjadi pekerjaan utama dalam penopang kehidupan. Pasalnya, hampir semua rumah tangga yang ada di Desa Pringgasela memiliki alat menenun dan menekuni pekerjaan ini. ‘’Menenun ini pekerjaan utama masyarakat khususnya ibu-ibu sebagai penunjang perekonomian. Namun saat ini kita terkendala di pemasaran,’’ ujarnya.

Apabila pemasarannya bagus, menurut Maliki, maka kain tenun dapat menjadi primadona dan bisa diandalkan  sebagai penopang perekonomian masyarakat. Terlebih Desa Pringgasela sudah menjadi desa wisata. Untuk kain tenun Pringgasela sendiri, para perajin fokus menggunakan pewarna alam. ‘’Pewarna alam tidak ada efek samping terhadap kulit. Ramah lingkungan dan mudah dicari. Karena sumbernya dari kulit kayu banten, serabut kelapa dan juga daun ketapang,’’jelasnya.

Untuk kelompok Sentosa Sasak Tenun, sudah menjual hasil kerajinan seperti ke Jakarta, Bontang, Kalimantan Timur dan ke Bali. Pameran juga sering dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan untuk membumikan kain tenun Pringgasela ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lotim, mewacanakan penggunaan kain tenun menjadi seragam sekolah siswa dan guru. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menggaungkan kain tenun  Pringgasela. Termasuk ada wacana menjadikan tenun Pringgasela sebagai seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Setdakab Lotim.
Kain Tenun Pringgasela yang mempesona dan mendunia

Di Kecamatan Pringgasela sendiri, terdapat kain tenun yang dinamakan tunggul (umbul-umbul) yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat di sana.

Tunggul tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan tunggul itu tidaklah sembarangan mulai dari penentuan bunga kapas, pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk ritual-ritual atau upacara adat tertentu.

Berbeda halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang tertentu. Artinya yang sudah bersih (selesai menstruasi). ‘’Tunggul di sini merupakan tunggul laki-laki, sementara untuk tunggul perempuan dipegang oleh keluarga H. Syahdan, mantan Bupati Lotim di Rumbuk,’’ ujar Supawadi, anak tertua yang memegang tunggul tersebut. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive