Be Your Inspiration

Monday 4 September 2017

Idul Adha 1438 Hijriah, Spirit Membangun Konstruksi Ukhuwah Islamiah

Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB H. Rosiady H. Sayuti, Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana menghadiri Salat Idul Adha di Islamic Center, Jumat (1/9/2017).

Ibadah haji dan kurban memiliki pesan penting dalam pranata kehidupan. Yaitu mengokohkan ukhuwah islamiah yang berlandaskan pada ketundukan dan kepasrahan diri kepada Allah SWT sesuai dengan makna Islam.

Hal tersebut dikatakan Khatib Salat Idul Adha 1438 H, Dr. H. M. Zaidi Abdad di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, Jumat (1/9/2017) . Hadir juga pada Salat Idul Adha ini, Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH., MSi., Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB Ir. H. Rosiady H. Sayuti, MSc., PhD., Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana, pimpinan SKPD lingkup Pemprov NTB dan Kota Mataram.

Ibadah haji dan kurban, ujarnya, pada dasarnya melatih dan memotivasi umat Islam untuk memperkuat ukhuwah islamiah. "Berkumpulnya umat Islam dari seluruh penjuru bumi di satu tempat yaitu Ka'bah, padang Arafah, Muzdalifah dan Mina dengan pakaian yang sama yaitu ihram berwarna putih," katanya.

Dikatakan, ini adalah pelajaran dan pelatihan ukhuwah bahwa semua sama di mata Allah, tidak ada perbedaan kaya dan miskin, pejabat dan rakyat jelata, suku dan bangsa semua sama di hadapan Allah SWT. Untuk itu, Allah menjadikan nilai-nilai ukhuwah sebagai syarat utama menjadi haji mabrur.

Berbuat fasik dan berbantah-bantahan adalah perusak ukhuwah. Oleh karena itu, harus ditinggalkan bagi mereka yang sedang melaksanakan ibadah haji. Demikian juga ibadah kurban, akan melahirkan persaudaraan yang kokoh. Hal ini terlihat karena adanya manfaat bagi sesama mukmin berupa saling memberi bantuan dan makanan serta saling tolong menolong.

Zaidi Abdad mengatakan,untuk mengokohkan kembali konstruksi ukhuwah islamiah melalui ajaran ibadah haji dan kurban perlu dilakukan beberapa strategi. Pertama, meluruskan barisan dengan memurnikan dan meluruskan niat dari orientasi keduniaan yang membawa pada cinta dunia, yang pada akhirnya melahirkan lemahnya ukhuwah, saling menghargai dan menghormati sesama umat Islam.

"Kita harus mampu mengesampingkan kepentingan pribadi dan kelompok dari kepentingan umat secara luas. Mau menerima kebenaran dari siapapun. Sehingga kita menjadi umat yang kuat, berwibawa, maju dan bersatu," katanya.

Kedua, memahami Islam sebagai agama yang komprehensif dan moderat. Islam meiputi semua dimensi kehidupan, baik politik, ekonomi, pendidikan maupun budaya. Islam bukan sekedar akidah dan ibadah, tetapi mengatur seluruh dimensi kehidupan dunia dan akhirat.

Terakhir, mengimplementasikan Islam sebagai agama yang luas, mudah dan mengandung maslahat. Bukan sebagai agama yang sempit, sulit dan mengandung mudarat. Islam bukan agama yang sempit sebagaimana dipahami sebagian orang. Tetapi Islam menerima ijtihad dan perbedaan pendapat dalam masalah sunnah dan muamalat sebagai rahmat dan kemudahan.

Bukan sebagai perbuatan bid'ah dan pelanggaran karena para sahabat, tabiin dan generasi salaf, mereka juga berbeda pendapat. Tetapi tidak saling membid'ahkan. Apalagi mengkafirkan yang lain. "Mereka sangat mengetahui bahwa perbedaan pendapat adalah niscaya. Bahwa Islam adalah mudah dan tidak menyulitkan umatnya," tutupnya. (Muhammad Nasir)


Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive