Be Your Inspiration

Friday, 15 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (12)

Sementara di bawah pohon asem, Putri Faradila dan Dabok asyik berbincang tentang perjalanan mereka. Tanpa mereka sadari Dabok alias Pangeran Kumara datang sambil membawa nasi bungkus dan pisang raja yang sudah masak.

"Awas ada ular," teriak Dabok tiba-tiba.

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 11)


Setelah sarapan seadanya, mereka pun bersiap-siap berangkat. Dengan menunggang kudanya, mereka pun menuju lokasi acara di mata air Sari Gangga. 

Di tengah perjalanan, mereka pun berpisah. 

''Dil dan Cek, kalian berdua bisa langsung ke acara. Ikuti saja para warga yang ke sana. Nanti, kalian bisa ketemu dengan acaranya. 

''Ok, Bok,'' jawab Putri Faradilla singkat. 

Setelah itu, Dabok pun memacu kudanya ke arah yang berlawanan. Dabok yang juga Pangeran Kumara ini pun segera bergegas menuju istana untuk membersihkan tubuhnya dan membuka penyamarannya. 

Share:

Momen HPN di NTB, Ajang FasilitasI Investor Bermasalah dengan Pemerintah

Logo HPN NTB 2016
Momen Hari Pers Nasional (HPN) yang akan berlangsung awal Februari 2016 di NTB tidak ingin disia-siakan jajaran SKPD lingkup Pemprov NTB. SKPD lingkup Pemprov NTB menginginkan agar pada pelaksanaan HPN nanti NTB mampu mendapatkan manfaat besar. Apalagi, sebagai rangkaian HPN akan digelar sejumlah seminar, termasuk tentang investasi.

Share:

Sunday, 10 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 10)

Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah perbatasan Jurang Jaler dan Jontlak.

Sebuah, sungai menghadang mereka dengan batu-batu yang tajam. Namun, kuda-kudanya terus digeber biar cepat sampai tujuan.

Mereka pun memacu kudanya menelusuri kegelapan malam hingga tiba di sebuah rumah penduduk.

Share:

Wednesday, 30 December 2015

Fantastis, Biaya Izin Operasional Cidomo di Gili Trawangan Capai Rp 1 Miliar

Sunrise di Gili Trawangan. 
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos, M.Si mengatakan sektor pariwisata memiliki dampak domino yang sangat luar biasa. Ia mencontohkan, biaya perizinan operasional sebuah cidomo di Gili Trawangan, Lombok Utara saat ini mencapai Rp 1 miliar.

“Sekarang, izin cidomo di Gili itu Rp 1 miliar. Baru dikasih izin oleh Koperasi di Desa  Gili Indah,” kata Faozal.

Share:

Tuesday, 29 December 2015

Galeri HUT NTB ke 57 Tahun 2015

Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan peserta Tour de Tambora Rinjani 2015 saat berada di garis start. 

Share:

Pantai Lariti Kabupaten Bima yang Menakjubkan

Pantai Lariti Bima NTB mempesona
Pesona keindahan pantai di NTB, baik di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa memang tak diragukan lagi. Lombok memiliki Pantai Senggigi, Pantai Tajung Aan, Pantai Surga, Pantai Pink dan sejumlah pantai indah lainnya.  Pulau Sumbawa juga memiliki sejumlah pantai yang sangat indah, salah satunya Pantai Lariti.  Pantai Lariti  berlokasi di Desa Soro, Kecamatan Lambu, Kabupaten Bima.


Lariti begitulah warga Bima menyebut nama pantai yang indah dan memesona itu. Pantai Lariti yang begitu memikat,  memang belum sepopuler pantai-pantai terkenal lainnya di NTB.  Lariti, selama ini hanya terbatas baru menjadi destinasi wisata masyarakat lokal. Padahal, jika sedikit saja dapat sentuhan penataan dari pemerintah, Lariti bisa menjadi destinasi wisata andalan NTB selain pantai-pantai lainnya yang sudah kesohor.
Jalan menuju Pantai Lariti Bima
Lariti memiliki keindahan yang sangat menakjubkan. Karena itu sangat layak dijual kepada wisatawan nusantara termasuk mancanegara. Lariti tidak saja pantainya berpasir putih dan pemandangan alamnnya yang indah. Pemandangan alam bawah lautnya juga sangat menakjubkan.

Jarak Pantai Lariti dari pusat Kabupaten Bima atau di Bandara Sultan M. Salahuddin Bima sekitar 30 kilometer. Jika menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat perjalanan bisa ditempuh 1,5 jam dengan kecepatan rata - rata diatas 70 kilometer/per jam. Di sepanjang perjalanan, menuju Pantai Lariti, melewati Kecamatan Wawo wisatawan bisa menikmati pemandangan alam yang juga indah.
Bermain di Pantai Lariti yang indah

Tiba di Kecamatan Sape, tepatnya di perempatan di Desa Soro, pengunjung atau wisatawan bisa berbelok ke kanan jika hendak menggunakan jalur darat. Di depan pasar tradisional desa setempat, pilih jalan  belok kiri dengan melewati gang kecil yang mengarah ke pantai. Di sepanjang perjalanan terdapat batu - batu kecil. Pada saat musim hujan ini, disarankan agar berhati - hati karena sepanjang jalan ini biasanya licin dan berlumpur. Karena hingga saat ini jalan menuju Lariti tersebut belum diaspal.
bangunan sederhana di Pantai Lariti untuk istirahat

Menurut salah seorang warga Desa Soro, Amiruddin, selain melalui jalur darat. Menjelajahi Lariti juga bias melalui jalur laut. Dari perempatan Desa Soro langsung lurus menuju Pelabuhan Sape. Di pelabuhan itu, terdapat perahu nelayan yang siap digunakan untuk menyeberang. Cukup merogoh kocek  Rp 5000 per orang, kita sudah tiba di Pantai Lariti dengan jarak tempuh sekitar 25 menit. ‘’Jadi ada dua pilihan menuju pantai Lariti, bisa melalui darat maupun laut,’’ ujar Amiruddin.
Membelah laut Pantai Lariti yang mempesona

Begitu masuk ke Pantai Lariti, akan terlihat ada h satu tambak udang milik perusahaan swasta yang telah lama beroperasi di sana. Tidak hanya itu, sepanjang perjalanan menuju pantai tersebut, kita akan disuguhkan dengan pemandangan Desa Bajo Pulau yang di sekitarnya dikelilingi air laut biru yang jernih sehingga keindahan bawah lautnya tampak terlihat jelas.
Perusahaan tambak yang ada di Pantai Lariti Bima
Meskipun Pantai Lariti memesona serta menyimpan keindahan yang menakjubkan, namun fasilitas pendukungnya sangat minim. ‘’Dulu Lariti tidak tidak ada yang tahu dan tidak terawat. Namun karena adanya perusahaan tambak udang yang telah membuka jalan, warga ramai menjadikannya sebagai tempat rekreasi,’’ kata Amiruddin seraya berharap Pemkab Bima memperhatikan objek wisata ini. Setidaknya infrastrukturnya seperti jalan dan fasilitas pendukungnya dipenuhi. Karena walaupun hanya dikunjungi masyarakat lokal, sebenarnya retribusinya bisa diatur dan menjadi pendapatan asli daerah. (Rafi'in)
Share:

Tembolak Lombok yang Mendunia

Proses pembuatan Tembolak Lombok
Kabupaten Lombok Timur (Lotim) yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di NTB yakni sekitar 1,3 juta jiwa. Banyak macam potensi kerajinan yang ada di daerah ini dalam penopang perekonomian masyarakat. Dari sekian kerajinan yang ada di Lotim, ada kerajinan tudung saji atau akrab disebut “tembolak” oleh masyarakat. Tembolak ini berfungsi sebagai penutup makanan dari lalat, semut maupun kotoran dan binatang lainnya.



Kerajinan tembolak ini terdapat di Desa Presak Kecamatan Sakra. Kerajinan ini menurut sejarahnya sudah menjadi kerajinan turun temurun di desa setempat sejak bertahun-tahun lamanya secara tradisional. Bahkan, kerajinan tangan ini tidak pernah tergeser, meski saat ini banyak tudung saji yang terbuat dari plastik dengan berbagai jenis yang merupakan produk perusahaan ternama di Indonesia.
Bambu untuk membuat lingkaran tembolak Lombok
“Kerajinan tangan tudung saji itu tidak pernah tergeser, bagaimanapun kondisi perekonomian bangsa kita. Kerajinan tudung saji ini menjadi salah satu alternatif dalam penopang perekonomian masyarakat,” tutur Kepala Desa Presak Kecamatan Sakra, Fihirudin, Sabtu (26/12/2015).
Tembolak Lombok yang mempesona


Diakuinya, jumlah masyarakat yang menggeluti usaha rumahan itu sepertiga dari penduduk yang ada di Desa Presak atau sekitar 500-600 masyarakat yang hingga saat ini menggantungkan hidupnya dari kerajinan tangan ini. Namun, katanya, meski diproduksi setiap hari dengan jumlah yang cukup banyak, Fihirudin mengaku heran produk tudung saji yang dibuat oleh masyarakat tidak pernah terdengar over produksi. Sehingga, ia menduga jika hasil kerajinan tangan berupa tudung saji yang dibuat oleh masyarakat banyak dikirim keluar daerah maupun ke luar negeri oleh para pengepul.

 “Kalau hanya dipakai untuk kebutuhan rumah tangga, pasti sudah lama over produk, tapi ini sudah bertahun-tahun dan permintaan selalu banyak dan itu tidak hanya di satu pengrajin,” tuturnya.
Tembolak yang sudah jadi dan belum dicat


Sementara, Camat Sakra, Lalu Safrudin, berpandangan jika keberadaan kerajinan tangan tudung saji di Desa Presak cukup membantu perekonomian masyarakat, termasuk sebagai alternatif mengatasi pengangguran. Namun, usaha rumahan atau home industry kurang menggaung, karena masih minimnya promosi yang dilakukan oleh pemerintah.
Untuk itu, ia berharap kepada Pemkab Lotim untuk lebih memperhatikan segala kerajinan-kerajinan tangan di Lotim, tidak terkecuali kerajinan tembolak ini.

Pasalnya, selain sebagai pengasah bakat dan keterampilan masyarakat yang merujuk pada perekonomiannya. Keberadaan kerajinan tudung saji ini juga sebagai salah satu alternatif untuk menarik wisatawan baik lokal maupun mancanegara.  (Yoni Ariadi)


Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive