 |
Lalu Edi Setiawan |
BELUM adanya tindakan tegas terhadap pelaku pembajakan kaset, VCD, DVD,
khususnya di dunia hiburan membuat para musisi malas berkarya. Kerja keras
dalam menciptakan lagu dan membuat arensemen musik seakan tidak ada artinya,
ketika hasil karya banyak beredar dan dibeli orang. Tapi yang menikmati
hasilnya adalah para pembajak atau orang yang mengambil keuntungan di balik
karya orang lain.
Pembajak merupakan musuh bersama dari para musisi di seluruh Indonesia atau dunia.
Pembajak memanfaatkan kaset, VCD dan DVD yang beredar untuk digandakan dalam
jumlah yang besar. Setelah itu dijual dengan harga murah ke masyarakat.
Begitu juga di NTB. Pembajak hasil karya senimal lokal membuat para musisi
malas berkarya. Mereka tidak mau menjadikan pembajak kaya. Sementara para
musisi yang menghasilkan karya seni yang digemari masyarakat justru tidak
mendapatkan apa-apa. Musisi atau grup musik yang mengandalkan penjualan dari
kaset atau VCD dan DVD tidak bisa berharap banyak dari hasil penjualan.
Apalagi, harga kaset, VCD dan DVD asli sangat mahal dibandingkan dengan kaset
atau VCD bajakan yang beredar luas di masyarakat.
Sebagai contoh, vokalis Virtual Band Lalu Edi Setiawan, tidak mampu berbuat
apa-apa, ketika kaset atau VCD hasil karya musiknya dibajak dan dijual dengan
harga murah di pasaran. Sebagai grup musik lokal yang sudah cukup lama eksis,
Eed – panggilan akrabnya, mengaku pembajak merupakan musuh utama dari
musisi.
Dicontohkannya, Virtual Band hanya mengeluarkan sebuah album lagu dalam bentuk
kaset dan tidak dalam bentuk VCD atau DVD. Namun, yang banyak beredar di
pasaran adalah hasil karya Virtual dalam bentuk VCD. ‘’Ini yang kami herankan.
Kami tidak pernah mengeluarkan album dalam bentuk VCD. Tapi di VCD itu yang ada
suaranya dan visualnya hanya pemandangan-pemandangan saja,’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Rabu (4/1) lalu.
Sekarang ini, tutur Eed yang juga membuka usaha rental studio dan musik
serta nasi belut ini, dirinya bersama personel Virtual Band yang lain lebih konsentrasi
pada pekerjaan masing-masing. Personel Virtual Band, banyak bekerja di luar
Kota Mataram dan kumpul saat liburan atau ada momen tertentu. Sementara bagi
Eed yang juga staf di Biro Humas dan Protokol Setda NTB ini, tidak hanya
terpaku pada salah satu grup musik saja. Artinya, ketika ada kegiatan, dirinya
siap tampil bersama band manapun.
Namun, ketika ada undangan konser langsung menggunakan personel Babad
Band. Apalagi saat tampil sering tampil dengan karakter band yang berbeda.
Sebagai contoh, Babad Band untuk band festival dengan lagu-lagu rock happy
metal, E-go Band, untuk lagu-lagu religi dan akuistik. ‘’Sementara Virtual Band
dengan lagu pop Sasak modern,’’ tuturnya. ‘’Selain itu kita berharap semoga
pembajakan tidak ada lagi,’’ tambahnya.
 |
Jien Rahardja |
Gunakan Teknologi
Lain halnya dengan Jien Rahardja – vokalis The Datu Band Lombok. Itoq,
panggilan akrab Jien Rahardja ini berusaha mengantisipasi kemungkinan
terjadinya pembajakan hasil karya musik. Salah satu cara yang dilakukan adalah
dengan memanfaatkan teknologi terhadap VCD yang digunakan. Di mana, VCD yang
dijual menggunakan teknologi tertentu, sehingga ketika ada upaya penggandaan
VCD tidak bisa dilakukan. Meski demikian, pihaknya menyadari kemungkinan adanya
pembajakan terhadap metode seperti itu masih bisa terjadi. ‘’Yang penting kita
sudah berusaha,’’ ujarnya pada Ekbis NTB,
Kamis (5/1).
Selain itu, hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah dengan meng-upload
lagu-lagu hasil karya yang baru dirilis di YouTube. Itoq yang juga salah satu
dosen di perguruan tinggi swasta di Mataram ini, mengkritisi sejumlah musisi
atau grup musik ketika baru merilis lagu langsung di-upload di YouTube. Cara
seperti ini, ujarnya tidak bagus. Di mana, ketika lagu dirilis, maka banyak
orang yang akan mengunduh atau men-download lagu, sehingga orang tidak perlu
membeli VCD atau kaset di pasaran. ‘’Jadi sebaiknya, teman-teman musisi, jangan
meng-upload dulu ke YouTube, karena itu berpotensi besar dibajak,’’
sarannya.
Hal lain yang perlu diperhatikan, tuturnya, masalah tingginya permintaan
penggemar terhadap lagu-lagu lewat MP3. Sebagai musisi, ia sering diminta
mengirim link video atau MP3 lagu-lagu lewat Facebook, Twitter, WhatsApp dan
BBM oleh para penggemarnya. Namun, dengan alasan profesional dirinya banyak
menolak permintaan para penggemar dan menyarankan untuk membeli VCD secara
langsung. ‘’Itulah yang perlu diantisipasi,’’ katanya. (Marham)