Be Your Inspiration

Tuesday 3 January 2017

Makam Serewa Lombok Tengah, Napak Tilas Datu Kerajaan Pejanggik

 
Makam Serewa Praya Tengah Lombok Tengah
Selain Kerajaan Selaparang yang memiliki daerah kekuasaan cukup luas di Lombok, juga terdapat kerajaan Pejanggik yang berada di daerah Pejanggik, Lombok Tengah. Bukti kerajaan ini pernah berdiri bisa dilihat dari adanya Makam Serewa di Dusun Serewa, Desa Pejanggik, Kecamatan Praya Tengah, Lombok Tengah. Makam ini berada tepat di samping jalan Praya-Mujur dan berada di sebuah bukit yang dikelilingi rimbunnya pohon kamboja berusia ratusan tahun.
Menurut Inaq Sumiati, penjaga Makam Serewa, saat ditemui Ekbis NTB, Rabu (28/12/2016) nama Serewa diambil dari Bahasa Sasak. “Serewa itu nama pendeknya Sereok, karena di sini terakhir kali dilihat Datu Pejanggik dulu sebelum menghilang,” terangnya.
Ia menjelaskan, di Makam Serewa tersebut terdapat batu nisan yang ditutup dengan kayu dan kain putih yang menjadi penanda tempat dilihatnya Datu Pejanggik dulu. “Makam yang lain disana itu hanya istri dan pengiringnya saja,” kata Inaq Sumiati yang ditemani anak, menantu dan cucunya saat wawancara.
Sedangkan makam keturunan Datu Pejanggik berada di Kelebuh di tempat yang dikenal dengan Bale Beleq. Total ada 15 makam di tempat tersebut yang disusun bertingkat sesuai pangkat mereka dahulu. Ukuran luas makam juga berbeda antar tingkatan yang menambah cerita sejarah di dalamnya. Ia menuturkan, Makam Serewa sudah menjadi cagar budaya sejak tahun 1992 lalu.
Plang Makam Serewa Praya Tengah Lombok Tengah

Di pelataran makam, terdapat beberapa pohon kamboja yang berdiri kokoh membentengi makam. Ukurannya yang besar seakan menceritakan dirinya yang sudah berumur ratusan seperti umur makam tersebut. “Sering ada yang ingin beli pohon itu, tetapi saya tidak memberikannya. Takut sama yang punya (jin),” ujar. Menurutnya, pohon tersebut dilindungi oleh jin yang bisa mengganggu jika terusik.
Selain makam, terdapat juga sumur kecil yang mungkin berdiameter 20 cm dengan kedalaman hanya 1 meter di dekat makam. “Kadang airnya keluar, kita juga bisa menyentuh dasarnya tetapi tergantung niatnya,” kata Inaq Sumiati. Air di sumur tersebut bisa bertahan bertahun-tahun tanpa adanya lumut dan lebih bersih dibandingkan air mineral. Tidak heran, makam ini selalu didatangi orang-orang untuk berziarah tiap minggunya.
Dalam hal ini, pihaknya mengharapkan perhatian pemerintah terhadap keberadaan makam ini.. “Sebelum bupati yang sekarang, kita dibuatkan berugak serta jalan menuju makam. Sekarang tidak ada perhatian,” katanya.
Memang terlihat jika 3 berugak yang ada kondisinya sudah tidak layak pakai. Ia menambahkan tempat ini hanya diperhatikan saat ada Perang Timbung saja yang diadakan setiap bulan Agustus. (uul/Ekbis NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive