Be Your Inspiration

Monday, 6 February 2017

Kerajinan Kulit dan Kuningan Kreasi Hasil Siswa SLB Dharma Wanita Provinsi NTB

- Pembina keterampilan SLB Dharma Wanita Provinsi NTB Sukirin menunjukkan hasil kreasi siswa SLB yang terbuat dari kuningan

Anak-anak berkebutuhan khusus selama ini selalu mendapat stigma negatif dari masyarakat umum, karena ketidakmampuan mereka. Padahal banyak anak berkebutuhan khusus yang memiliki keterampilan atau bakat yang tidak kalah dengan orang normal lainnya. Seperti apa keterampilan dan bakat yang dimiliki?
SLB Dharma Wanita Provinsi NTB yang berada di Jalan Transmigrasi Majeluk Mataram, mengajarkan pelajaran keterampilan yang dapat berguna bagi anak-anak didiknya setelah lulus nanti. Salah satunya adalah keterampilan kerajinan kulit, kuningan dan keset.
Menurut pembina pelajaran keterampilan ini, Sukirin S.Pd, pelajaran keterampilan sudah diajarkan di SLB ini sejak tahun 1980 saat SLB baru berdiri. “Tetapi untuk keterampilan kuningan baru ada tahun 2002, yang keset sejak tahun 2011, dan griya kulit sejak tahun 2015,” terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Senin (23/1/2017).
“Dari griya kulit ini anak-anak bisa membuat ikat pinggang, gantungan kunci, dan dompet. Kalau yang kuningan bisa membuat hiasan dinding kaligrafi, tulisan arab, miniatur kereta kencana dan lainnya,” jelas Sukirin. Keterampilan griya kulit ini, katanya, dipelajarinya di Yogyakarta yang kemudian diajarkannya kembali ke anak-anak didiknya. “Anak-anak SLB banyak yang tertarik di keteramipilan griya kulit dan kuningan ini karena bentuknya gambar,” jelas Sukirin.
Gantungan kunci hasil kreasi siswa SLB Dharma Wanita Provinsi NTB

Sedangkan untuk keset, banyak juga yang tertarik, karena cara pembuatannya yang mudah. “Saya menemukan alat pembuat keset yang gampang untuk anak-anak SLB kerjakan. Alatnya juga sudah banyak beredar di hampir seluruh Indonesia. Harganya Rp 2,5 juta,” terangnya. Penggunaannya yang mudah dan bisa menghasilkan keset dalam waktu yang tidak terlalu lama. “Dalam 1 jam bisa jadi 1 keset ukuran 40 x 60 cm. Satu kali pertemuan bisa jadi 2 keset,” lanjutnya.
Peminat mata pelajaran keterampilan ini sendiri cukup banyak. “Untuk kuningan ada 4 orang, yang kulit ada 3 orang dan keset ada 4 orang. Dulu banyak peminatnya, tetapi dibagi dengan keterampilan lain soalnya ada banyak keterampilan lain yang diajarkan di sini,” terangnya.
Bahan baku kerajinan ini didatangkan dari berbagai daerah, seperti Solo untuk kain perca pembuatan keset, kuningan dari Surabaya, dan kulit dari Yogyakarta.

Harga yang ditawarkan untuk produk kerajinan yang dibuat anak-anak SLB Dharma Wanita sendiri bervariasi. Untuk keset dihargai sebesar Rp 40 ribu, ikat pinggang dari kulit kambing seharga Rp 200 ribu, kaligrafi ukuran 30 x 40 cm seharga Rp 250 – 300 ribu dan hiasan dinding tulisan Arab dihargai Rp 3,5 juta. Pemasaran produk ini hanya dijual di dalam area sekolah saja. “Belum diedarkan di luar. Tetapi ini sudah banyak laku, karena kalau ada kunjungan ke sini pasti banyak yang laku kerajinan ini,” kata Sukirin.
Dengan diajarkannya keterampilan ini, Sukirin berharap anak-anak SLB nantinya dapat memiliki keterampilan yang mereka gunakan untuk bekerja. “Ada anak SLB di Praya yang bisa buat keset ini, setelah lulus dia pinjam alatnya di sekolah, karena belum bisa beli dan hasilnya dijual sendiri,”ceritanya.
Ia juga berencana membuka galeri kerja SLB Dharma Wanita ini terbuka untuk umum dengan membuka toko sekaligus memamerkan kerajinan-kerajinan anak-anak SLB. (uul/Ekbis NTB)
Share:

Wednesday, 1 February 2017

Menikmati Indahnya Pulau ''Perawan'' Paserang di Sumbawa Barat

Pulau Paserang Sumbawa Barat NTB. (Dokumentasi Linggawuni Suara NTB)

Pulau Paserang. Mungkin nama pulau ini masih terkesan asing. Padahal, Paserang memiliki pemandangan dan pantai yang tidak kalah menarik dan masih perawan. Keindahan bawah lautnya sangat sayang untuk dilewatkan. Berbagai jenis ikan dan terumbu karang siap memanjakan wisatawan yang ingin menyelam.
Saat sampai di pulau ini, pengunjung akan disambut oleh hamparan pasir putih. Saat perahu bersandar, hal pertama yang ingin dilakukan adalah menyelami. Namun ada yang lebih menarik, yaitu pengunjung menelusuri pemandangan dari Bukit Paserang Sumbawa Barat yang sungguh indah.
Pengunjung tidak perlu khawatir. Untuk mendaki bukit itu tidaklah susah. Sebab jalannya sudah bagus, sehingga tidak susah didaki. Dari atas bukit pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan yang luar bisa indah. Hamparan lautan, bukit-bukit kecil yang cantik dan pulau-pulau kecil yang sangat menawan.
Di pulau ini tersedia beberapa fasilitas umum yang mulai dibangun pengembang, seperti cottage, saung, toilet, dermaga kecil serta penerangan listrik berbahan bakar diesel. Terdapat pula fasilitas air tawar yang dibawa dari Sumbawa menggunakan perahu. Dengan demikian, pengunjung tak perlu panik jika kehabisan air. Hanya perlu berhemat dan bijak saat menggunakan air, karena persediaannya memang terbatas.
Ada banyak aktivitas yang dapat dilakukan di pulau cantik ini. Pengunjung dapat mengitari dan menjelajahi pulau, hingga menemukan laguna (danau air tawar) tepat di sekitar pulau, lalu menyaksikan matahari terbit dan tenggelam dari atas bukit, sampai mencari ikan atau kerang untuk dimakan. Pengunjung juga dapat mendirikan tenda dan bermalam di dalam suasana yang sangat mengasyikkan.
Bukan hanya itu saja, pengunjung juga dapat bermain dengan ikan-ikan kecil, penyu dan lainnya saat menyelam. Tidak perlu jauh dari bibir pantai, di tepi pantai pun pengunjung sudah menemukan pemandangan bawah laut yang sangat cantik. Jangan pernah lupa dengan kamera bawah laut, serta alat menyelam lengkap dengan sepatu katak dan maskernya jika tidak ingin melewatkan keindahan terumbu karang dan cantiknya ragam biota laut Pulau Paserang.
Di pulau mungil yang eksotis ini, tidak ada helipad apalagi landasan pacu. Itu artinya pengunjung tidak bisa berkunjung dalam waktu singkat. Minimal persiapkan waktu 2-3 hari untuk bisa menikmati dan bersantai saat melakukan perjalanan ini. Untuk transportasi tidak jauh berbeda seperti saat mengunjungi Pulau Kenawa.
Biasanya, pengunjung menyewa perahu untuk satu paket pulang-pergi dengan penyeberangan ke Pulau Kenawa dan Paserang. Tidak ada patokan untuk harga sewa perahu. Itu disesuaikan dengan kebutuhan dan kapasitas penumpang. Disarankan berangkat bersama rombongan untuk berbagi biaya dan logistik perjalanan. (Linggawuni/Suara NTB)
Share:

Menjelajah Indahnya Sembilan Gili di Lombok Timur Lewat Desa Paremas

 
Akses jalan menuju Gili Beleq di Lombok Timur lewat Desa Paremas Jerowaru Lombok Timur
Desa Paremas, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) adalah salah satu desa yang bisa ditetapkan sebagai destinasi wisata baru. Pasalnya, potensi wisata yang dimiliki desa ini mengundang decak kagum setiap orang yang baru mengunjunginya. Nikmatnya kuliner khas laut dan indahnya pemandangan di sembilan gili bisa menjadi maskot destinasi wisata ini.

PEMANDANGAN indah sederetan gili dan nikmatnya kuliner yang disuguhkan di Paremas ini membuat kesan sendiri. Jembatan bambu yang dikelilingi rerimbunan pohon bakau menyambut setiap tamu yang datang ingin mengunjugi spot paling menarik di Paremas ini.

Kepala Desa Paremas Sahman menguraikan, desanya ini menunggu sentuhan lebih serius  lagi dalam pengembangan potensi wisata. Kuliner yang bisa dinikmati adalah lobster goreng, rajungan atau kepiting besar, base dan ketengge, udang krispi dan cumi bakar goreng.
 
Lesehan terapung yang ada di Desa Paremas Jerowaru Lombok Timur
Semua sajian menu khas laut itu dapat dengan mudah ditemukan di Desa Paremas ini. Tak ayal, potensi alam laut yang dimiliki Paremas membuat desa yang beberapa tahun lalu yang dimekarkan dari Desa Pemongkong ini menjadi kaya. Namun sejauh ini belum mendapatkan sentuhan.   
 
Adapun pulau-pulau kecil atau gili di Desa Paremas ini antara lain Gili Mangkem, Gili Re, Gili Beleq,   Gili Kuri,  Gili Nusa , Gili Ganten, Gili Krata, Gili Surak, Gili Botak dan Gili Gempur. Tiga gili di antaranya sudah berpenghuni, yakni Beleq, Re dan Nusa.

Kekayaan alam yang dimiliki Paremas ini sejauh ini belum bisa  memberikan manfaat besar bagi kemajuan Desa Paremas. Pasalnya, pemanfaatannya belum bisa maksimal. Kuliner saja baru satu orang yang membuat warung terapung di kawasan Paremas ini. Rumah Makan Terapung Sadewa. Pun satu-satunya yang membuat homestay.

Melihat potensi tersebut,  hanya investor besar yang bisa membangun kawasan tersebut dan menyulapnya menjadi kawasan yang ramai dikunjungi wisatawan. Potensi wisata lanjutnya, menjadi daya tarik yang paling menggiurkan untuk dikembangkan dan Paremas ini menunggu investor tersebut.
 
Deretan Gili di Kecamatan Jerowaru Lombok Timur yang bisa diakses lewat Desa Paremas
Kades Paremas ini memastikan, semua kawasan di desanya ini sangat aman dan nyaman bagi investor untuk menanamkan investasinya. Kelebihan lainnya, lokasi di sepanjang perairan Paremas ini bisa sebagai tempat jetsky.

Tawaran lainnya yang bisa diberikan Paremas ini, katanya bisa menjadikan kunjungan wisatawan ke Pantai Pink, Tanjung Ringgit dan sekitarnya melalui jalur Paremas. Di mana, jalur laut Paremas ini bisa lebih menarik dengan mengelilngi sederetan gili lewat perahu.

Pemkab Lotim katanya, sudah siap membangunkan dermaga tempat bersandar perahu-perahu nelayan yang siap mengantar para wisatawan keliling. Menikmati keindahan pulau-pulau yang eksotik dan menawan.  (Rusliadi/Suara NTB/Lombok Timur)
Share:

Menjadikan Kawasan Samota sebagai Pusat Sea Food di Indonesia

Kawasan masuk menuju Gunung Tambora Dompu

Kawasan Teluk Saleh mulai dicanangkan menjadi kawasan pengembangan budidaya bagi industri perikanan. Namun bukan hanya itu saja, Teluk Saleh juga berpotensi menjadi kawasan pusat sajian seafood alias makanan laut. Sehingga menjadi daya tarik bagi wisatawan dan dapat menjadi bagian dari promosi pariwisata daerah. Bukan hanya Teluk Saleh, namun juga Pulau Moyo dan Tambora juga dapat dijadikan sebagai kawasan pusat sajian makanan laut.
“Itu bisa saja, saya melihat potensinya memang ada. Tapi BPPD (Badan Promosi Pariwisata Daerah) NTB dapat melakukan promosi apabila disana sudah siap. Jangan kemudian kita sudah promosikan, tapi ternyata SDM belum siap. Nanti berpengaruh pada kenyamanan wisatawan,” kata Ketua BPPD NTB H. Afan Ahmad, M.Si  di Mataram, Selasa (31/1/2017).
Pembukaan Festival Moyo 2016

Afan mengatakan, kawasan Samota (Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Gunung Tambora) sangat potensial dijadikan pusat sajian makanan laut. Apalagi Teluk Saleh dianggap memiliki banyak potensi hasil tangkap dan pengolahan yang cukup baik. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan nilai tambah dengan menjadikannya sebagai pusat kuliner khusus makanan laut.
“Jadi kalau wisatawan ke Pulau Moyo, bisa singgah di Teluk Saleh atau bisa menikmatinya di Pulau Moyo juga. Tergantung dibuatnya seperti apa, kalau sudah jelas dan sudah ada pusat kulinernya seperti itu baru kita bisa promosikan,” ujarnya.
Potensi ini juga harus diperhatikan oleh Pemkab setempat. Sehingga dapat diatur regulasi khusus yang mengatur tentang hal tersebut. Sebab perlu adanya keteraturan, apalagi untuk mendatangkan wisatawan dari luar daerah bahkan luar negeri untuk berkunjung. Sehingga perhatian dari Pemkab menjadi salah satu yang menentukan dapat atau tidaknya kawasan Samota dijadikan sebagai kawasan pusat sajian makanan laut terbesar di Indonesia.

Selain itu masyarakat di Sumbawa juga diminta mempersiapkan diri. Sebab jika investasi berjalan dengan baik, maka Sumbawa menjadi salah satu destinasi yang bisa saja diunggulkan. Sehingga masyarakat dianggap perlu untuk mempersiapkan diri. Sebab akan banyak wisatawan yang datang dan ingin mengetahui kebiasaan dan budaya masyarakat Sumbawa pada umumnya. (Linggawuni Suara NTB)
Share:

Tuesday, 31 January 2017

Layani Lombok - Beijing Tiongkok, Garuda Indonesia Siapkan Pesawat Carteran

Garuda Indonesia 

GARUDA Indonesia menyusun rencana untuk terus mengembangkan pariwisata Lombok (NTB).  beberapa rute internasional telah dibidik, salah satunya adalah dari dan ke Tiongkok untuk sementara menggunakan pesawat carter.
Hal ini disampaikan Direktur Utama Garuda Indonesia (Persero), M. Arif Wibowo usai menggelar rapat koordinasi BUMN dengan Menteri BUMN, Rini Soemarno, Jumat (27/1/2017) di Sentosa Hotel Senggigi Lombok Barat.
Menurut Arif, dalam rangka penguatan 10 destinasi wisata di Indonesia, Mandalika Resort di dalamnya, Garuda akan menambah beberapa kapasitas penerbangan di Lombok. Saat ini entry point Garuda ke Lombok yakni dari Surabaya, Jakarta dan Denpasar.
Ada beberapa titik yang akan disambungkan, misalnya Lombok harus connecting dengan Labuan Bajo, Ende, Maumere dan juga beberapa titik-titik wisata yang ada di wilayah Nusa Tenggara dan wilayah timur lainnya, seperti Papua. Plus satu jalur internasional sepertinya bisa dipertimbangkan.
“Kita tingkatkan askes yang lebih cepat ke Lombok. Ke depan yang paling deket adalah Australia, dan mereka bisa memiliki break point pariwisata yang cukup baik, yang kedua adalah Cina yang memiliki potensi eksplore, masak manado saja bisa menjadi atraktif poin, saya kira bisa juga di Lombok dengan menjual Mandalika,” demikian orang nomor satu Garuda Indonesia ini.
Direktur Utama Garuda Indonesia M. Arif Wibowo 

Mengenai realisasinya, Arif menjanjikan tidak lama lagi. Namun, pihaknya akan melihat perkembangan infrastruktur di Mandalika Resort. Apalagi, saat ini Club Med akan membangun hotel di Kawasan Mandalika. “Dan yang paling memungkinkan akan saya perioritaskan adalah Cina, karena paling gampang  dan volumenya besar. Mungkin pesawat carter dulu, reguler belum,” janjinya.
Sementara untuk rute domestik, Arif mengatakan wilayah timur Indonesia pertumbuhan bisnisnya Garuda mencapai 12 persen, sementara wilayah barat hanya  6,6 persen . Garuda menurutnya akan akan memperkuat lebih banyak penerbangan di timur  Indonesia tahun ini. (Ahmad Bulkaini/Ekbis NTB)
Share:

Monday, 30 January 2017

Telkomsel Gelar Layanan 4G LTE di KEK Mandalika

 
Jaringan 4G Telkomsel di kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Lombok Tengah NTB
Dalam upaya mendukung pemerintah dalam mempromosikan pariwisata Indonesia, Telkomsel menggelar layanan 4G LTE di Kawasan EKonomi Khusus (KEK) Mandalika Kuta, Lombok Tengah. Hadirnya jaringan seluler berbasis teknologi terkini tersebut merupakan bagian dari rangkaian optimalisasi jaringan yang dilakukan untuk mengakomodasi tingginya kebutuhan wisatawan yang aktif menggunakan layanan komunikasi selama berada di Mandalika, yang merupakan salah satu destinasi pariwisata nasional.

“Kehadiran infrastruktur telekomunikasi yang berkualitas sangat penting dalam menunjang potensi wisata suatu daerah. Untuk itu, kami telah menggelar jaringan 4G LTE berkualitas untuk mempermudah wisatawan yang ingin berbagi dan menyebarkan eksotisme Mandalika ke seluruh dunia. Kami berharap kehadiran layanan 4G LTE mampu menarik semakin banyak wisatawan untuk berkunjung langsung menikmati keindahan lokasi wisata ini. Inilah wujud nyata dukungan Telkomsel dalam membangun industri pariwisata Tanah Air,” kata Direktur Network Telkomsel Sukardi Silalahi dalam siaran pers yang diterima, Minggu (29/1/2017).

Saat ini layanan 4G Telkomsel telah menjangkau hampir 100 persen wilayah populasi Mandalika yang di antaranya meliputi Pantai Kuta, Pantai Serenting, Pantai Tanjung Aan, Pantai Keliuw dan Pantai Gerupuk. Secara total layanan 4G Telkomsel telah menjangkau lebih dari 70 persen wilayah populasi Lombok, termasuk Kota Mataram dan Senggigi.

“Pertumbuhan penggunaan layanan data yang mencapai lebih dari 100% pada tahun lalu di wilayah Lombok menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat akan layanan data yang berkualitas. Kami harapkan layanan komunikasi berkualitas yang kami hadirkan di daerah Lombok dan sekitarnya mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat sehingga mempercepat pertumbuhan perekonomian di wilayah ini,” imbuhnya.

Selain Mandalika, Telkomsel juga melakukan optimalisasi jaringan di 11 destinasi wisata utama Indonesia lainnya, yakni Borobudur (Jawa Tengah), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Bromo-Tengger-Semeru (Jawa Timur), Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Toba (Sumatera Utara), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), Tanjung Lesung (Banten), Morotai (Maluku Utara), Tanjung Kelayang (Bangka Belitung), Bunaken (Sulawesi Utara), dan Raja Ampat (Papua Barat).

Optimalisasi jaringan tersebut antara lain membangun BTS 4G baru, meng-upgrade BTS existing menjadi BTS 4G, menambah kapasitas transmisi jaringan, serta memperluas jangkauan jaringan. Telkomsel juga selalu melakukan monitoring kualitas jaringan secara rutin, bahkan mengoperasikan compact mobile base station (Combat) untuk memperkuat jaringan pada saat digelarnya event-event berskala nasional dan internasional yang dipusatkan di kawasan wisata.

Dalam beberapa tahun terakhir, Telkomsel juga selalu mendukung kebutuhan komunikasi berbagai event pariwisata berskala internasional, seperti Sail Wakatobi-Belitong 2011, Sail Morotai 2012, Sail Komodo 2013, Sail Raja Ampat 2014, Sail Tomini 2015, dan terakhir Sail Selat Karimata 2016 yang berlangsung pada pertengahan bulan Oktober 2016 yang lalu. Hal ini sekaligus membuktikan konsistensi pembangunan jaringan yang dilakukan oleh Telkomsel ke berbagai lokasi, bahkan hingga ke daerah pelosok, agar masyarakat bisa tetap terhubung.

Selain di 12 destinasi wisata utama, Telkomsel juga melakukan maintenance kualitas jaringan secara rutin di ratusan lokasi wisata mulai dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia, termasuk menggelar kegiatan True Broadband Experience (TrueBEx). Menggunakan perangkat bernama Mobile Quality Agent (MQA), pengujian yang dilakukan untuk mengukur kecepatan akses data broadband Telkomsel dalam TrueBEx di antaranya aktivasi paket melalui menu *363# dan aplikasi My Telkomsel, browsing portal berita online, uploading status dan foto di media sosial, High-Definition (HD) video streaming, pengiriman foto melalui aplikasi pesan instan, serta pengecekan kecepatan akses data melalui aplikasi speedtest. (r)
Share:

Dialokasikan Rp 1 Miliar, Himbara dan ITDC Bangun Balkondes di Sengkol Lombok Tengah

Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Hafas (kiri) berbincang dengan penjual kain tenun Sasak di Desa Wisata Sasak Ende Desa Sengkol Kecamatan Pujut Lombok Tengah

PERBANKAN yang tergabung dalam Himpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) di antaranya Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN bekerjasama dengan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia, membangun Balai Ekonomi Desa (Balkondes) Wisata di Dusun Ende, Desa Sengkol, Kecamatan Pujut Lombok Tengah.
Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan pembangunan balkondes ini tidak lain merupakan wujud dari sumbangsih BUMN hadir untuk negeri dalam memperkuat dukungan pengembangan ekonomi masyarakat, khususnya di daerah wisata.
Sebagaimana diketahui, KEK Mandalika sebagai bagian dari 10 dari destinasi wisata nasional yang menjadi prioritas pengembangan oleh pemerintahan Jokowi-JK. Kawasan ini diharapkan dapat mendorong potensi desa wisata di sekitar kawasan Mandalika menjadi lebih berkembang.
"Melalui pembangunan balkondes ini, kami berharap masyarakat menjadi lebih terbantu dan dapat meningkatkan usahanya," kata Kartika Wirjoatmodjo, Jumat (27/1/2017).
Untuk pembangunan balkondes ini, Bank Mandiri mengalokasikan Rp1 miliar. Nantinya, balkondes, dikelola secara profesional yang dilengkapi dengan homestay. Tidak hanya itu, di balai ekonomi ini juga dipamerkan produk suvenir, makanan dan produk lainnya yang merupakan hasil kreasi masyarakat desa.
Balai ini juga memiliki tempat pelatihan untuk meningkatkan kapabilitas masyarakat desa agar mampu mengelola dengan baik potensi-potensi yang terdapat di desa tersebut.
Di Lombok, pengelolaan balkondes ini akan dikelola PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau PT Indonesia Tourism Development Corporation (PT ITDC).
Menurut Kartika, sebelum di Lombok, Bank Mandiri telah membangun balkondes di sekitar desa-desa Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah yang dikelola PT Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko (Persero).
Melalui balkondes ini, Bank Mandiri juga akan melaksanakan proses pembinaan secara berkelanjutan. Terutama, bagaimana masyarakat di desa wisata dapat mengelola dan memasarkan hasil produk yang sudah dihasilkan secara online. Termasuk, melakukan pembayaran dengan non tunai. Sehingga, diharapkan dapat meningkatkan pelayanan dan pendapatan masyarakat.
Selain membangun balkondes, Bank Mandiri juga memberikan bantuan lainnya sebagai bentuk kepedulian sosial. Di Mandalika, Mandiri menyerahkan 10 unit kapal motor tempel ke kelompok nelayan Desa Sengkol. Selain itu, Mandiri juga membantu merevitalisasi SDN 2 Sembalun Lombok Timur. (Ahmad Bulkaini)
Share:

Lumbung Sasak Lombok Harus Diselamatkan dari Ancaman ‘’Kepunahan’’

Lumbung Lombok yang dipergunakan sebagai tempat tinggal atau tempat usaha. 
Lumbung Sasak saat ini terasa sangat sulit sekali ditemukan. Bangunan lumbung yang menjadi ciri khas Suku Sasak kini semakin terancam punah. Alasan inilah yang membuat M. Zohriyadi Razak, seorang pemuda kreatif asal Repok Daya Desa Masbagik Utara Kecamatan Masbagik mencoba menyelamatkan lumbung Sasak dari kepunahan.

Ditemui di rumahnya, Sabtu (22/1/2017) lalu, ia menguraikan, semenjak beberapa tahun terakhir ini ia menggeluti kerajinan pembuatan lumbung. Kegiatannya ini pun mendapat respons baik di pasar. Alhasil, produk lumbung yang dibuatnya kini sudah dipasarkan ke sejumlah daerah. “Yang sudah  membeli dari Malang dan Surabaya Jawa Timur,” klaimnya.

Tidak terkecuali, lanjutnya, masyarakat sekitar Desa Masbagik Utara yang juga tertarik dengan Lumbung Karya Razak. Mantan karyawan PT BAT yang banting setir menjadi perajin lumbung ini mengaku ingin mengembalikan lumbung sebagai salah satu simbol kecerdasan masyarakat Suku Sasak.

Dia katakan, bentuk bangunan Lumbung yang sebagian besar bahannya dari kayu nangka dengan atap daun ilalang ini ternyata memperlihatkan arsitektur yang sangat andal. Bahkan dalam pandangan Razak ini masyarakat Suku Sasak sudah memiliki gaya arsitektur menyamai bangunan-bangunan megah di Eropa.

Seni arsitek lumbung terlihat dari bentuk tiang lumbung berbentuk bulat, adanya jelepeng yang berbentuk lingkaran dan terpatri dengan sangat apik. Sepengetahuannya, arsitek lumbung ala masyarakat Sasak zaman dahulu ini membuat lumbung dengan peralatan yang sangat sederhana.

Pilihan kayunya pun mengedepankan kearifan lokal. Tidak menggunakan kayu hutan. Melainkan kayu nangka yang banyak ditemukan di kebun-kebun warga. “Kayu nangka ini terbilang unik, selain kuat dan usianya bisa sampai ratusan tahun, kayu nangka juga tidak bisa dimakan rayap,” ungkapnya.

Ketertarikan Razak pada lumbung, tuturnya karena besar kecilnya dulu di bawah lumbung. Belakangan, lumbung yang juga dikenal sebagai tempat penyimpanan gabah hasil panen ini terbilang hanya bisa ditemukan di kampung-kampung adat.

Eksistensi lumbung, lanjutnya harus dikembalikan. Generasi penerus Suku Sasak setidaknya tidak hanya mengetahui lumbung dari cerita. Tapi benar-benar mengetahui dengan melihat bentuk fisik.


Dari beberapa karya lumbung yang sudah dibuat, cukup banyak yang minat meski harganya terbilang cukup mahal. Satu lumbung dihargakan Rp 30-40 juta. Tergantung besar kecilnya, bahkan ada yang harganya tembus sampai mendekati Rp 100 juta. Pada salah satu karyanya, Razak memberikan sentuhan modern, karena di atasnya dijadikan tempat tidur. (Rusliadi Lombok Timur)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive