Be Your Inspiration

Monday 22 April 2019

Local Life, Jadi Jualan Utama Pelaku Pariwisata Lombok Timur

Wisatawan yang datang ke Tereng Wilis Desa Perian Kecamatan Montong Gading turut menanam padi bersama warga

Ada saja kreativitas pelaku wisata Lombok Timur (Lotim) yang disuguhkan kepada para wisatawan. Seperti di Desa Perian Kecamatan Montong Gading, wisatawan diajak ikut menanam padi. Tak tanggung-tanggung, wisatawan asing ini pun langsung turut turun di lumpur sawah dan mengikuti aktivitas bercocok tanam warga.

Jumaidy, pelaku wisata Desa Montong Gading menuturkan, Desa Perian menawarkan   konsep wisata alam.  Wisatawan asing acap kali diajak melakukan aktivitas seperti halnya warga Sasak di wilayah Desa Perian. Seperti yang dilakukan di Dusun Tereng Wilis Desa Perian. Wisatawan asing ini cukup antusias mengikuti arahan dari petani lainnya yang sudah pengalaman.

Suguhan wisata alam ini tetap akan dipertahankan. Jumaidy menyebut istilah Tereng Wilis Eco Tourism Village. Wisatawan melakukan aktivitas seperti orang Sasak oleh para pelaku wisata ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Meski Lombok diguncang gempa, pihaknya meyakinkan kehadiran wisatawan ke kampung-kampung wisata di sekitaran Perian, Tetebatu, Kembang Kuning, Jeruk Manis dan sekitarnya ini tetap ramai. Seperti dominasi wisatawan dari daratan Eropa dan Australia.

Desa Perian, sambungnya merupakan desa yang terus berbenah dengan menyajikan beberapa objek wisata andalan. Di antaranya, Telaga Biru, monkey forest dan kegiatan masyarakat sendiri. ”Local life ini cukup digemari wisatawan,”  klaim perintis Eco Wisata Tereng Wilis yang pernah mendapatkan gelar sebagai pemuda pelopor dalam bidang pariwisata ini.

Diakuinya, Tereng Wilis sendiri dituturkan pernah masuk Majalah di Inggris sebagai salah satu tempat wisata alam yang sangat menarik.

Diketahui, para pelaku wisata di wilayah Perian dan sekitarnya ini mengemas wisata alam yang memancing banyak wisatawan berkunjung. Di Desa Perian ini, sudah berdiri beberapa homestay dan banyak ditempati wisatawan.

Wisatawan yang datang langsung bersentuhan dengan warga. Melakukan aktivitas bersama warga. Pembangunan pariwisata yang digalakkan pelaku wisata di Perian ini adalah wisata yang berkelanjutan. “Konsep kami adalah sustainable tourism,” paparnya.

Wisata yang berkelanjutan ini dimaksudkan adalah dengan mengundang semua pihak, terutama anggota masyarakat untuk turut aktif mengelola sumber daya di sekitar untuk memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial, dan estetika sambil memastikan keberlanjutan budaya lokal, habitat alam, keanekaragaman hayati, dan sistem pendukung penting lainnya. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Belum Maksimal, Pengelolaan Taman Wisata Aik Bukak Lombok Tengah


 Kondisi taman wisata Aik Bukak Lombok Tengah belum dikelola maksimal.
Taman wisata Aik Bukak merupakan salah satu aset potensial milik Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah (Loteng). Namun sayang, pengelolaanya sejauh ini masih belum maksimal. Sehingga belum bisa optimal memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah. Hal itu diungkapkan Kepala Desa Aik Bukak, Hamdan, Sabtu (20/4/2019).



“Kalau dari sisi potensi, taman wisata ini sangat potensial. Tapi belum bisa berkontribusi maksimal, karena memang pengelolaanya yang belum maksimal,” ujarnya. Sehingga pihaknya sangat berharap Pemkab Loteng bisa menyerahkan pengelolaan aset tersebut pemerintah desa dengan tujuan agar lokasi ini dikelola dan dikembangkan sebaik-baiknya oleh pemerintah desa.

Dengan pengelolaan diserahkan ke pemerintah desa, maka pemerintah desa bisa mengalokasikan anggaran penataan taman wisata tersebut. Pemerintah desa berencana akan merapikan dan menata kawasan Aik Bukak, sehingga wisatawan semakin banyak yang tertarik untuk datang ke taman wisata ini.

“Kalau pemerintah kabupaten menyerahkan pengelolaan taman wisata Aik Bukak ke pemerintah desa, sedikit tidak bisa meringankan beban pemerintah kabupaten terkait penataan taman ini,” sebutnya.



Hamdan mengatakan, banyak hal yang harus dipikirkan oleh pemerintah kabupaten, sehingga pihaknya khawatir kalau tetap dikelola pemerintah kabupaten, taman wisata Aik Bukak semakin tidak terurus ke depanya. “Buktinya, dua tahun yang lalu pemerintah kabupaten sudah merencanakan untuk menata taman wisata Aik Bukak. Tapi sampai sekarang belum bisa terlaksana,” sebut Hamdan.

Tapi kalau diserahkan pengelolaannya ke pemerintah desa, setidaknya pemerintah desa bisa menyiapkan anggaran penataan taman wisata tersebut secara bertahap. Tinggal pemerintah kabupaten menyiapkan masterplan penataan taman wisata ini, nanti pemerintah desa yang akan menggarap.

Tidak kalah penting, jika desa yang mengelola maka pemberdayaan masyarakat setempat bisa lebih maksimal. Sehingga pada akhirnya bisa membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Yang dengan sendirinya turut meringankan beban pemerintah. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

Nikmati Sensasi Semburan Air di Wisata Air Pancor Datoq Desa Aik Dewa Lombok Timur


Objek wisata Pancor Datoq Desa Aik Dewa Kecamatan Pringgasela yang menawarkan sensasi semburan air dari bebatuan.
Wisata air Pancor Datoq Desa Aik Dewa Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lombok Timur (Lotim) menawarkan keunikan tersendiri. Semburan air nan sejuk yang langsung dari celah-celah bebatuan dapat dinikmati langsung para pengunjung.

Ramadani, penjaga kawasan wisata Pancor Datoq ini menuturkan objek wisata yang berada di tepi jurang ini memberikan sensasi bagi setiap pengunjung yang datang. Semburan airnya yang keras dan segar membuat pengunjung betah dan ingin mencoba kembali.

Objek wisata Pancor Datoq ini kini dikelola Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Desa Aik Dewa. Kawasan Pancor Datoq berada di tepian tebing yang cukup curam. Pengelola sudah membuatkan kolam pemandian persis di tepian tebing. Hal ini menjadi salah satu keunikan lain yang disuguhkan objek wisata air Desa Aik Dewa.

Air yang mengisi kolam ini langsung dari mata air yang keluar dari tebing tersebut. Bukanlah buatan seperti beberapa tempat lain yang menawarkan objek wisata serupa. Airnya pun cukup dingin dan sejuk. “Mata airnya ini sangat deras,” ucap Ramadani menambahkan. Hanya saja masuk ke kawasan pemandian ini masih jalan setapak yang belum ada perbaikan. Rencananya pemerintah akan memperbaiki jalan menuju kawasan agar bisa lebih mudah dijangkau para pengunjung.


Setiap hari, sebut Ramadani, wisata pemandian Pancor Datoq ini tidak pernah sepi dari pengunjung. Tiket masuk Rp2 ribu per orang. Cukup murah untuk sekadar menikmati sensasi menantang mandi di atas kolam tebing dengan semburan air deras dari celah bebatuan.

Saat gempa mengguncang Lombok beberapa waktu lalu, sempat dikhawatirkan tebing akan runtuh. Sangat disyukuri, tebing yang mengeluarkan air ini tidak sampai runtuh dan kini tetap kokoh memancarkan air yang juga konon dipercaya menjadi obat bagi beragam penyakit.

Tidak sedikit pengunjung yang datang ini mandi untuk berobat. Semburan air yang seperti terjun bebas dari celah-celah tebing inilah yang dipercaya mengandung obat. “Ada yang sakit pada kaki, kepala dan bagian tubuh lainnya banyak yang datang,” tuturnya.


Nama Pancor Datoq sendiri diambil dari kisah bersejarah kawasan tersebut sebagai tempat bertapa salah seorang Datoq yang merupakan sesepuh di Desa Aik Dewa. Sang Datoq lama bertama di kawasan tersebut dan kisahnya sudah turun temurun di tengah Masyarakat Aik Dewa. “Kisah sang Datoq ini sudah lama kita dengar dari dulu secara turun temurun,” demikian  kisahnya. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

Thursday 18 April 2019

Banyak Makan Anggur, Desa Senanggalih Sambelia Lombok Timur Bebas Stunting

Wisatawan dari Australia memetik anggur di Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia Lombok Timur

Desa Senanggalih Kecamatan Sambelia diklaim sudah bebas dari stunting atau ketinggian anak di bawah normal. Sekitar 300 anak di Desa Senanggalih ini tidak ada kasus stunting, termasuk kasus gizi buruk. Kepala Desa Senanggalih, H. M. Suparlan mengatakan, Senanggalih bebas stunting karena mengkonsumsi anggur.

Kepala desa ini menuturkan, jumlah penduduk Senanggalih sebanyak 2.350 jiwa atau sebanyak 675 KK.  Klaim tidak ada stunting, karena sebagian besar konsumsi anggur yang diyakini bisa mencegah stunting.

Desa Senanggalih, diketahui beberapa waktu lalu sudah dikukuhkan oleh Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah sebagai salah satu desa wisata dengan unggulan produksi anggur. Saat disambangi Suara NTB, sejumlah wisatawan sudah berdatangan ke Desa Senanggalih ini melihat dan memetik langsung anggur yang ditanam di halaman rumah warga.

Disebutkan, saat ini hampir separuh KK di Senanggalih sudah menanam anggur di halaman rumahnya. Aktivitas warga yang menjadikan halaman rumah sebagai tempat budidaya anggur hijau ini sudah berlangsung cukup lama, sehingga konsumsi anggur ini pun berimplikasi pada Senanggalih  bebas stunting.

Untuk itu, hasil dari pengecekan Puskesmas Sambelia, di Desa Senanggalih ini bebas dari stunting. Tidak ada anak di Desa Senanggalih yang mengalami kekurangan gizi hingga terlihat kerdil dan cebol karena mengidap stunting.

Tidak saja anggur, kata Kades, Senanggalih ini juga banyak tanaman buah-buahan di halaman dan kebun-kebun milik warga. Buah-buahan ini memiliki kandungan gizi yang banyak. Tanam buah-buahan itupun dibudidayakan tanpa bahan kimia. “Semua menggunakan bahan organik pemupukannya,” ucapnya.

Melihat anggur sebagai salah satu potensi besar yang bisa dikembangkan, Kades menggiring desanya menjadi salah satu desa wisata. Harapannya ke depan bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah.
Anggaran dari pemerintah desa sendiri sejauh ini diakui belum bisa maksimal. Kemampuan anggaran sementara Rp 50 juta untuk pengembangan wisata. Anggaran lainnya sebutnya masih banyak diperuntukkan untuk fisik dan non fisik.  

Untuk wisata, secara perlahan coba dibangun bersama masyarakat. Selain wisata anggur, Senanggalih ternyata memiliki beberapa potensi wisata lain. Ada hutan desa yang merupakan tempat monyet-monyet bergelantungan. Kawasan ini pun kata Kades akan dijadikan salah satu tempat menarik untuk memancing minat wisatawan datang. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Friday 12 April 2019

Kerajinan Roket Lombok Tengah Tidak Terpengaruh Kondisi Pariwisata


Salah satu perajin rotan dan ketak di Desa Lajut Lombok Tengah. Pesanan hasil kerajinan terus mengalir, meski kondisi pariwisata belum pulih.
SELAMA ini keberadaan Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah (Loteng) sebagai penghasil kerajinan ekonomi kreatif belum banyak dikenal orang. Padahal hasil kerajinan tangan dari desa ini, seperti tas, piring, keranjang dari rotan dan ketak banyak menghiasi artshop yang ada di Lombok dan Bali. Gempa yang terjadi beberapa waktu lalu dan minimnya kunjungan wisatawan tidak berpengaruh terhadap pesanan produk kerajinan.



Pemilik modal atau pengepul cukup mendrop bahan berupa rotan dan ketak (roket), nanti setelah jadi tinggal diambil dan dijual dengan harga lebih mahal. Warga yang selama ini menjadikan membuat tas, piring dan keranjang dari rotan dan ketak sebagai pekerjaan sampingan. Sementara pekerjaan utama mereka adalah bertani atau profesi lainnya.

"Terkadang kalau tidak ada pekerjaan di sawah, kami dari fokus buat kerajinan dari rotan. Tapi kalau ada kerjaan di sawah, setelah pulang baru kami buat kerajinan," tutur Inaq Muslimah, salah seorang perajin dari Desa Lajut Kecamatan Praya Tengah, Selasa (2/4/2019).

Sebagai salah satu perajin rotan dan ketak di desanya, dirinya tidak susah mendapatkan bahan untuk membuat berbagai macam jenis kerajinan sesuai pesanan. Bahan baku seperti rotan dan ketak sudah disediakan oleh pengepul untuk dibuat sejumlah kerajinan tangan sesuai pesanan. Apalagi, setiap kerajinan yang dibuat sudah dipesan dan  perajin tinggal membuat sebanyak yang dia mampu.



"Semakin banyak yang kita buat, semakin banyak kita dapat uang. Kalau yang sudah mahir bisa membuat 2 piring atau lebih dalam sehari. Tapi kalau tas bisa 1  buah. Tergantung dari orangnya yang buat," tuturnya.

Terkait harga atau upah setiap satu jenis kerajinan, tuturnya, tergantung dari sulit atau mudahnya membuat kerajinan. Dia mencontohkan, harga 1 piring dari rotan diambil Rp16.000. Begitu juga tas dari ketak di atas Rp50.000 atau harga tergantung kesulitan dalam membuat produk. Semakin sulit membuat sebuah kerajinan, semakin mahal harga yang diambil pihak pemesan barang.  ‘’Kalau harga yang mereka jual saya tidak tahu, tapi kami dibeli sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatan,’’ tambahnya.

Pada bagian lain, Inaq Muslimah mengakui, jika gempa dan kondisi pariwisata sekarang ini belum begitu berpengaruh terhadap adanya pesanan pembuatan hasil kerajinan di desanya. Dalam hal ini, perajin di desanya, termasuk dirinya menerima pesanan untuk membuat berbagai jenis kerajinan tangan dari pengepul atau pengusaha yang sudah membuat kesepakatan dengan perajin. Setelah itu, perajin tinggal menerima bayaran sesuai dengan jumlah produk yang dibuat. Nantinya, pihak pengepul akan mengambil barang yang sudah jadi dan dikirim ke Pulau Bali dan Jawa. (Marham)

Share:

Muazzin, Caleg PKPI Dapil Ampenan, Pelajar Berprestasi dan Duta Agama Jadi Fokus Perhatian

Muazzin, Calon Anggota Legislatif DPRD Kota Mataram Daerah Pemilihan Ampenan dari Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia

Minimnya perhatian terhadap pelajar berprestasi yang mewakili nama daerah di tingkat provinsi menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi Muazzin, calon anggota legislatif (caleg) Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) Daerah Pemilihan Ampenan untuk DPRD Kota Mataram. Begitu juga terhadap duta-duta daerah di bidang agama, seperti qori dan qori’ah yang membela Kota Mataram di tingkat provinsi dan nasional masih belum diperhatikan maksimal.

‘’Insya Allah, jika saya terpilih, para pelajar berprestasi akan kami perjuangkan mendapatkan perhatian dari pemerintah. Begitu juga dengan para qori dan qori’ah, baik yang sudah berprestasi maupun dalam masa pembinaan, insya Allah akan kami perjuangkan pula,’’ ujar Muazzin, yang juga pengurus Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur’an (LPTQ) Kecamatan Ampenan ini, Jumat (12/4/2019).



Alasan dirinya fokus memperhatikan pelajar berprestasi bukan tanpa alasan. Pengalamannya saat tiga anaknya dan anak-anak Kota Mataram berprestasi lainnya mewakili NTB di level nasional belum begitu diperhatikan oleh pemerintah. Padahal, saat bertanding di level nasional mengikuti olimpiade adalah membawa nama daerah. Hal inilah yang menjadi fokus perhatian dirinya, jika terpilih sebagai anggota DPRD pada pemilihan umum, 17 April.

Bagaimana pun sebagai duta daerah, tambahnya, anak-anak berprestasi ini mesti dapat perhatian, terutama untuk biaya keberangkatan. Diakuinya, selama ini, pihak sekolah sering dihadapkan dengan keterbatasan dana saat mengirim siswanya mengikuti olimpiade yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan di luar daerah. Padahal dengan mengirim siswa mengikuti olimpiade ke tingkat nasional ingin menunjukkan pada nasional, jika prestasi anak-anak Kota Mataram tidak kalah dengan anak-anak di daerah lain. Akibat keterbatasan dana, ujarnya, pihak sekolah dan orang tua harus urunan dana agar siswa bisa mengikuti olimpiade di luar daerah.

‘’Ya minimal, anak yang bertanding dibelikan tiket perjalanan. Syukur-syukur nanti, kalau orang tua/pendamping bisa juga ditanggung,’’ harapnya. ‘’Insya Allah, kalau terpilih dan diperbolehkan oleh aturan, dana aspirasi juga akan kita siapkan untuk itu,’’ tambahnya.


Dirinya juga prihatin terhadap nasib qori dan qori’ah asal Kota Mataram yang masih belum mendapat perhatian maksimal. Dalam hal ini, dirinya tidak ingin para qori dan qori’ah yang akan mewakili Kota Mataram diperhatikan saat akan mengikuti Seleksi Tilawatil Qur’an (STQ) atau Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) saja. Paling tidak, harapnya, pemerintah bisa memperhatikan qori dan qori’ah atau LPTQ yang menaunginya, agar pembinaan terus dilakukan.



Untuk itu, ujarnya,  jika terpilih sebagai anggota DPRD, masalah pendidikan dan agama akan kami upayakan. Namun, jika masih belum diberikan amanah, dirinya mengharapkan pada anggota DPRD terpilih nanti fokus memperhatikan masalah pendidikan, khususnya pengiriman siswa berprestasi yang membawa nama Kota Mataram di luar daerah. Selain itu, pihaknya juga tetap memperjuangkan apa yang menjadi kepentingan warga Kota Mataram sesuai dengan visi yakni, menjadikan Kota Mataram ke arah yang agamis, adil dan bersatu melalui transformasi mental.

Begitu juga dengan misi yang harus dilakukan, yakni menjalin silaturahim yang berkelanjutan kepada seluruh masyarakat, bersama-sama melakukan pembinaan mental masyarakat, terutama generasi muda. Selain itu, ikut menjembatani pembinaan Usaha Kecil dan Menengah, baik dalam pemberian modal maupun pengelolaan manajemen. Termasuk, ikut membantu dan merasakan situasi yang terjadi di masyarakat (suka dan duka). Tidak hanya itu, berupaya membantu pemerintah mengantisipasi dan mengurangi angka kenakalan remaja yang cukup memprihatinkan. Dicontohkannya, masalah remaja yang banyak mengonsumsi minuman keras, pecandu narkoba, perjudian, LGBT  dan lainnya perlu didekati agar tidak mengulangi kegiatan berbau negatif. (Marham)

Share:

Tarian Doro Mantika, Gambaran Peradaban Masyarakat Dompu Sebelum Tambora Sebelum Meletus


Ratusan penari saat mempertunjukkan tarian Doro Mantika. Tarian tersebut gambaran peradaban masyarakat pra dan pasca letusan Tambora 1815 silam, Rabu (11/4/2019)
Puncak Festival Pesona Tambora (FPT) 2018 lalu, dimeriahkan tari kolosal Nggahi Rawi Pahu dengan 203 penari. Tahun ini, tarian serupa juga ditampilkan. Tetapi dengan tema dan jumlah penari yang berbeda, yaitu tarian kolosal Doro Mantika.

Tarian itu diangkat sebagai gambaran kehidupan masyarakat Dompu. Khususnya di lereng gunung tambora pra dan pasca letusan dahsyatnya 1815 silam. Kondisi sumber daya alam yang melimpah dan dinamisnya kehidupan masyarakat direpresentasikan dalam setiap gerak, suara dengan paduan kearifan lokal.

Pasca letusan misalnya, tambora telah menghasilkan bentang alam, tumbuhan dan binatang endemik. Seperti pohon Dua Mangga dan Ayam Hutan Hijau atau yang dikenal dengan Peo dalam bahasa daerah setempat. Termasuk burung kaka tua putih.

Kepala Bidang Kebudayaan Disbudpar Dompu, Wahyono Ragil sekaligus penanggung jawab tarian kolosal, mengatakan, tarian kolosal Doro Mantika ini dipertunjukan oleh 336 penari latar, 50 orang penari inti dan 10 orang pemusik.

“Tarian Doro mantika ini mengisahkan peradaban pra dan pasca meletusnya Gunung Tambora 1815. Termasuk gambaran soal tumbuhan, hewan yang masih ada sampai sekarang dan beberapa kerajaan yang tenggelam saat itu,” katanya saat Puncak Festival Pesona Tambora 2019 di Doro Ncangga Dompu Nusa Tenggara Barat, Kamis (11/4/2019).
Tarian Doro Mantika Gambarkan Peradaban Tambora di acara Festival Pesona Tambora 2019

Selain mengenang peradaban Tambora 1815, pesan tersirat lainnya ialah Dompu harus bangkit melalui program yang tengah dikembangkan pemerintah daerah. Sehingga visi misi Bupati agar masyarakat mampu membayar bisa diwujudkan.

Selain para penari merupakan perwakilan tiap-tiap instansi. Sebagian dari mereka ialah utusan tujuh sanggar yang ada di wilayah ini. “Dan itu kita seleksi ketat dulu para peserta ini sebelum tampil,” ujarnya. (Junaidi/Dompu)


Share:

Thursday 11 April 2019

Rusak Pascagempa, Dermaga Gili Trawangan Dibangun Dua Tahap

Kondisi dermaga Gili Trawangan hingga 11 April 2019 yang rusak akibat gempa dan harus segera diperbaiki.  
Keberadaan dermaga Gili Trawangan hingga saat ini masih amburadul. Pascarusaknya dermaga lama, para pengusaha transportasi nyaris tak punya tempat tambat boat/fastboat yang layak.

Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan dan Perikanan Lombok Utara (KLU), M. Iwan Maret Asmara, S.Sos., Selasa (9/4/2019) mengatakan, rekonstruksi dermaga Gili Trawangan sangat diharapkan masyarakat. Tidak hanya warga setempat, tetapi juga pengunjung dan pengusaha. "Dermaga ini harapan semua masyarakat, dan terkait itu memang tahun ini akan dibangun. Jeti yang di Trawangan, makanya kita doakan saja mudahan segera tahun ini dibangun yang di Trawangan itu," kata Iwan.

Informasi terkait kapan dimulainya pembangunan dermaga Gili Trawangan tersebut, aku Iwan, belum ada petunjuk. Informasi terakhir menyebut, bahwa proyek tersebut masih dilelang oleh Kementerian.
Disebutkan, anggaran untuk Dermaga Gili Trawangan senilai Rp 17 miliar. Anggaran ini sedikit lebih banyak dari pagu anggaran pembangunan dermaga Gili Air, sebesar Rp 16,6 miliar.

Dermaga Trawangan disebutkan akan dibangun dalam dua tahap. Pertama, pusat akan membuat dermaga apung (jeti). Tahap berikutnya akan dibangun dermaga tambat versi beton. "Dan ini bukan perbaikan, dan rencananya akan dibangun baru di lokasi yang sama, tapi bergeser sedikit," imbuhnya.

Proses pelaksanaan pembangunan dermaga diperkirakan memakan waktu antar 6-7 bulan. Melihat waktu di mana sudah memasuki bulan April, diharapkan agar proyek tersebut dapat dikerjakan lebih cepat. Namun demikian, kontrak proyek tentunya menjadi ranah pemerintah pusat. "Tapi karena inikan pelaksanaannya oleh pusat maka tidak bisa kita jelaskan secara detail," sebut mantan Kalak BPBD KLU ini.

Pengusaha Gili Trawangan, Lalu Kusnawan, menambahkan dermaga Gili Trawangan, sangat diharapkan segera diperbaiki. Pengusaha tidak memiliki tempat tambat yang nyaman dan aman saat melayani tamu. Setiap fast boat yang datang dari Bali, hanya bisa tambat seadanya di pinggir pantai.
"Kita berharap dermaga Gili Trawangan dibangun lebih cepat, karena ini akses satu-satunya. Sebagai destinasi wisata internasional, sangat disayangkan kita tidak punya sarana pendukung, " katanya. (Johari/Lombok Utara)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive