Be Your Inspiration

Tuesday 5 February 2019

Miliarder Sampah NTB Itu Bernama Syawaludin

Syawaludin (kiri) bersama wisatawan yang mengunjungi Bank Sampah Bintang Sejahtera yang dipimpinnya. 
Sampah bagi masyarakat suatu hal yang menjijikkan. Tapi tidak bagi Syawaludin. Pengelola Bank Sampah Bintang Sejahtera ini merasa gerah melihat banyaknya sampah yang menumpuk. Apalagi sampah yang bisa diolah menjadi produk bernilai jual tinggi. Untuk itu, dalam menangani masalah sampah, Syawaluddin melalui bank sampah yang didirikannya terus melakukan sosialisasi melalui program edukasi lingkungan ke tengah masyarakat. Tidak hanya di lingkungan tempat tinggalnya, tapi se Pulau Lombok.
Menurutnya, di Bintang Sejahtera, program edukasi lingkungan melalui bank sampah sudah mencapai 148 komunitas di Pulau Lombok. Belum lagi ada tambahan sebanyak 50 bank sampah binaan bersama Pemprov NTB serta 15 kelompok yang merupakan hasil kerjasama dengan pihak swasta, PT. Sampoerna.
Ada dua cara pengumpulan sampah yang diterapkan selama ini. Yaitu sistem tabungan serta pembayaran secara langsung. Pola yang disenangi oleh masyarakat tergantung lokasinya. Kalau di daerah perkotaan, sebagian besar mereka bekerjasama dalam bentuk tabungan. Terlebih Bintang Sejahtera juga lebih mengedepankan sistem tabungan daripada bayar langsung. ‘’Mereka mengumpulkan sampah semata-mata untuk tujuan ekonomi. Jadi ada yang minta dibayar langsung serta ada yang dalam bentuk tabungan,’’ ujarnya.
Menurutnya, sampah yang dikelola oleh masyarakat selama ini adalah sampah anorganik berupa plastik, logam dan kertas. Sampah jenis ini dipilah, dikumpulkan dan dijual kepada perusahaan di luar daerah yang akan mendaur ulang menjadi barang yang berharga.

BACA JUGA : Aisyah Odist Perintis Zero Waste NTB
Berapa harga sampah anorganik per Kg? menurut Syawaludin, harga sampah dibedakan menjadi 27 – 37 jenis sampah. Setiap jenis sampah memiliki harga yang berbeda-beda, tergantung dari kualitasnya. Misalnya sampah yang campur dibeli dengan harga Rp3.000 per Kg. Sementara sampah plastik yang sudah dipilah, misalnya gelas bekas air mineral harganya bisa sampai Rp4.500 per Kg tanpa dibersihkan label air minum.
‘’Namun kalau dibersihkan labelnya di kemasan air minum plastik itu harganya sebesar Rp7.500 per Kg. Itu salah satu contoh patokan bank sampah dalam membeli hasil yang dikumpulkan oleh masyarakat,’’ ujarnya.
Syawaludin dengan tumpukan sampah yang dikelola jadi produk bernilai tinggi
Syawaludin mengatakan, setelah Bintang Sejahtera memperluas cakupan pelayanannya, masyarakat semakin memahami pentingnya pengelolaan sampah dengan baik. Di tengah masyarakat kini muncul dua pemikiran yang besar yaitu kesadaran lingkungan dan pendangan ekonomi dari pengelolaan sampah jika digeluti dengan serius.
Hingga saat ini jumlah nasabah bank sampah yang menjadi mitra kerja Bintang Sejahtera sekitar 7.000 KK. Baik nasabah yang merupakan hasil kerjasama dengan Pemprov NTB dengan perusahaan swasta maupun nasabah yang dikelola sendiri. ‘’Nasabah bank sampah bersama Pemprov NTB sendiri sekitar 2.300 orang, dari PT. Sampoerna sekitar 500 orang,’’ sebutnya.
Khusus di program NTB Zero Waste yang dijalankan oleh Pemprov NTB, Syawaludin kerap menjadi pembicara dan pemberi masukan terkait dengan implementasi dari program ini. Karena dasar dari program ini adalah kesadaran masyarakat untuk menyelesaikan sampah langsung dari sumbernya dengan cara mengajak keluarga untuk memilah sampah sebelum dibuang.
‘’Program ini adalah ruh dari implentasi UU Tentang Persampahan No 18/2018. Salah satu instrumen yang dikembangkan adalah bagaimana membumikan bank sampah di seluruh NTB, sehingga kita bisa mendapat minimal tiga data,’’ katanya.
Yang pertama adalah tingkat kesadaran masyarakat di NTB bisa dilihat dari jumlah nasabah yang bergabung dalam program ini. Selanjutnya berapa jumlah sampah yang bisa dikelola dari program ini. Yang terakhir yaitu berapa nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan ini. ‘’Bukan hanya bicara angka sampah yang bisa dikelola, namun bisa kita lihat ada berapa rupiah yang berputar dari sini,’’ katanya.
Lantas berapa nilai ekonomi yang bisa diperoleh dari kegiatan pengelolaan sampah di Bank Sampah Bintang Sejahtera ? Syawaludin mengatakan, sampah jika dikelola dengan  benar akan mendatangkan manfaat ekonomi yang tidak kecil. Sebagai gambaran, nilai transaksi bank sampah di Bintang Sejahtera pascagempa dari bulan Agustus – September 2018 lalu sebesar Rp 1,7 miliar. ‘’ Itu nilai transaksi dari pembelian, tabungan sampah dan lainnya,’’ jelasnya.
Gudang besar bank sampah yang dikelola oleh Syawaludin kini berada di dua tempat yaitu di Tanak Awu, Lombok Tengah serta di Lingkar Selatan Kota Mataram. Sampah yang berhasil dikumpulkan dari para mitra kerja di Lombok selanjutnya dijual ke pembeli di luar daerah.  (Faris/Ekbis NTB)
Share:

1 komentar:

Rai Vinsmoke said...

ingin mendapatkan uang banyak dengan cara cepat ayo segera bergabung dengan kami di f4n5p0k3r
Promo Fans**poker saat ini :
- Bonus Freechips 5.000 - 10.000 setiap hari (1 hari dibagikan 1 kali) hanya dengan minimal deposit 50.000 dan minimal deposit 100.000 ke atas
- Bonus Cashback 0.5% dibagikan Setiap Senin
- Bonus Referal 20% Seumur Hidup dibagikan Setiap Kamis
Ayo di tunggu apa lagi Segera bergabung ya, di tunggu lo ^.^

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive