Be Your Inspiration

Showing posts with label CERITA. Show all posts
Showing posts with label CERITA. Show all posts

Wednesday 24 February 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (16)

Sementara di Kerajaan Sari Gangga, Pangeran Kumara merasakan hal yang sama. Di sebuah berugak dekat taman kerajaan, dia memandang ke arah utara atau puncak Gunung Rinjani yang indah. 

Pangeran Kumara merasa seperti ada yang beda dengan laki-laki yang bernama Fadil. Sesuatu yang membuatnya mendambakan sosok perempuan yang bisa menjadi pendamping hidupnya.

Share:

Tuesday 23 February 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (15)

Suara jangkrik dan burung malam terdengar mengiringi tidur sang putri yang sedang tertidur lelap dan bermimpi indah. 

"Ah di mana aku ini? Indah sekali bunga-bunga ini," katanya sambil memegang bunga beraneka warna. 

"Kau berada di Kayangan," jawab seorang laki-laki tampan di belakangnya sambil tersenyum.

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (14)

Hari sudah mulai senja. Para petani sudah kembali pulang ke rumahnya. Gerombolan burung merpati di langit masih senang terbang berkeliling angkasa. 

Langit pun sudah mulai gelap. Bintang di atas langit mulai memancarkan cahaya. Dua penunggang kuda sudah memasuki wilayah Kerajaan Mantang. Lampu-lampu buah jarak dan obor seolah-olah menyambut kedatangan mereka.  

Share:

Wednesday 20 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (13)


"Hemmm... Aku penasaran sama Fadil," gumam Pangeran Kumara dalam hati. "Aku akan buktikan, kalau dia adalah perempuan dan bukan perempuan sembarangan," tambahnya.

Setelah itu, Pangeran Kumara balik ke istana dan menemui kakaknya. 

"Maaf Kakak, dua teman hamba sudah keburu pergi. Mereka katanya takut kemalaman di jalan."

"Emang darimana asalnya?" tanya Putri Ayuning. 

Share:

Friday 15 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (12)

Sementara di bawah pohon asem, Putri Faradila dan Dabok asyik berbincang tentang perjalanan mereka. Tanpa mereka sadari Dabok alias Pangeran Kumara datang sambil membawa nasi bungkus dan pisang raja yang sudah masak.

"Awas ada ular," teriak Dabok tiba-tiba.

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 11)


Setelah sarapan seadanya, mereka pun bersiap-siap berangkat. Dengan menunggang kudanya, mereka pun menuju lokasi acara di mata air Sari Gangga. 

Di tengah perjalanan, mereka pun berpisah. 

''Dil dan Cek, kalian berdua bisa langsung ke acara. Ikuti saja para warga yang ke sana. Nanti, kalian bisa ketemu dengan acaranya. 

''Ok, Bok,'' jawab Putri Faradilla singkat. 

Setelah itu, Dabok pun memacu kudanya ke arah yang berlawanan. Dabok yang juga Pangeran Kumara ini pun segera bergegas menuju istana untuk membersihkan tubuhnya dan membuka penyamarannya. 

Share:

Sunday 10 January 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 10)

Mereka pun melanjutkan perjalanan hingga tiba di daerah perbatasan Jurang Jaler dan Jontlak.

Sebuah, sungai menghadang mereka dengan batu-batu yang tajam. Namun, kuda-kudanya terus digeber biar cepat sampai tujuan.

Mereka pun memacu kudanya menelusuri kegelapan malam hingga tiba di sebuah rumah penduduk.

Share:

Friday 29 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 9)



Di perbatasan Desa Darmaji dan Pengadang, tiga penunggang kuda sedang beristirahat di tepi sungai. Mereka duduk di antara bebatuan yang biasa dijadikan sebagai tempat duduk oleh para penggembara.

"Meton. Hari sudah mulai gelap. Kita istirahat di sini atau langsung menuju ke ibukota kerajaan," ujar Dabok membuka percakapan.

"Ya, kalau saya sih lebih baik kita langsung saja. Saya khawatir, ada orang jahat yang mengganggu kita selama istirahat di sini," jawab Putri Faradila dengan tetap beraksen laki-laki.

Share:

Thursday 28 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 8)

Seolah-olah tak ada masalah, Dabok bertanya pada Putri Faradila dan Kacek soal tujuan keduanya. "Oh ya, kalian mau kemana?"

"Kami hanya sekadar mampir makan. Tidak mau kemana-mana?" jawab Kacek.

"Saya pikir kalian mau ke ibukota kerajaan di Sari Gangga. Soalnya di sana lagi ada acara adat di Mata Air Sari Gangga," ujar Dabok.

Share:

Wednesday 27 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 7)


Namun, Putri Faradila tidak berani memandang langsung pada laki-laki pendatang itu, karena khawatir penyamarannya diketahui.

Sementara Kacek kembali duduk di dekat Putri Faradila. "Dil, nasinya masih lama. Kita tunggu saja sampai matang," ujarnya.

"Oh ya, semeton mau makan juga?" tanya Kacek pada laki-laki yang duduk di depannya.

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 6)


Sebulan sudah Prabu Santana meninggalkan keluarga dan rakyatnya. Namun, bagi Putri Faradila, kematian ayahnya masih belum bisa diterima. Rasa dendamnya pada Pangeran Kumara yang telah membunuh ayahnya masih terus membayangi dirinya.

Bayang-bayang sang ayah membelai rambutnya dan memanjakannya selama masih hidup seakan tak pernah dilupakannya.

Share:

Sunday 17 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 5)

Pada siang hari di sebuah air terjun di Aiq Bukak yang masuk wilayah Kerajaan Mantang, seorang perempuan cantik sedang mandi. Air yang jernih dan dingin membuat perempuan ini seakan tak mau berhenti mandi.

Tanpa disadari, seorang perempuan muda dengan pakaian seperti dayang-dayang tergopoh-gopoh mendatanginya. Dia terus saja mandi, sampai akhirnya melihat kehadiran perempuan itu di dekatnya.

"Ampun tuan putri," ujar dayang-dayang saat tiba di depan perempuan yang disebutnya tuan putri.

Share:

Thursday 14 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 4)

"Eee....," Prabu Santana tiba-tiba memegang dadanya. Sebuah anak panah menancap tepat di jantungnya. Karena tak tahan, dia pun tersungkur di atas tanah dan berteriak kesakitan.

Seorang pemuda lengkap dengan senjata panah dan pedang di pinggangnya tiba-tiba muncul di antara mereka. "Rasakan Santana. Mampus kau," ujarnya puas.

"Kumara. Apa yang kamu lakukan?" tanya Putri Ayuning.

Share:

Wednesday 13 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 3)


Kokok ayam jantan membangunkan penghuni kerajaan. Dayang-dayang dan pembantu istana raja sudah mulai bekerja. Begitu juga warga yang terpaksa menginap di tempat penampungan sementara juga sudah bangun. Mereka mempersiapkan makanan bagi prajurit yang sedang berjaga-jaga.

Kondisi serupa juga dilakukan prajurit Mantang di daerah perbatasan. Prajurit yang ditugaskan di bagian konsumsi sedang mempersiapkan masakan bagi raja dan prajurit yang lain.

Share:

Tuesday 12 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 2)


Sementara Pangeran Nyen Nyeh memacu kudanya memeriksa pasukan yang sudah siaga di beberapa titik. Sekitar 1.000 pasukan berjaga-jaga menghadapi berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

Dengan strategi menghindari perang terbuka, pasukan Kerajaan Sari Gangga bersembunyi di beberapa jalur yang kemungkinan dilalui pasukan musuh. Jebakan dan senjata dipersiapkan dengan baik, sehingga musuh bisa dikalahkan.


Di sebuah gundukan bukit di Bogak yang dekat dengan keberadaan musuh, Pangeran Nyen Nyeh didampingi beberapa prajurit turun dari kudanya. Dengan mengendap-endap, Pangeran Nyen Nyeh merebahkan tubuhnya sambil merayap memantau situasi pasukan musuh.

"Hemm... lumayan banyak juga pasukan musuh," gumamnya.

"Benar Pangeran," timpal Rambang, panglima kerajaan.

"Berapa kira-kira jumlah pasukan musuh?," tanya Nyen Nyeh balik.

"Dari laporan teliksandi, sekitar 1.000 lebih," jawab Rambang.  

"Lumayan besar juga," ujar Nyen Nyeh balik. "Jumlah kita hampir seimbang dengan mereka,"

"Benar Pangeran. Tapi, kalau kita hadapi mereka dengan perang terbuka, jelas akan banyak korban dari kita yang jatuh," ujar Rambang menggambarkan

"Oke, sekarang pastikan semua tempat jebakan berfungsi dengan baik. Pastikan juga semua prajurit sudah siap siaga," perintah Nyen Nyeh.

"Baik Pangeran," jawab Rambang tegas. "Sekarang, saya pamit untuk koordinasi dengan semua pemimpin pasukan di setiap lokasi," ujarnya sambil merayap mundur dan meninggalkan perbukitan Bogak.

                             ****

Sementara Prabu Santana sedang berkoordinasi dengan seluruh komandan pasukan di balik bebatuan besar dan rimbunan pohon. Sejumlah prajurit bersenjata lengkap berjaga-jaga di sekitarnya.

"Kita berada di Aikmual," ujar Prabu Santana sambil meletakkan batu di atas tanah yang menggambarkan peta wilayah yang akan diserang.

"Benar Gusti Prabu," ujar Ambara Putra, panglima kerajaan. "Tapi, kita harus tahu seperti apa kekuatan musuh," tambahnya.

"Sepertinya pihak Sari Gangga sudah tahu kita akan menyerang. Kita harus hati-hati, siapa tahu banyak jebakan yang dipasang," tambah Prabu Santana.

"Jangan sampai, kita sudah masuk ke wilayah musuh,  kita semua jadi korban sia-sia," ujar Mudin -- wakil panglima kerajaan.

"Ampun Paduka. Teliksandi kita menginformasikan pada kami, jika setiap beberapa puluh meter dari lokasi kita berada, jebakan banyak dipasang," tambahnya.

"Kalau begitu kita harus siasati apa upaya yang harus dilakukan, agar bisa masuk ke wilayah kerajaan," ujar Prabu Santana. "Kita harus bisa merebut lokasi mata air Sari Gangga. Kalau kita sudah bisa merebutnya, Kerajaan Mantang akan dikenal dunia," tegasnya.

Prabu Santana dan para pembantunya terus membahas siasat yang akan dilakukan saat menyerang wilayah Sari Gangga. Namun, hingga larut malam, mereka masih belum sepakat mengenai kapan akan melakukan penyerangan. Mereka memutuskan untuk istirahat sambil menggumpulkan tenaga.

Suara jangkrik, kodok dan burung malam menghiasi malam hingga terbit fajar.

Sementara di istana Kerajaan Sari Gangga, Prabu  Brandana sedang berbincang dengan permaisuri Ratu Ayuning di kamar peraduan. "Dinda, Raja Santana sudah berada di perbatasan. Lebih baik Dinda berada di tempat persembunyian."

"Ampun Kanda. Hamba tidak ingin berdiam diri melihat kerajaan diserang si Santana keparat itu," jawab Ayuning dengan geram. "Apalagi dia ingin merebut mata air Sari Gangga dari tangan kita," tambahnya.

"Dinda masih dendam pada Santana?" tanya Prabu Brandana.

"Kalau si Santana tidak mati di tanganku. Dinda tidak puas. Apalagi dia sudah membunuh ayahandaku, Resi Rimbawan," jawabnya dengan nada keras.

"Saya ngerti Dinda. Tapi kita tak bisa emosi menghadapi Santana. Kesaktiannya tak bisa diremehkan. Buktinya, ayahanda Resi Rimbawan tewas di tangannya," ujar Prabu Brandana menggambarkan.

"Santana curang. Kalau tak curang, ayahanda tak mungkin tewas," ujarnya geram.

"Kalau begitu, sebelum Santana masuk ke wilayah sini, kita harus menyerangnya lebih dulu," saran Prabu Brandana. "Kita serang mereka sebelum mereka siap," tambahnya.

"Hamba setuju, Kanda. Kalau begitu besok, kita panggil perdana menteri untuk mengatur rencana penyerangan," ujar permaisuri menyarankan.

"Baiklah, saya setuju. Sekarang kita istirahat. Besok kita lanjutkan lagi," kata Prabu Brandana sambil merebahkan tidur di peraduan. Di kejauhan suara jangkrik dan burung malam terdengar memecah keheningan malam. Mereka pun istirahat hingga pagi datang. (Bersambung)

Share:

NTB Tuan Rumah HPN 2016


Wakil Gubernur NTB H. Muh.Amin,SH didampingi Kadishubkominfo Drs Agung Hartono M.STr, Kepala Biro Kesra H. Suhaemi SH, Kabag Humas dan Protokol, Drs. H. Fathul Gani M.Si, Ketua PWI-NTB H. Achmad Sukisman dan Sekretaris PWI Nasrullah Zein beserta pejabat penting lainnya menghadiri pertemuan akhir penetapan kepada daerah yang terpilih menjadi tuan rumah HPN 2016.

Share:

Thursday 7 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 1)


Derap seekor kuda melaju kencang menerobos semak belukar. Seorang prajurit yang terluka berusaha memegang tali kekang kudanya agar tidak terjatuh. Kaki kirinya yang tertancap panah terus mengeluarkan darah. Namun, sang prajurit tidak peduli. Baginya, keselamatan sang raja lebih penting daripada nyawanya.

Seorang prajurit yang piket di menara pengawas kerajaan segera membunyikan lonceng sebagai isyarat bahaya. Prajurit yang sebelumnya beristirahat santai  bersiap siaga dan segera berkumpul di alun-alun kerajaan.


Prajurit yang berjaga di gerbang kerajaan segera membuka pintu saat prajurit dan kudanya mendekat. Tanpa basa basi, dia langsung menuju istana yang menjadi tempat raja biasa memberikan pengarahan pada pasukan kerajaan.

"Ampun, paduka. Ke.. ke.. rajaan Sari Gangga dalam bahaya," ujar prajurit terputus-putus sambil menyembah di tanah pada Raja dan seluruh petinggi kerajaan.

"Bahaya?" tanya Prabu Brandana. "Siapa yang mau menyerang kerajaan?" tanyanya balik.    

"Ampun paduka," jawab prajurit dengan suara semakin melemah. "Raja Mantang. Dia dan prajuritnya sudah sampai hutan Aikmual. Sebentar lagi mereka sampai sini. Mereka mengincar mata air Sari Gangga," jawabnya terbata-bata. Setelah itu, sang prajurit terjatuh lemas dan pingsan.

"Raja Mantang," ujar Prabu Brandana kaget. "Kurang ajar. Mereka berani melawan kita,"

"Nyen Nyeh," teriak Raja memanggil perdana menterinya.

"Hamba, Gusti Prabu," jawab Pangeran Nyen Nyeh datang sambil bersujud.

"Perintahkan semua prajurit siaga. Jangan sampai Prabu Santana dan prajuritnya masuk ke wilayah kita. Jaga juga mata air Sari Gangga dari rebutan siapapun," perintahnya.

"Daulat, Gusti Prabu. Hamba permisi siapkan pasukan," ujarnya. Setelah memberi hormat, Pangeran Nyen Nyeh pun berlalu.

"Bawa prajurit yang terluka ini! Suruh tabib kerajaan merawat dia baik-baik," perintah sang Raja pada prajurit yang lain.

"Daulat Gusti Prabu," jawab beberapa prajurit sambil memberi hormat. Setelah itu, mereka membawa rekan mereka untuk mendapat pengobatan.

Sementara Perdana Menteri Pangeran Nyen Nyeh menyiagakan seluruh prajuritnya. Pasukan pemanah bersiap-siap di atas benteng dan lokasi strategis lainnya.

Warga kerajaan diungsikan ke tempat persembunyian rahasia. Sementara ibu-ibu dan wanita tua berkumpul di lokasi yang sudah disiapkan kerajaan dengan senjata seadanya. Beberapa bayi dan anak-anak yang masih di bawah umur menangis, karena ketakutan dengan kondisi yang terjadi.

Mata air Sari Gangga yang selama ini disucikan warga Kerajaan Sari Gangga terletak di pertemuan dua sungai, yakni Sungai Sari Gangga dan Eyat (bahasa Sasak - sungai kecil) Jontlak yang bermuara di luar istana kerajaan. Sekarang wilayah ini masuk wilayah Kelurahan Jontlak Kecamatan Praya Tengah Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.

Bagi warga sekitar, air ini dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan membawa berkah saat dicampur dengan air lain untuk menyiram tanaman atau rumah.  

Di muara sungai ini, ada batu seukuran gajah besar dengan genangan air kecil di bawahnya. Genangan air di bawah ini tetap jernih, meski air dari dua sungai yang datang dari hulu berwarna kecoklatan dari hulu. Di dekat batu ada satu pohon beringin besar yang berumur ratusan tahun dengan akar yang menjuntai.

Sementara di tepi sungai, tumbuh berbagai jenis pohon yang buahnya bisa dikonsumsi warga kerajaan, seperti jambu air, kelapa, nanas, srikaya dan lainnya. Tidak hanya itu, pohon bambu banyak tumbuh di pinggir sungai, sehingga membuat banyak warga yang datang ke sungai merasa nyaman.

Oleh warga setempat, lokasi air ini dipercaya  berhubungan langsung dengan Sungai Gangga di India. Karena merasa masih punya hubungan dengan Sungai Gangga di India, warga setempat menamakan mata air itu dengan Sari Gangga. Artinya, air yang merupakan sari pati dari Sungai Gangga -- sungai yang disucikan warga India, khususnya umat Hindu.

Asal muasal dinamakan Mata Air Sari Gangga dimulai dengan kedatangan seorang penyebar agama Hindu dari India bernama Laksmana. Laksmana yang didampingi beberapa pengikutnya waktu itu, sedang mencari lokasi yang cocok untuk membangun tempat persembahyangan. Dengan berjalan kaki, mereka kemudian menyusuri sebuah aliran sungai setelah melalui hutan belantara di utara Pulau Lombok. Mereka masuk lewat satu pantai di Lombok Utara yang kini masuk wilayah Kayangan.

Sampai akhirnya, mereka tiba di satu lokasi yang cukup bagus. Di lokasi ini ada sebuah mata air yang berada di muara pertemuan dua sungai. Di dekat itu, mereka kemudian membangun sebuah gubuk kecil dan tempat persembahyangan sederhana. Dari lokasi itulah kemudian mereka mulai menyebarkan ajaran agama Hindu pada masyarakat yang ada di sekitarnya hingga menyebar ke seluruh penjuru Pulau Lombok.

Tak berapa lama kemudian, masyarakat yang tertarik pada ajaran ini kemudian membangun rumah yang terbuat dari bambu dan beratapkan ilalang atau daun enau dan kelapa. Dalam jangka waktu lima tahun, kawasan itu menjadi ramai. Pusat perdagangan pun dibangun dan menjadi lokasi transit para penggelana yang pergi ke daerah lain.

Melihat besarnya potensi yang dimiliki Mata Air Sungai Sari Gangga membuat banyak pihak atau kelompok ingin merebutnya. Apalagi setelah Laksmana mangkat dan digantikan muridnya Resi Bonter. Resi Bonter pun berusaha mengajarkan ilmu silat pada murid-murid dan warga yang ada di sekitarnya dengan tujuan bisa mempertahankan diri dari serangan pihak luar.

Dari hari ke hari jumlah yang belajar semakin banyak, membuat warga sepakat mengangkat Resi Bonter sebagai pemimpin. Resi Bonter pun mempersunting seorang muridnya bernama Seniyah. Dari hasil perkawinannya lahirlah putranya bernama Galih Mandara dan Rende Sasaka.

Seiring berjalannya waktu, Resi Bonter pun mangkat dan dikremasi sebagaimana halnya dengan yang berlaku pada ajaran Hindu. Galih Mandara akhirnya diangkat menggantikan ayahnya. Galih Mandara berusaha memperluas wilayah Kerajaan Sari Gangga hingga seluruh penjuru Pulau Lombok berhasil dikuasai.

Beberapa kerajaan kecil pun ditaklukkannya dan membayar upeti tiap tahun ke Kerajaan Sari Gangga. Namun, Kerajaan Mantang yang berada di utara masih setengah hati membayar upeti ke Kerajaan Sari Gangga. Dipimpin anaknya yang jago berkelahi, Ramba Rimba yang dikenal sebagai Resi Rimbawan, masa kejayaan Kerajaan Sari Gangga ada di masa ini.

Setelah 10 tahun memimpin, akhirnya Resi Bonter memilih menyerahkan tampuk kekuasaannya pada anaknya Resi Rimbawan. Resi Rimbawan yang menikah dengan Putri Giok dari tanah Tiongkok memperoleh dua anak, yakni Putri Ayuning dan Pangeran Kumara.

Pada masa pemerintahan Resi Rimbawan ini, sempat terjadi peperangan dengan Kerajaan Mantang hingga menewaskan Resi Rimbawan, karena raja Kerajaan Mantang Prabu Santana ingin menguasai mata air Sari Gangga. Resi Rimbawan tewas secara ksatria, karena dibunuh secara licik oleh Prabu Santana dalam sebuah peperangan. Hal ini membuat putra-putri Resi Rimbawan pun dendam. Tampuk kekuasaan pun diambilalih Brandana suami dari Putri Ayuning. Mereka dikaruniai dua putra dan 1 putri.


Namun, Prabu Santana rupanya masih bernafsu sehingga kembali mengirim pasukannya merebut mata air Sari Gangga dari tangan Kerajaan Sari Gangga.  (Bersambung)
Share:

Sunday 1 February 2015

Legenda Air Terjun Benang Kelambu, Wujud Dewi Anjani Bersihkan Diri



Air terjun Benang Kelambu di Dusun Pemotoh Batukliang Lombok Tengah. 
Keindahan air terjun Benang Kelambu yang terletak di Dusun Pemotoh, Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, NTB menyimpan legenda tersendiri. Masyarakat setempat percaya bahwa air terjun Benang Kelambu adalah tempat membersihkan diri Dewi Anjani yang dipercaya sebagai penunggu Gunung Rinjani.

Dalam bahasa Sasak, Benang Kelambu artinya segumpal benang. Nama itu diberikan karena bentuk air terjun tersebut  menyerupai benang yang diikat menyatu. “Dulu katanya, air terjun itu sebagai tempat Dewi Anjani mandi,” tutur salah seorang PAM Wisata Air Terjun Benang Kelambu, Toni kepada wartawan Suara NTB, Muhammad Nasir, September 2014 lalu.

Legenda yang berkembang, pada waktu – waktu tertentu Dewi Anjani turun dari Gunung Rinjani kemudian mandi dan membersihkan rambutnya. Itu sebabnya, warga percaya bahwa jika sedang mempunyai masalah dengan rambut, mandi di Benang Kelambu akan menjadi salah satu jalan keluar.

Menghilangkan rambut rontok dan menghitamkannya dapat dilakukan dengan membasuhnya di bawah hujaman air terjun Benang Kelambu. Selain itu, jalur Benang Kelambu – Gunung Rinjani juga sering digunakan oleh orang-orang sakti untuk mencari berkah atau keselamatan dengan melakukan pendakian atau pertapaan ke Gunung Rinjani. Selain itu ada yang mengatakan jika mandi sisitu, maka akan terlihat satu tahun lebih muda. Hingga kini, hal tersebut masih dipercaya oleh masyarakat.
 
Air Terjun Benang Kelambu Lombok Tengah NTB
Konon juga, selain berpanorama indah, menurut kepercayaan masyarakat setempat apabila orang mandi atau berendam dibawah air terjun Benang Kelambu dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit dan membuat tampak awet muda.

Di luar cerita legenda itu, kawasan wisata air terjun Benang Kelambu sangat indah dan sejuk serta menenangkan. Suasananya bisa menghilangkan penat dan membua pikiran menjadi jernih kembali. Pesona air terjun ini berasal dari tingkatan air terjunnya yang tertutup oleh hijaunya daun juga karena tempat ini dikelilingi pepohonan yang membuat nuansa alamnya jelas terasa.

Urutan air terjun yang paling atas disebut kelambu, sedangkan pada tingkatan kedua terdapat 3 air terjun yang berjajar. Lokasi air terjun Benang Kelambu ini berada di ketinggian 552 mdpl di kawasan wisata Taman Nasional Gunung Rinjani.

Untuk menuju air terjun ini Anda bisa menggunakan kendaraaan pribadi atau menyewa kendaraaan roda dua maupun roda empat. Air terjun Benang Kelambu bisa ditempuh dengan total waktu 45 menit dari Kota Mataram.

Jika berangkat dari kota Mataram, maka akan  melewati Narmada – Sedau hingga sampai ke pertigaan Desa Pancor Dao. Dari sana kemudian ke timur laut sampai pertigaan Pasar Teratak. Selanjutnya berbelokkan ke kiri ke arah utara melewati jalan pedesaan.(Muhammad Nasir)
Share:

Thursday 7 August 2014

Kantor Bank NTB Taliwang Diteror Bom Rakitan




Seorang petugas kepolisian saat melakukan pengamanan dua botol 
bom rakitan yang ditemukan 
di Kantor Bank NTB Cabang Taliwang, Kamis (7/8/2014)
Kantor Bank NTB Cabang Taliwang, Kamis (7/8/2014) sempat dilakukan sterilisasi oleh aparat Polres Kabupaten Sumbawa Barat (KSB). Hal ini dilakukan menyusul ditemukan bom rakitan di kantor bank milik pemerintah daerah tersebut.

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive