Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menerima LHP BPK dari anggota Anggota VI BPK RI Prof. Dr. Bahrullah Akbar, M.B.A, di Kantor DPRD NTB, Kamis (28/5/2015) |
-
Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat
Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona.
-
Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur
Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)
-
Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona
Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain).
-
Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina
Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .
-
Gubernur dan Wagub Serah Terima Jabatan dengan TGB dan H. Muh.Amin
Serah terima jabatan dari mantan Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi kepada Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Jumat (21/9/2018).
Thursday, 28 May 2015
Untuk ke Empat Kalinya, NTB Raih Predikat WTP dari BPK RI
Wednesday, 27 May 2015
Berugak Kayu Gunung Sari, Rambah Pasar Nusantara dan Mancanegara
![]() |
Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu di
kerangka berugak yang sudah jadi. Pembuatan untuk satu unit berugak membutuhkan waktu 2 hari. |
Mereka mendatangkan bahan, seperti kayu nangka, kayu kelapa dari Sesaot Lombok Barat bagian utara, Lombok Utara dan Lombok Timur.Di sepanjang Jalan Pura Majapahit hingga perbatasan Dusun Rendang Bajur atau depan Pasar Gunung Sari, banyak warga yang membuka usaha berugak. Rata-rata di antara pengusaha berugak ini memiliki segmen tersendiri, sehingga tidak pernah sepi dari orderan (pesanan). Pesanan yang datang tidak hanya dari lokal, tapi banyak yang berasal dari Pulau Jawa, Pulau Bali hingga Australia, Italia dan beberapa negara Asia lainnya.
Banyaknya dibangun perumahan di Pulau Lombok dan Pulau
Sumbawa, termasuk di Pulau Bali membuat pesanan berugak di sentra berugak
Gunung Sari terus meningkat. Artinya, pembuatan berugak setiap hari tak pernah
sepi. Setiap kali pekerja mengerjakan berugak, berarti sudah ada yang memesan.
![]() |
- Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu di kerangka berugak yang sudah jadi. Pembuatan untuk satu unit berugak membutuhkan waktu 2 hari. |
Seperti pengakuan Junaidi, pemilik usaha Berugak Elen.
Berugak yang banyak berjejer di tempat usahanya sudah dipesan dan tinggal
diantar ke pemiliknya, baik yang berasal dari NTB maupun daerah lain, seperti
DKI Jakarta, Jawa Timur hingga Bali. ‘’Khusus pemesan yang ada di Pulau Lombok,
kami siap antar. Tapi, kalau sudah ke luar daerah, mereka yang membiayai
sendiri ongkosnya. Kami kirim lewat ekspedisi, nanti dirakit di daerah
tujuan,’’ tuturnya,
Selasa (19/5/2015) lalu.
Diakuinya, berugak atau di Bali dinamakan gazebo yang
dikirim ke luar daerah hanya dalam taraf penyelesaian kerangka dan belum
dilakukan pengecatan. Biasanya, kata dia, pengecatan atau finishing dilakukan di daerah tujuan, seperti Bali dengan menambah
ornamen yang sesuai dengan khas Bali.
![]() |
Berugak kayu nangka Gunung Sari Lombok Barat yang siap dipasarkan |
Selain itu, ketika ada pesanan berugak dari luar daerah, ada
pembeli yang ingin diselesaikan langsung oleh tukang khusus yang ada di Gunung
Sari. Menurutnya, pembeli ingin melihat berugak yang dipesannya tidak
bermasalah saat dipasang ulang di daerah tujuan. ‘’Kalau kami di sini, ada
tukang yang biasa ke luar daerah, khususnya ke Bali. Mereka memasang kerangka
berugak sesuai keinginan pembeli. Mereka ditanggung biaya akomodasi dan
semuanya selama di Bali,’’ aku Junaidi yang memulai usaha sejak tahun 2000 ini.
Begitu juga, ketika banyak developer yang membangun
perumahan di Pulau Lombok memberikan berkah bagi pengusaha berugak. Paling
tidak, saat satu lokasi perumahan dibangun, mereka bisa mengerjakan beberapa
berugak dan tergantung pesanan.
![]() |
Dua pekerja wanita di salah satu sentra
pembuatan berugak di Gunung Sari Lombok Barat sedang menganyam ilalang. |
Mengenai masalah harga, pihaknya mematok dari bahan berugak.
Misalnya, untuk satu berugak ukuran 2 x 2 meter dengan bahan kayu nangka,
pihaknya mematok harga Rp 4 juta. Sementara, kalau ukuran 2 x 4 meter, harganya
bisa sampai Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. Meski demikian, pihaknya hanya
melayani pembuatan berugak sekepat
atau empat tiang. ‘’Kami hanya fokus pada berugak empat tiang saja. Kalau untuk
enam tiang, masih dipertimbangkan,’’ akunya.
Disinggung mengenai dampak pariwisata terhadap eksistensi
usahanya, Junaidi mengaku tidak terlalu berpengaruh. Baginya, jika taraf
perekonomian masyarakat sudah membaik berpengaruh besar terhadap jalannya
usaha. Alasannya, sebagian besar pemesan berugak berasal dari masyarakat lokal
NTB dan daerah lain di Indonesia. Namun, pihaknya mengharapkan agar situasi
tetap kondusif dan keamanan tidak terganggu, karena berpengaruh besar terhadap
jalannya usaha yang digelutinya.
![]() |
Proses pembuatan kerangka berugak di Gunung Sari Lombok Barat |
Sementara, Hanafi, salah satu tukang berugak mengaku, sudah
mengeluti usaha berugak cukup lama. Dirinya sering diminta pemesan dari luar
daerah untuk memasang kerangka berugak yang sudah dibuat di Lombok. Terkadang
dirinya berada di luar daerah selama dua hari, setelah itu balik ke tempatnya
bekerja. Baginya, dengan berprofesi sebagai tukang berugak, dirinya bisa
melihat perbandingan bentuk berugak atau gazebo dengan di daerah lain.
![]() |
Berugak kayu Gunung Sari yang tinggal ditaruh atap |
Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 7)
Namun, Putri Faradila tidak berani memandang langsung pada laki-laki pendatang itu, karena khawatir penyamarannya diketahui.
Sementara Kacek kembali duduk di dekat Putri Faradila. "Dil, nasinya masih lama. Kita tunggu saja sampai matang," ujarnya.
"Oh ya, semeton mau makan juga?" tanya Kacek pada laki-laki yang duduk di depannya.
Tingkatkan Kapasitas Tiga Bandara, NTB Mengadu pada Menteri Jonan
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berpose bersama Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin di Bandara Internasional Lombok, Senin (25/5/2015) sore. |
Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 6)
Sebulan sudah Prabu Santana meninggalkan keluarga dan rakyatnya. Namun, bagi Putri Faradila, kematian ayahnya masih belum bisa diterima. Rasa dendamnya pada Pangeran Kumara yang telah membunuh ayahnya masih terus membayangi dirinya.
Bayang-bayang sang ayah membelai rambutnya dan memanjakannya selama masih hidup seakan tak pernah dilupakannya.
Sunday, 17 May 2015
Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 5)
Pada siang hari di sebuah air terjun di Aiq
Bukak yang masuk wilayah Kerajaan Mantang, seorang perempuan cantik sedang
mandi. Air yang jernih dan dingin membuat perempuan ini seakan tak mau berhenti
mandi.
Tanpa disadari, seorang perempuan muda dengan pakaian seperti dayang-dayang tergopoh-gopoh mendatanginya. Dia terus saja mandi, sampai akhirnya melihat kehadiran perempuan itu di dekatnya.
"Ampun tuan putri," ujar dayang-dayang saat tiba di depan perempuan yang disebutnya tuan putri.
Tanpa disadari, seorang perempuan muda dengan pakaian seperti dayang-dayang tergopoh-gopoh mendatanginya. Dia terus saja mandi, sampai akhirnya melihat kehadiran perempuan itu di dekatnya.
"Ampun tuan putri," ujar dayang-dayang saat tiba di depan perempuan yang disebutnya tuan putri.
Thursday, 14 May 2015
Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 4)
"Eee....," Prabu Santana tiba-tiba
memegang dadanya. Sebuah anak panah menancap tepat di jantungnya. Karena tak
tahan, dia pun tersungkur di atas tanah dan berteriak kesakitan.
Seorang pemuda lengkap dengan senjata panah dan pedang di pinggangnya tiba-tiba muncul di antara mereka. "Rasakan Santana. Mampus kau," ujarnya puas.
"Kumara. Apa yang kamu lakukan?" tanya Putri Ayuning.
Seorang pemuda lengkap dengan senjata panah dan pedang di pinggangnya tiba-tiba muncul di antara mereka. "Rasakan Santana. Mampus kau," ujarnya puas.
"Kumara. Apa yang kamu lakukan?" tanya Putri Ayuning.
Wednesday, 13 May 2015
Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 3)
Kokok ayam jantan membangunkan penghuni kerajaan. Dayang-dayang dan pembantu istana raja sudah mulai bekerja. Begitu juga warga yang terpaksa menginap di tempat penampungan sementara juga sudah bangun. Mereka mempersiapkan makanan bagi prajurit yang sedang berjaga-jaga.
Kondisi serupa juga dilakukan prajurit Mantang di daerah perbatasan. Prajurit yang ditugaskan di bagian konsumsi sedang mempersiapkan masakan bagi raja dan prajurit yang lain.