Be Your Inspiration

Thursday, 28 May 2015

Untuk ke Empat Kalinya, NTB Raih Predikat WTP dari BPK RI


Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menerima LHP BPK dari anggota
Anggota VI BPK RI Prof. Dr. Bahrullah Akbar, M.B.A, 
di Kantor DPRD NTB, Kamis (28/5/2015)
  Pemerintah Provinsi NTB untuk ke empat kalinya kembali menerima penghargaan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Provinsi NTB Tahun Anggaran 2014. Pemberian penghargaan opini WTP tersebut dilaksanakan dalam Rapat Paripiurna Istimewa Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi NTB, Kamis, 28/5/15.

Share:

Wednesday, 27 May 2015

Berugak Kayu Gunung Sari, Rambah Pasar Nusantara dan Mancanegara


Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu di kerangka 
berugak yang sudah jadi.  Pembuatan untuk satu unit berugak 
membutuhkan waktu 2 hari.
Gunung Sari merupakan salah satu kawasan di Lombok Barat bagian utara yang kaya dengan potensi. Di kawasan ini, selain pertanian, perkebunan, industri kerajinan berjalan lancar. Selama ini, Gunung Sari dikenal dengan kerajinan dari bambu, seperti kursi, meja, kurungan ayam hingga asesoris lainnya. Namun, di lokasi yang tidak jauh dari sentra kerajinan bambu, ada juga sentra kerajinan berugak berbahan kayu nangka dan jenis lainnya. 

Mereka mendatangkan bahan, seperti kayu nangka, kayu kelapa  dari Sesaot Lombok Barat bagian utara, Lombok Utara dan Lombok Timur.Di sepanjang Jalan Pura Majapahit hingga perbatasan Dusun Rendang Bajur atau depan Pasar Gunung Sari, banyak warga yang membuka usaha berugak. Rata-rata di antara pengusaha berugak ini memiliki segmen tersendiri, sehingga tidak pernah sepi dari orderan (pesanan).  Pesanan yang datang tidak hanya dari lokal, tapi banyak yang berasal dari Pulau Jawa, Pulau Bali hingga Australia, Italia dan beberapa negara Asia lainnya.



Banyaknya dibangun perumahan di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, termasuk di Pulau Bali membuat pesanan berugak di sentra berugak Gunung Sari terus meningkat. Artinya, pembuatan berugak setiap hari tak pernah sepi. Setiap kali pekerja mengerjakan berugak, berarti sudah ada yang memesan.

- Seorang pembuat berugak sedang memasang kayu 
di kerangka berugak yang sudah jadi. 
Pembuatan untuk satu unit berugak membutuhkan waktu 2 hari.
Seperti pengakuan Junaidi, pemilik usaha Berugak Elen. Berugak yang banyak berjejer di tempat usahanya sudah dipesan dan tinggal diantar ke pemiliknya, baik yang berasal dari NTB maupun daerah lain, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur hingga Bali. ‘’Khusus pemesan yang ada di Pulau Lombok, kami siap antar. Tapi, kalau sudah ke luar daerah, mereka yang membiayai sendiri ongkosnya. Kami kirim lewat ekspedisi, nanti dirakit di daerah tujuan,’’ tuturnya, Selasa (19/5/2015) lalu.



Diakuinya, berugak atau di Bali dinamakan gazebo yang dikirim ke luar daerah hanya dalam taraf penyelesaian kerangka dan belum dilakukan pengecatan. Biasanya, kata dia, pengecatan atau finishing dilakukan di daerah tujuan, seperti Bali dengan menambah ornamen yang sesuai dengan khas Bali. 

Berugak kayu nangka Gunung Sari Lombok Barat yang siap dipasarkan
Selain itu, ketika ada pesanan berugak dari luar daerah, ada pembeli yang ingin diselesaikan langsung oleh tukang khusus yang ada di Gunung Sari. Menurutnya, pembeli ingin melihat berugak yang dipesannya tidak bermasalah saat dipasang ulang di daerah tujuan. ‘’Kalau kami di sini, ada tukang yang biasa ke luar daerah, khususnya ke Bali. Mereka memasang kerangka berugak sesuai keinginan pembeli. Mereka ditanggung biaya akomodasi dan semuanya selama di Bali,’’ aku Junaidi yang memulai usaha sejak tahun 2000 ini. 

Begitu juga, ketika banyak developer yang membangun perumahan di Pulau Lombok memberikan berkah bagi pengusaha berugak. Paling tidak, saat satu lokasi perumahan dibangun, mereka bisa mengerjakan beberapa berugak dan tergantung pesanan. 

Dua pekerja wanita di salah satu sentra pembuatan berugak 
di Gunung Sari Lombok Barat 
sedang menganyam ilalang. 

 Mengenai masalah harga, pihaknya mematok dari bahan berugak. Misalnya, untuk satu berugak ukuran 2 x 2 meter dengan bahan kayu nangka, pihaknya mematok harga Rp 4 juta. Sementara, kalau ukuran 2 x 4 meter, harganya bisa sampai Rp 7 juta hingga Rp 10 juta. Meski demikian, pihaknya hanya melayani pembuatan berugak sekepat atau empat tiang. ‘’Kami hanya fokus pada berugak empat tiang saja. Kalau untuk enam tiang, masih dipertimbangkan,’’ akunya. 



Disinggung mengenai dampak pariwisata terhadap eksistensi usahanya, Junaidi mengaku tidak terlalu berpengaruh. Baginya, jika taraf perekonomian masyarakat sudah membaik berpengaruh besar terhadap jalannya usaha. Alasannya, sebagian besar pemesan berugak berasal dari masyarakat lokal NTB dan daerah lain di Indonesia. Namun, pihaknya mengharapkan agar situasi tetap kondusif dan keamanan tidak terganggu, karena berpengaruh besar terhadap jalannya usaha yang digelutinya. 

Proses pembuatan kerangka berugak di Gunung Sari Lombok Barat
Sementara, Hanafi, salah satu tukang berugak mengaku, sudah mengeluti usaha berugak cukup lama. Dirinya sering diminta pemesan dari luar daerah untuk memasang kerangka berugak yang sudah dibuat di Lombok. Terkadang dirinya berada di luar daerah selama dua hari, setelah itu balik ke tempatnya bekerja. Baginya, dengan berprofesi sebagai tukang berugak, dirinya bisa melihat perbandingan bentuk berugak atau gazebo dengan di daerah lain. 



Berugak kayu Gunung Sari yang tinggal ditaruh atap
Dalam menyelesaikan satu pesanan berugak, Hanafi mengaku membutuhkan waktu dua hari. Singkatnya waktu penyelesaian satu berugak, ujarnya, dilihat dari banyaknya pesanan. Jika pesanan banyak, maka penyelesaian produk bisa dua hari. ‘’Tapi kalau tidak ada, bisa saja sampai seminggu atau sepuluh hari,’’ akunya.  Namun, tingginya permintaan belakangan ini membuat dirinya bersama 3 tukang lainnya dan 3 tukang penghalus harus ekstra kerja keras, sehingga mampu menyelesaikan produk sesuai janji pada pemesan. (marham)

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 7)


Namun, Putri Faradila tidak berani memandang langsung pada laki-laki pendatang itu, karena khawatir penyamarannya diketahui.

Sementara Kacek kembali duduk di dekat Putri Faradila. "Dil, nasinya masih lama. Kita tunggu saja sampai matang," ujarnya.

"Oh ya, semeton mau makan juga?" tanya Kacek pada laki-laki yang duduk di depannya.

Share:

Tingkatkan Kapasitas Tiga Bandara, NTB Mengadu pada Menteri Jonan



Menteri Perhubungan Ignasius Jonan berpose bersama 
Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin 
di Bandara Internasional Lombok, Senin (25/5/2015) sore.
Pemprov NTB memanfaatkan kunjungan kerja (kunker) Menteri Perhubungan RI, Ignasius Jonan selama satu jam di Bandara Internasional Lombok (BIL), Senin (25/5/2015) sore. Pada kesempatan tersebut, Pemprov meminta kepada Menhub untuk meningkatkan kapasitas tiga bandara yang ada di NTB, seperti BIL, Bandara Sumbawa dan Bandara Bima.  

Share:

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 6)


Sebulan sudah Prabu Santana meninggalkan keluarga dan rakyatnya. Namun, bagi Putri Faradila, kematian ayahnya masih belum bisa diterima. Rasa dendamnya pada Pangeran Kumara yang telah membunuh ayahnya masih terus membayangi dirinya.

Bayang-bayang sang ayah membelai rambutnya dan memanjakannya selama masih hidup seakan tak pernah dilupakannya.

Share:

Sunday, 17 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 5)

Pada siang hari di sebuah air terjun di Aiq Bukak yang masuk wilayah Kerajaan Mantang, seorang perempuan cantik sedang mandi. Air yang jernih dan dingin membuat perempuan ini seakan tak mau berhenti mandi.

Tanpa disadari, seorang perempuan muda dengan pakaian seperti dayang-dayang tergopoh-gopoh mendatanginya. Dia terus saja mandi, sampai akhirnya melihat kehadiran perempuan itu di dekatnya.

"Ampun tuan putri," ujar dayang-dayang saat tiba di depan perempuan yang disebutnya tuan putri.

Share:

Thursday, 14 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 4)

"Eee....," Prabu Santana tiba-tiba memegang dadanya. Sebuah anak panah menancap tepat di jantungnya. Karena tak tahan, dia pun tersungkur di atas tanah dan berteriak kesakitan.

Seorang pemuda lengkap dengan senjata panah dan pedang di pinggangnya tiba-tiba muncul di antara mereka. "Rasakan Santana. Mampus kau," ujarnya puas.

"Kumara. Apa yang kamu lakukan?" tanya Putri Ayuning.

Share:

Wednesday, 13 May 2015

Legenda Mata Air Sari Gangga (Bagian 3)


Kokok ayam jantan membangunkan penghuni kerajaan. Dayang-dayang dan pembantu istana raja sudah mulai bekerja. Begitu juga warga yang terpaksa menginap di tempat penampungan sementara juga sudah bangun. Mereka mempersiapkan makanan bagi prajurit yang sedang berjaga-jaga.

Kondisi serupa juga dilakukan prajurit Mantang di daerah perbatasan. Prajurit yang ditugaskan di bagian konsumsi sedang mempersiapkan masakan bagi raja dan prajurit yang lain.

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive