Be Your Inspiration

Monday 18 July 2016

Mukenah Bordir Bagek Nyake Rambah Malaysia

Mukena bordir khas Bagik Nyake Aikmel Lotim

Semenjak ditetapkan oleh Pemprov NTB sebagai industri garmen khusus busana muslim. Masyarakat di Desa Bagek Nyake, Kecamatan Aikmel, Lombok Timur (Lotim), terus mengembangkan industri mereka. Meski skala kecil, tapi industri garmen khusus busana muslim  jenis mukenah bordir merambah hingga pasar Malaysia.

Produksi mukenah bordir di Desa Bagek Nyake, umumnya ditekuni oleh para perempuan dari  yang baru tamat  SMA hingga ibu rumah tangga. Mereka terlihat cukup terlatih mengikuti pola desain mukenah yang dibuat secara manual. Meskipun dalam proses selanjutnya dibantu dengan peralatan mesin bordir.

di Lokasi pembuatan mukena, para perajin cukup telaten mengerjakan pola demi pola. Mereka tidak mau mengambil risiko. Pasalnya, salah sedikit bakal merusak desain pola lainnya. Risikonya, perajin harus mengulang dari awal.
Proses bordir mukena Bagik Nyake Lombok Timur

Seperti halnya Riza, gadis yang menamatkan sekolah di bangku SMA dua tahun lalu memilih belajar bordir. Ia tidak ingin diam diri dengan alasan tidak adanya pekerjaan. Iklim yang telah terbentuk sejak lama di desanya, membuatnya bergairah. Membordir salah satu pilihan untuk mengembangkan kemampuannya.

Rumitnya desain gambar menjadi tantangan tersendiri bagi Riz. Karena harus mengikuti orderan pembeli. Kemandirian selama ini, tak ayal membuatnya bisa membantu memenuhi kebutuhan orangtuanya. Dengan sistem borongan, per bulan ia dapat mengumpulkan uang Rp 700 hingga 900 ribu. "Cukuplah buat bantu - bantu orangtua. Daripada main gak karuan,’’ ujarnya, Sabtu (16/7/2016).

Keahliannya itu menjadi kebanggaan keluarganya. Riza pernah berpikir untuk mandiri membuka kerajinan bordir. Keterbatasan biaya serta minimnya peralatan jadi penghalang. Meskipun demikian, ia akan tetap belajar serta mengembangkan kemampuannya. ‘’Ada sih rencana mau mandiri. Tapi ndak ada modal,’’ katanya.
Mukena bordir khas Bagik Nyake Lombok Timur

Di sisi lain, ia merasa miris dengan kebanyakan remaja saat ini. Tamat sekolah,bukannya mencari pekerjaan malah senang keluyuran. Sebagai generasi muda, ia menyarankan rekan - rekannya untuk kursus keterampilan daripada menganggur dan keluyuran tidak jelas.

Hal senada disampaikan, Zuhadah warga Dusun Dasan Bembek, Desa Mamben Daya, Kecamatan Wanasaba. Keahliannya membordir dimulai sejak tahun 2009 lalu. Mengoperasionalkan mesin bordir, umumnya kesulitan dihadapi oleh para pemula. ‘’Kesulitan menggunakan mesin. Namanya belajar kesulitan pasti ada,’’ tuturnya.

Dua tahun belajar, ia memilih membuka usaha sendiri. Pesanan banyak diterima dari masyarakat dan para saudagar. Hasilnya, Zuhadah dapat membiayai anaknya hingga kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Lombok Timur. ‘’Iya Alhamdulillah, anak bisa kuliah,’’ katanya.

Produksi mukenah ini sifatnya musiman. Artinya, hanya bisa dikerjakan pada saat menjelang Ramadhan, Idul Adha dan hari besar Agama Islam lainnya. Oleh karena itu, ia mensiasati dengan menjahit. Tapi bagi ibu dua orang anak ini, penghasilannya sebagai perajin bordir bisa membantu meringankan beban suaminya.

Pengusaha bordir di Bagek Nyake, Khudri mengaku produksi mukenah dan jilbab yang umumnya dikerjakan perempuan ini, tak hanya di pasarkan di NTB. Tapi sudah masuk ke pasar di Malaysia. Ia tetap mempertahankan kualitas sehingga bisa bersaing dengan produksi skala besar di daerah lainnya. ‘’Bukan di Lombok saja. Puasa kemarin, malah kita kirim ke Malaysia,’’ akunya.

Produksi mukenah bordir sebulan menghasilkan 200 hingga 350 biji. Biasanya, sudah ada pesanan dari saudagar, sehingga ketika rampung langsung didistribusikan. Bapak tiga orang anak ini mengaku, persaingan level industri besar menjadi tantangan tersendiri. Menurutnya, inovasi serta mempertahankan kualitas bordir jadi ciri tersendiri. Dengan harapan, mukenah bordir produknya bukan saja menjajal Negeri Jiran. Ia berobsesi juga mampu memasarkan produknya di Negara-negara Islam lainnya.  (Muhammad Kasim)
Share:

Friday 15 July 2016

Ayo Pilih Gunung Rinjani dan Ayam Taliwang untuk Anugerah Pesona Indonesia 2016

Danau Segara Anak Gunung Rinjani
Gunung Rinjani merupakan gunung tertinggi kedua di Indonesia setelah Gunung Kerinci. Saat ini Gunung Rinjani telah diusulkan menjadi Global Geopark Network (GGN) di mana penilaiannya telah dilakukan oleh asessor dari UNESCO belum lama ini. Gunung ini juga cukup populer dengan danau di tengahnya, Danau Segara Anak.
Setiap hari selalu ada pendaki yang ingin menaklukkan gunung dengan ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (mdpl) itu. Saat ini Gunung Rinjani disandingkan dengan beberapa dataran tinggi terkenal lainnya di Indonesia sebagai nominasi Anugerah Pesona Indonesia 2016. Bukan hanya Gunung Rinjani, makanan khas Lombok yaitu Ayam Taliwang juga menjadi salah satu nominasi hidangan tradisional terpopuler.
Putra  salah satu pelaku pariwisata asal Lombok Timur ini mengaku cukup senang dengan masuknya Gunung Rinjani sebagai salah satu nominasi. Dengan semakin terkenalnya pariwisata NTB, menurutnya akan berdampak pula terhadap perekonomian warga. Sehingga masyarakat NTB dapat mengambil keuntungan dari banyaknya wisatawan yang datang.
“Saya sudah melakukan voting melalui internet. Saya sangat bangga Gunung Rinjani masuk nominasi. Akan semakin bagus kalau Gunung Rinjani bisa menjadi pemenang Anugerah Pesona Indonesia ini,” harapnya, Kamis (14/7/2016).
Ayam Taliwang Lombok
Masyarakat NTB, khususnya Lombok cukup bangga karena dua icon pariwisata yang menjadi andalan masuk sebagai nominasi. Bahkan Gunung Rinjani telah disandingkan pula dengan beberapa dataran tinggi lainnya yang cukup populer. Diantaranya Gunung Tengger, Bukit penjamur Bengkayang, Dieng, Gunung Jayawijaya, Gunung Kalimutu, Gunung Sibayak dan Ngarai Sianok. Gunung Rinjani yang berada di jajaran beberapa dataran tinggi terkenal lainnya menjadi bukti bahwa gunung ini sudah banyak dinikmati dan didaki oleh wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.
Sementara itu Ayam Taliwang juga menjadi salah satu nominasi yang disandingkan dengan berbagai makanan tradisional lainnya. Misalnya Ayam Betutu Bali, Batagor Bandung, Gudeg Jogja, Mie Titi Makassar, Pempek Palembang, Rujak Cingur, Soto Banjar, Tengkeleng Solo, dan Kerak Telor Betawi. Selama ini, selain pergi ke destinasi wisata, wisatawan juga pergi menikmati wisata kuliner yang ada di NTB. Sehingga tidak heran jika Ayam Taliwang masuk dalam nominasi karena menjadi salah satu makanan tradisional yang paling banyak dicari di NTB.
Habib, Wisatawan asal Jogja yang tengah menikmati masa liburnya di Lombok juga sangat menyukai ayam taliwang di salah satu rumah makan di Kota Mataram. Ia mengatakan bahwa Ayam Taliwang terasa khas dan berbeda dari ayam lainnya.
“Mungkin karena bumbunya ya, ayamnya memang kecil tapi enak. Rasanya beda dari ayam pada umumnya, jadi saya tidak heran kalau ayam taliwang masuk nominasi,” ujarnya.

Masyarakat juga dapat melakukan voting agar Gunung Rinjani dan Ayam Taliwang menjadi wisata dan kuliner populer. Caranya dengan membuka browser dan membuka Vote Pariwisata Populer Indonesia. Setelah itu akan muncul berbagai kategori yang dapat dipilih oleh masyarakat.  (Lingga)
Share:

Tradisi Ritual Adat ‘’Ngayu Ayu’’ Desa Bumbung Sembalun yang Butuh Sentuhan Pemerintah

Proses adat Ngayu Ayu di Sembalun Lombok Timur

Ritual adat Ngayu Ayu yang selalu dilaksanakan masyarakat di Desa Bumbung Kecamatan Sembalun setiap tiga tahun ini berpotensi besar dalam menarik angka kunjungan wisatawan. Namun, dalam pelaksanaan ritual adat ini masih terkesan tidak ada sentuhan anggaran dari pemerintah.

Ketua Panitia Pelaksana Ritual Adat Ngayu Ayu Sembalun, H. Iwan Wirabhakti mengaku pelaksanaan ritual adat Ngayu Ayu masih dilakukan secara gotong royong. "Mulai dari nol, pelaksanaan ritual adat ini murni biayanya dari swadaya masyarakat murni," jelasnya di Sembalun, Kamis (14/7/2016).

Meski demikian, sambungnya, sebagai adat yang merupakan turun temurun. Sudah sepatutnya adat ini dilaksanakan setiap tahunnya untuk diperingati berbagai makna yang tersimpan di dalamnya.

Potong ternak merupakan bagian dari tradisi Ngayu Ayu Sembalun Lombok Timur
Selain itu, dirinya tidak mengetahui persis berapa jumlah kunjungan wisatawan ke Kecamatan Sembalun, khususnya dalam menyaksikan langsung prosesi ritual adat Ngayu Ayu. Banyak wisatawan yang datang hanya menyaksikan prosesi ini. Meski demikian, pihaknya mengaku perhatian pemerintah sangat minim. Untuk itu, pihaknya mengharapkan pemerintah ikut berperan dalam pelaksanaan tradisi ini.  "Pelaksanaan ritual adat Ngayu Ayu sangat potensial sebagai penarik wisatawan," sebutnya.

Pada tradisi Ngayu Ayu di Desa Bumbung ini dihadiri Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lotim, Kepala Dinas Kesehatan Lotim drg. Asrul Sani dan pejabat lainnya. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Festival Budaya di Bayan 2016

Pameran Budaya KLU di Bayan

Serangkaian peringatan HUT Kabupaten Lombok Utara (KLU) ke - 8, Kamis (14/7/2016), Pemda KLU menggelar Festival Budaya, bertemakan "Dari Bayan, Untuk Kabupaten Lombok Utara yang Cerdas dan Inklusif." Gelaran ini terselenggara di areal Labuhan Carik atas kerjasama masyarakat adat Kecamatan Bayan, bersama SOMASI NTB dan Satunama NTB. Ribuan warga dari berbagai penjuru KLU antusias memadati areal festival.

Panitia dalam festival ini mendesain pelaksanaan kegiatan selama dua hari, 14-15 Juli 2016. Sebagai praacara, warga dan undangan disuguhkan Pentas Tari Angin Alus. Tarian khas KLU berupa Tari Minangin ikut dibawakan untuk menyelingi pembukaan kegiatan di hari pertama, disusul acara pembacaan lontar dan pentas seni wayang oleh kalangan pelajar.

Sementara pada hari kedua, panitia akan menyuguhkan atraksi Gendang Beleq oleh siswa SMAN 1 Bayan, atraksi Gegerok Tandak, atraksi Genggong dan Egrang, Pentas Seni Dewa, Pentas Cupak Gurantang yang semuanya dilakukan oleh masyarakat Adat bayan. Tidak hanya itu, pengunjung juga disiapkan berbagai stan yang memamerkan kerajinan kain tenun serta proses pembuatan kain tenun.

Menurut tokoh muda Adat Bayan, Renadi, S.Pd., Tari Angin menceritakan sebuah kisah mengenai keberadaan dua kerajaan, yakni Kerajaan Daha Negara dan Kerajaan Kling Negara. Setelah cukup lama menjadi raja, namun keduanya belum juga memperoleh pertanda akan mendapat keturunan atau pewaris kerajaan. Raja Daha dan Raja Kling pun bingung dan sedih hatinya. Lantas keduanya pun bernazar.
Wabup KLU Sarifudin bersama Sekda H. Suardi pose bersama dengan miniatur
Masjid Kuno Bayan

Adapun nazar Raja Daha, adalah akan menggelar "Gawe Beleq" atau pesta mewah untuk warganya, diselingi peresean 8 malam berturut-turut jika dirinya memperoleh seorang putra. Sebaliknya, Raja Kling akan membawa seekor kerbau bertanduk emas dan berhias kain songket sutra ke Gunung Rinjani apabila memperoleh keturunan seorang putri.

Usai nazar keduanya, Raja Daha dan Raja Kling memperoleh apa yang diidamkan, yakni keturunan putra dan putri. Sang Raja Daha, kemudian memenuhi nazarnya. Tetapi berbeda dengan Raja Kling, walau memperoleh keturunan putri cantik jelita, namun sampai sang putri berumur 2 tahun ia tak kunjung memenuhi nazarnya. Akhirnya, satu ketika sang putri bermain di taman kerajaan, serbuan angin kencang memporakporandakan kerajaan dan menerbangkan sang putri. Putri dalam legenda ini dikenal masyarakat dengan sebutan, Putri Cilinaya.

Berbeda dengan Tari Minangin, oleh masyarakat adat Bayan, tari ini menggambarkan semangat gotong royong dan kebersamaan masyarakat adat. Tari ini merupakan manifestasi sebuah alunan suara dalam proses menumbuk padi. Umumnya, ritual ini dilakukan masyarakat adat saat gawe beleq, seperti perkawinan, khitanan atau ritual agama. Menumbuk padi dilakukan dengan menggunakan alat bernama rantok dari kayu, dan alat penumbuk dari bambu. Pukulan tumbukan melantunkan sebuah nada irama yang mengisyaratkan tinggi semangat warga dalam menjaga kebersamaan, memelihara tradisi sebagai sebuah entitas.

Wakil Bupati KLU Sarifudin, SH, dalam sambutannya mengajak masyarakat KLU untuk terus memelihara kelestarian budaya lokal. Budaya kata dia, merupakan identitas yang menggambarkan karakter masyarakat setempat.

Pemda KLU dalam hal ini, akan senantiasa mendukung upaya masyarakat dalam proses pelestarian budaya setempat. Terlebih lagi, KLU sebagai destinasi wisata dunia berpotensi menjadi pusat perhatian dengan banyaknya ritual budaya yang disuguhkan sebagai komoditas wisata. Ia meyakini, ragam budaya masyarakat yang disuguhkan akan berkorelasi dengan lama tinggal wisatawan, serta berdampak pada aspek ekonomi masyarakat.

Tak lupa, wabup juga memberi apresiasi atas penyelenggaran festival budaya masyarakat Adat Bayan. Upaya masyarakat ini, memberi alternatif dalam proses pelestarian budaya yang ada di KLU khususnya di Bayan. (Johari KLU)
Share:

Tuesday 12 July 2016

Hari Pertama Masuk Setelah Libur, Wagub H. Muh. Amin Sidak SKPD

Wagub NTB H. Muh. Amin saat sidak di Disnakertrans NTB, Senin (11/6/2016)

Wakil Gubernur (Wagub) NTB, H. Muh. Amin, SH. M.Si melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke sejumlah  SKPD lingkup Pemprov  NTB, Senin, 11 Juli 2016. Wagub yang didampingi  Kepala Badan Kepegawaian Daerah Pendidikan dan Latihan (BKD dan Diklat)  NTB, Dr. H. Abdul Hakim, MM mengawali sidak di Dinas Pekerjaan Umum (PU). Saat itu Wagub langsung masuk ruangan untuk mengecek langsung kehadiran ASN di dinas tersebut.

“Setelah enam hari libur, tentunya ada pelayanan yang tertunda. Makanya, di hari pertama kerja ini saya ingin memastikan betul bahwa pelayanan terhadap masyarakat tetap berjalan lancar,” kata Wagub  di hadapan pejabat dan staf Dinas PU NTB.

Usai sidak di Dinas  PU, Wagub bergerak menuju Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB. Orang nomor dua  di NTB ini  diterima langsung Kepala Disnakertrans NTB, Drs. H. Wildan. Saat itu, Wagub menerima laporan tingkat kehadiran pejabat dan staf Disnakertrans yang mencapai seratus persen.  “Ini sesuai dengan surat edaran Menpan RB untuk tidak boleh ambil cuti setelah lebaran. Alhmadulillah tingkat kehadiran kami di sini mencapai seratus persen,” jelas Wildan.

Setelah memastikan kehadiran ASN di Disnakertrans, Amin  kemudian menyambangi Badan Ketahanan Pangan (BKP)  NTB. Kepala BKP, Ir. Hartina, M.M menerima langsung Wagub dan mengajak berkeliling di setiap ruangan kerja pejabat dan staf BKP. Dari pantauan langsung, tingkat kehadiran ASN di BKP NTB  mencapai 99 persen. “Ada satu yang ambil cuti. Itupun jauh sebelum surat edaran Menpan RB diterima,” kata Hartina.

Pada kesempatan tersebut,  Wagub meminta seluruh perangkat SKPD untuk bekerja lebih baik, khususnya dalam melayani masyarakat. “Berikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, karena tugas kita adalah melayani bukan dilayani,” pintanya. (Humas NTB)  


Share:

Menelusuri Jejak Dewi Anjani di Gunung Rinjani Lewat Lombok Tengah

Mendaki Gunung Rinjani Lewat Lombok Tengah

Tepat  tanggal 20 Juni 2016 lalu, jalur trekking (pendakian) ke Gunung Rinjani melalui Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) secara resmi dibuka oleh pemerintah daerah setempat. Pembukaan jalur pendakian yang startnya dimulai dari kawasan wisata Benang Stokel Desa Aik Berik tersebut, kian memperkaya alternatif jalur pendakian menuju kawasan bakal Geopark Dunia tersebut.

JALUR pendakian yang sudah ada selama ini adalah melalui Senaru di Kabupaten Lombok Utara (KLU) maupun Sembalun Kabupaten Lombok Timur (Lotim). Sejatinya, Pemkab Loteng sudah mulai merintis jalur pendakian ke Gunung Rinjani sejak tahun 2012 lalu. Setelah memperoleh lampu hijau dari pengelola Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR). Mengingat, jalur pendakian tersebut harus melintasi kawasan taman nasional. Namun baru resmi dibuka tahun ini.

Sebagai jalur pendakian yang baru, jalur pendakian tersebut mungkin belum begitu banyak dikenal. Tapi di kalangan para pendaki dan pencita alam, jalur pendakian melalui Loteng tersebut sudah cukup familier. Terbukti sudah banyak para pendaki yang menggunakan jalur tersebut, jauh sebelum jalur pendakian ini dibuka.
Mendaki Gunung Rinjani Lewat Lombok Tengah

Ada karakateristik tersendiri yang membedakan jalur pendakian melalui Loteng, dibandingkan dengan jalur pendakian yang sudah ada. Di mana setengah perjalanan yang mesti dilalui, para pendaki diharuskan ‘’melahap’’ lintasan di tengah hutan belantara. Maklum, jalur pendakian tersebut melintasi kawasan hutan lindung yang belum banyak dijamah manusia.

Di sepanjang jalur pendaking, para pendaki juga bisa menemukan sekitar 77 spesies kupu-kupu khas Pulau Lombok. Yang memang hanya bisa ditemukan di jalur tersebut. Termasuk diantaranya beberapa spesies hewan langka dan dilindungi. Seperti rusa dan beberapa jenis burung.

“Jika beruntung, kita bisa menemukan berbagai jenis dan rupa hewan-hewan langka yang mungkin selama ini belum kita lihat. Tapi karena itu hewan liar, kita juga perlu berhati-hati,” aku Khairul, warga setempat.

Oleh pemerintah daerah setempat, jalur pendakian tersebut diklaim sebagai jalur yang paling aman dan nyaman untuk dilalui dari sisi pendakian. Karena jalur pendakian yang dilalui cukup landai dan tidak panas.

Masyarakat setempat sendiri percaya, jalur pendakian tersebut merupakan jalur yang sering dilalui oleh Dewi Anjani, sang penguasa Gunung Rinjani pada dulu kala, ketika hendak menuju Gunung Rinjani.

Di sepanjang jalur pendakian bisa ditemukan beberapa sumber mata air. Sehingga para pendaki tidak perlu khawatir kehabisan air selama perjalanan.’’Karena air itu bersumber dari mata air langsung. Maka air yang diperoleh di sepanjang jalur pendakian bisa diminum langsung,’’ tambahnya.

Kelebihan lain, jarak tempuh di jalur tersebut tidak begitu panjang. Untuk ukuran pendaki yang sudah biasa berpetualang, dari pintu masuk dikawasan wisata Benang Stokel hingga ke Danau Segara Anak, bisa ditempuh hanya dalam satu hari saja. ‘’Hitung saja kita berangkat pagi. Sore harinya kita sudah bisa sampai ke Danau Segara Anak,’’ ujarnya. (Munakir Lombok Tengah)




Share:

Gubernur NTB Silaturahmi Melahirkan Kekuatan Membangun Daerah


Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi
Momentum perayaan Idul Fitri 1437 Hijriah dimanfaatkan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga silaturahmi. Sebab, silaturahmi bisa mendekatkan hati dan akan melahirkan kekuatan untuk membangun daerah.

Hal itu disampaikan gubernur saat menyampaikan sambutan, sesaat sebelum dimulainya Shalat Idul Fitri, di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB, Rabu (6/7/2016).

 Dalam sambutannya, gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) ini menyampaikan permohonan maaf atas nama Pemprov NTB, keluarga dan selaku pribadi. Dengan saling memaafkan dan didahului tobat kepada Allah SWT, maka diharapkan tercapai hubungan yang harmonis antara manusia dengan Allah SWT dan sesama manusia.

Wagub NTB H. Muh. Amin saat bersalaman
dengan mantan Wagub NTB H. Lalu Azhar
pada Shalat Idul Fitri 1437 Hijriyah
di Lapangan Bumi Gora Kantor Gubernur NTB,
Rabu (6/7/2016) lalu.
TGB juga bersyukur selama pelaksanaan takbir satu malam penuh, ia tidak mendapati adanya laporan terkait insiden yang merugikan kondusivitas daerah. ‘’Semua dapat dilaksanakan dengan aman dan baik, dan Insya Allah dengan penuh kekhusyukan,’’ ujarnya.

Ia meyakini, aktivitas umat Islam yang mengumandangkan takbir dan tahmid menjelang perayaan Idul Fitri dapat menjadi bekal untuk membangun daerah dengan mengagungkan asma Allah. ‘’Memuliakan Allah yang maha mulia, maka Insya Allah kita pun akan menjadi orang – orang yang mulia,’’ ujarnya. (*)


Share:

Friday 8 July 2016

Ngejot, Tradisi Mengantar Dulang ala Masyarakat Lenek Lombok Timur

Ngejot, Tradisi mengantar dulang masyarakat Lenek Lombok Timur saat Lebaran

Sebagian besar Suku  Sasak, khususnya yang tinggal di Desa Lenek Kecamatan Aikmel Lombok Timur memiliki tradisi unik yang disebut ngejot. Secara terminologis, ngejot ini diartikan sebagai kegiatan mengantarkan sesaji atau dulang dalam bentuk makanan dari anak kepada orang tua atau kakaknya,  dari sanak saudara dan atau dari seseorang kepada pemimpin.

NGEJOT dilakukan sekali dalam setahun, yakni pada hari terakhir Ramadhan atau menjelang malam hari raya idul fitri. Kegiatan Ngejot ini oleh masyarakat Lenek diupacarakan. Tahun ini, kegiatan Ngejot jatuh pada Selasa (5/7) lalu dan  diupacarakan di lapangan Wirang Baya Desa Lenek Pesiraman.

Ketua Panitia Ngejot, M. Tahir Royaldi mengutarakan, budaya Ngejot ini bukanlah budaya yang dibuat-buat oleh anak-anak zaman sekarang. Melainkan sudah turun temurun. “Tradisi ngejot ini sudah ada sejak era penjajahan Belanda,” sebutnya.

Menurutnya, Ngejot ini juga menjadi salah satu cara masyarakat Lenek melakukan sungkem kepada orang tuanya. Sebagai wujud permintaan maaf dan rasa hormat serta baktinya seorang anak kepada orang tuanya.  Tradisi ini, lanjutnya menunjukkan bukti tingginya perilaku sosial masyarakat Sasak, khususnya Lenek yang senang berbagi kepada sesama. Sehingga diminta tidak dikait-kaitkan dengan hal-hal lainnya.

Camat Aikmel, Hadi Fathurrahman menguraikan sejatinya, budaya Ngejot ini kental dengan nuansa religius. Budaya Ngejot memiliki nilai-niai budaya dan agama yang sangat tinggi. “Ngejot ini adalah suatu profesi yang sangat berarti bagi masyarakat Lenek,” ungkapnya.

Kontroversi terhadap tradisi ini diminta camat tidak terlalu diperhatikan. Menurutnya, Ngejot sudah mengakar di tengah masyarakat Lenek. Ajaran agama Islam juga cukup kental mewarnai tradisi Ngejot tersebut. Tradisi Ngejot ini diharapkan bisa dilestarikan. Bila perlu disyiarkan terus. 

Sementara itu, dalam tulisannya, budayawan Lenek, Aris Munandar menjelaskan, sejak berkembangnya ajaran Isam, banyak kebudayaan Suku Bangsa Sasak diinternalisasi dengan ajaran-ajaran Agama Islam dalam aktualisasi kebudayaan. Nilai-nilai agama Islam menjadi pondasi kebudayaan kebudayaan Suku Bangsa Sasak .

Termasuklah, tradisi Ngejot. Di mana, agama Isam mengajarkan untuk tidak bercerai-berai. Sambung silaturahmi antarsesama dan saling berbagi antarsesama.  Prosesi Ngejot yang dulu hanya sekadar dalam bentuk bejango dan betanjak berubah menjadi wujud silaturahmi yang sakral. Baik antara seseorang dengan orang tuanya ataupun dengan pemimpinnya.

Nilai Ngejot ini juga menujukkan bentuk rasa syukur seseorang atas nikmat yang telah dikaruniakan oleh Allah SWT. Pengamalan nilai-nilai yang terkandung dalam prosesi Ngejot ini sebenarnya merupakan wujud aktualisasi perintah Allah SWT.

Sisi lain dari prosesi Ngejot ini adalah sebagai rangkaian akhir dari perjuangan selama sebulan penuh  berpuasa. Menahan hawa nafsu. Dipandang belum sempurna rasanya jika seseorang melaksanakan lebaran, namun belum melakukan Ngejot. Ada kebanggaan tersendiri dari masyarakat Lenek yang telah melaksanakan prosesi Ngejot. Termasuk dari kalangan keluarga dan pemimpin yang didatangi untuk dihantarkan sesajian tersebut.  (Rusli - Lotim)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive