Be Your Inspiration

Tuesday, 3 January 2017

Pariwisata, Komisi Guide dan Persaingan Tak Sehat di NTB

Wisatawan saat melihat pembuatan hasil karya seni di Lombok

Pemberian komisi kepada pemandu wisata atau yang biasa disebut guide fee yang diterapkan para oknum guide dalam membawa tamunya ke galery atau art shop, telah dikeluhkan lama para perajin termasuk pemilik art shop. Pemberian fee yang dinilai melampaui batas kewajaran itu, tidak saja memicu persaingan usaha yang tak sehat. Namun lebi dari itu, guide fee yang melebihi batas kewajaran juga merusak citra pariwisata.
SEPERTI dikeluhkan Inaq Maryam, pemilik Arts Hop Bintang Remawa, di Desa Sukarara, Lombok Tengah (Loteng). Ia menuturkan, permintaan komisi oleh oknum pemandu wisata telah menyulitkannya. Karena itu, ia bahkan sudah memutuskan sudah tidak mau lagi bekerja sama dengan para travel karena pengalaman tidak mengenakkan yang didapatkannya dari permintaan komisi oleh oknum pemandu wisata.
‘’Pernah saya kerjasama dengan travel, tetapi kebanyakan tamu yang mereka bawa tidak banyak yang belanja,’’ terangnya saat ditemui Ekbis NTB, Rabu (28/12/2016). Inaq Maryam menceritakan, ia membuat kontrak sebesar Rp 10 juta per tahun tetapi pendapatan yang didapatnya tidak sesuai atau banyak ruginya.
‘’Belum kita kasi selendang buat tamu yang baru datang, terus kasi makan sopirnya disini ditambah kita yang bayarin dia parkir,’’ katanya. Harga jual kain yang diproduksinya juga menjadi lebih tinggi karena ditambah dengan bayar fee untuk guide. ‘’Kalau misalnya harga songket kita jual Rp 3 juta, tetapi di art shop bisa sampai Rp 9-10 juta,’’jelasnya. Oleh karena itu, ia lebih suka menjual langsung atau ke pengepul dalam skala besar. ‘’Lebih enak yang seperti itu,karena tidak ada teman berbagi keuntungan. Jadi berapa-berapa kita dapat kita yang punya,’’ katanya.
Para penjual kerajinan di Pasar Seni Sesela, Lombok Barat (Lobar), juga mengeluhkan hal serupa. Tetapi, besaran fee guide yang mereka bayarkan sesuai dengan kemampuan mereka. ‘’Kalau guide fee besarnya 20 persen dari total penjualan, kecuali kalau yang dari pesiar fee-nya 25 persen,’’ tukas Iwan Sastrawan, Ketua Pasar Seni Sesela saat ditemui Jumat (30/12/2016). Dengan adanya komisi untuk pemandu wisata,  diakuinya berpengaruh terhadap kunjungan tamu ke pasar seni dan berpengaruh terhadap hasil penjualan.  
Wisatawan mancanegara melihat secara langsung proses pembuatan kerajinan khas NTB

Walaupun sudah bekerjasama dengan tour dan travel, akses pasar yang jauh dari keramaian serta persaingan dengan toko oleh-oleh yang menjamur menjadi masalah tersendiri bagi pedagang di Pasar Seni Sesela. ‘’Kita selalu jadi pilihan terakhir buat mereka saat membawa tamu. Tamunya sudah diajak belanja di tempat lain baru diajak ke sini,’’ kata Iwan. Karena tempat lain berani memberikan fee yang lebih tinggi.
‘’Contohnya di Sukarara, mereka berani memberi fee sampai lebih dari 30 persen karena takut nanti tidak ada tamu yang berkunjung ke tempat mereka. Makanya Sukarara selalu jadi prioritas kunjungan tamu (wisatawan),’’ jelasnya.
Padahal, kata Iwan, sentra produksi kerajinan (tenun) tidak hanya di Sukarara saja tetapi banyak tempat di Lombok. ‘’Seharusnya tamu diajak ke sentra produksi, sehingga bisa memberdayakan hasil kerajinan masyarakat,’’ jelasnya. Tetapi, karena ada oknum guide yang berpikiran materialistis, maka hal tersebut sulit dilakukan.
Iwan menjelaskan HPI, dinas terkait serta travel harus melebur dan bersinergi menjadi satu. "Perhotelan, pengusaha oleh-oleh serta guide itu satu kesatuan, tetapi dalam kenyataannya tidak nyambung,’’ katanya. Pemberian komisi yang berbeda juga sulit ditertibkan oleh dinas terkait karena tidak adanya tindak tegas untuk para pelakunya.
Jika  ingin pariwisata di Lombok (NTB) seperti di Bali, kata Iwan, maka semua elemen di dalamnya harus sejalan. Misalnya dengan pemberian komisi yang sama. ‘’Tetapi itu sudah, guide-nya maunya komisi tinggi, jadi tamunya dibawa ketempat yang kasi dia komisi tinggi,’’ katanya dengan nada kecewa. Padahal jika hal itu terus terjadi, akan membawa dampak buruk bagi pengusaha kerajinan yang bisa gulung tikar karena tidak adanya pendapatan.
Hasil karya seni yang dipajang di Pasar Sesela Lombok Barat

Ke depannya, Iwan menginginkan HPI, dinas terkait khususnya pariwisata serta UKM duduk bersama membicarakan masalah tersebut. ‘’Jangan sampai target yang sudah ditetapkan sia-sia, karena mereka tidak mau datang kembali ke sini karena merasa tertipu,’’ tukasnya.
Tidak saja di industri kerajinan tenun, perajin dan pemilik  art shop emas dan mutiara juga sangat familiar dengan istilah guide fee. Apapun bahasanya,  polemik besaran tarif yang kabarnya diberikan kepada guide sebagai tanda balas jasa, secara tidak langsung telah memicu iklim persaingan yang tidak sehat. Tidak saja memicu persaingan tak sehat. Guide fee juga bisa merusak citra pariwisata.
ITULAH yang dirasakan para pemilik toko emas perak mutiara di Sekarbela, Kota Mataram. Keresahan dari pemberian komisi kepada pemandu wisata ini, membuat para pemilik toko emas dan mutiara di sana harus berbuat sesuatu. Mereka sepakat membentuk  Persatuan Pedagang dan Perajin Mutiara Lombok, NTB. Ketuanya ditunjuk H. Fauzi. Sebelumnya sebenarnya sudah terbentuk Forum Komunikasi Perajin Mutiara Emas dan Perak (FKP-MEP) Kota Mataram, dengan ketua yang sama.
Persatuan yang baru terbentuk tersebut, dalam waktu dekat akan segera dikukuhkan. Salah satu program yang telah disusun adalah menertibkan besaran guide fee. ‘’Program jangka pendek sudah kami buat,’’ kata H. Fauzi kepada Ekbis NTB.
Ia membenarkan bahwa ada pemberian komisi kepada guide hingga sebesar 40 persen di sentra-sentra pedagang mutiara di Kota Mataram seperti di wilayah Pagutan dan Karang Genteng. Sementara di Sekarbela, para pemilik toko hanya memberikan hingga 5 persen, bahkan ada tidak sama sekali. Karena itulah, kunjungan wisatawan dianggap tak begitu banyak ke Sekarbela. Ia menduga, kalaupun ada wisatawan yang berkunjung, bisa jadi karena dipaksa travel agentnya untuk mengantarkan. Sehingga tidak ada alasan bagi para guide untuk tidak mengantar wisatawan ke sentra perajin mutiara tertua di Lombok ini.
‘’Kami kasi 5 persen, kadang tidak sama sekali kepada guide. Di tempat lain, bahkan ada ditawarkan fee sampai 50 persen. Tapi tamu banyak yang meminta datang ke Sekarbela,’’ kata pemilik salah satu toko kerajinan emas perak dan mutiara terbesar di Sekarbela ini.
‘’Awalnya pemberian fee tinggi dimulai dari Sukarara,’’ katanya. Karena itulah, sampai saat ini terjadi iklim usaha yang tidak sehat antarperajin kerajinan lokal. Ada lomba memberikan fee paling besar, yang justru dampaknya merugikan wisatawan. Sebab dengan pemberian fee besar kepada guide, otomatis harga jual barang yang disiasati menjadi jauh lebih mahal.
Kekhawatirannya, persaingan usaha yang tidak sehat ini  akan dikeluhkan wisatawan dan berdampak besar pada pariwisata NTB. Jika persoalan ini diabaikan, maka bisa berimbas pada citra pariwisata yang buruk. Soal besaran fee guide ini, kata H. Fauzi, sudah sejak lama dibahas, antara pemerintah daerah, ASITA dan HPI. Namun hingga saat ini tidak ada realisasi dari hasil pembahasan tersebut.
Karena itulah, Persatuan Pedagang dan Perajin Mutiara Lombok yang telah terbentuk, akan mengajak semua pihak yang terkait dengan persoalan ini untuk duduk bersama kembali. Membahas berapa fee yang ideal dan dapat diberlakukan secara menyeluruh.
Selanjutnya hasil kesepakatan dapat dituangkan dalam surat edaran pemerintah daerah. Dengan adanya kesepakatan yang dibuat dalam surat edaran ini, akan menjadi acuan atau patokan pemerian  komisi kepada para pemandu wisata. Jika ternyata ada yang memberikan komisi lebih tinggi. Atau mungkin pemandu meminta komisi lebih besar dari kesepakatan, dalam aturan atau surat edaran itu juga bisa dibuat ketentuan sanksi. ‘’Ada sanksi kepada guide, kepada art shop sendiri yang melanggar kesepakatan.’’
“Pengusaha mengatakan, kalau tidak memberikan fee, tidak didatangi rombongan wisatawan. Sementara guide mengatakan tidak pernah meminta fee kepada pengusaha. Jika tidak ada kesepakatan, ini akan menjadi perdebatan terus menerus, ‘’ demikian H. Fauzi. (uul/Bul/Ekbis NTB)
Share:

Friday, 30 December 2016

Begasingan, Permainan Tradisional Lombok yang Masih Dipertahankan di Kota Mataram

Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana main gasing

Begasingan atau bermain gasing merupakan salah satu permainan tradisional di Lombok yang masih dipertahankan hingga saat ini. Ditengah berkembangnya permaianan dengan teknologi modern, masyarakat Lombok masih sering memainkan permaianan ini. Tidak terkecuali pada festival-festival seni yang diadakan di beberapa daerah di Lombok, salah satunya Kota Mataram.
“Permaianan ini merupakan salah satu permaianan yang sudah ada sejak dulu dan harus kita lestarikan bersama. Karena ini merupakan salah satu warisan budaya kita yang harus kita cintai bersama,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram H.Abdul Latif Nadjib, di Mataram, Jumat (25/11/2016).
Gasing merupakan salah satu alat permainan yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi yang satu ke generasi berikutnya. Permainan tradisional yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat berfungsi sebagai salah satu sarana penanaman nilai-nilai budaya.  Dahulu sebelum perkembangan teknologi pesat seperti sekarang ini, fungsi tersebut sangat efektif. Karena dapat dijadikan sebagai ajang untuk mempererat silaturahmi.
Wakil Walikota Mataram H. Mohan Roliskana melilit tali gasing untuk dimainkan.

Namun sejalan dengan perkembangan teknologi keberadaan permainan tradisional  ini mulai tergeser oleh hadirnya berbagai jenis permainan modern seperti games, playstation dan sebagainya. Sebab sebagian besar anak-anak sekarang menagnggap permainan digital itu lebih menarik.  Padahal permainan modern membentuk anak bersifat individual,  kurang kreatif, dan juga memerlukan biaya yang mahal. Oleh sebab itu, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Mataram ingin menghidupkan kembali permainan tradisional tersebut dengan melakukan festival permainan rakyat.
“Permainan tradisional ini harus kita lestarikan. Meskipun banyak permainan yang berbasis teknologi modern, namun kita tidak boleh lupa bahwa kita memiliki permainan yang memiliki nilai sejarah dan tidak kalah menarik untuk disaksikan,” kata Latif.
Permainan rakyat ini juga memerlukan kosentrasi dan kemampuan khusus. Meski semua orang dapat memainkan permainan gangsing ini, namun harus diimbangi dengan kemampuan teknis tertentu. Sehingga pemain harus belajar terlebih dahulu sebelum bermain melawan pemain lainnya.
“Seni tradisional ini mencerminkan nuansa kemasyarakatan. Nilai yang berkembang didalamnya selalu mengedepankan saling menghormati dan rasa kebersamaan cukup kuat serta utuh dalam melaksanakan tujuan dan menjunjung tinggi nilai luhur yang menjadi kebanggaan kita,” ujarnya. (Linggawuni - Suara NTB)
Share:

Menteri Besar Perak Malaysia Zambry Abdul Kadir I’tikaf di Masjid Islamic Center NTB

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi tukar cinderamata dengan Menteri Besar Perak Malaysia Zambry Abdul Kadir

Menteri Besar Perak Malaysia, Dr. Zambry Abdul Kadir menemui Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi di ruang kerjanya, Kamis (29/12/2016).  Menteri Besar Perak Malaysia bersama 40 jemaah Safari Dakwah Tabligh untuk beri’tikaf di Masjid Islamic Center (IC) NTB.
Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi mengatakan suatu kesyukuran bagi NTB atas kehadiran Menteri Besar Perak Malaysia bersama rombongan ke Pulau Seribu Masjid, Lombok. Ia mengharapkan hal ini dapat memperkokoh silaturahmi antara NTB dan Negara Bagian Perak Malaysia.
Gubernur yang didampingi Asisten II Perekonomian dan Pembangunan Setda, Drs. H.L.Gita Ariadi, M.Si dan Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTB, H. Yusron Hadi, S.T., M.UM ini juga berharap melalui safari dakwah ini mampu mengajak dan membina anak-anak muda yang saat ini lebih mengedepankan teknologi seperti media-media sosial yang tersedia di internet sebagai metode belajar agama mereka.
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi saat berbincang dengan rombongan Menteri Besar Perak Malaysia Zambry Abdul Kadir di Kantor Gubernur NTB Indonesia.
“Saya lihat di Indonesia khususnya di NTB ini banyak pengajian yang dilaksanakan di masjid, tapi sayangnya hanya sedikit anak muda kita yang berminat untuk duduk di sana. Mudahan, dengan safari dakwah ini bisa menyadarkan anak muda kita untuk belajar agama dari sumber-sumber yang jelas dan tidak mencari ilmu agama pada media-media yang belum jelas sumbernya,” harap Gubernur.

Selain untuk beri’tikaf, rombongan Menteri Besar Perak Malaysia itu  juga berniat memakmurkan masjid-masjid yang  kebanyakan masih kosong dan belum aktif melaksanakan kegiatan-kegiatan shalat berjama’ah dan dakwah.  Kegiatan safari dakwah tabligh ini kedepannya minimal bisa mengajak masyarakat untuk bisa shalat berjama’ah lima  waktu di masjid. Diharapkan juga nantinya akan banyak kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di dalam masjid. (Nasir)
Share:

Wapres H. M. Jusuf Kalla Minta Penanganan Pascabanjir Kota Bima Dipercepat

Wapres H. M. Jusuf Kalla saat melihat kondisi Kota Bima pascabanjir bandang, Rabu (28/12/2016)

Wakli Presiden (Wapres) RI, Drs. H. M. Jusuf Kalla meninjau penanganan korban banjir yang melanda Kota Bima beberapa waktu lalu. Dalam rapat koordinasi terbatas yang dilakukan di Kantor Walikota Bima, Wapres meminta penanganan dan pemulihan pascabanjir dipercepat.
Penanganan dan pemulihan korban banjir  maupun infrastruktur yang rusak akibat banjir harus dipercepat. Hal ini menurut Wapres harus dilakukan secara bersama sama dan melibatkan semua unsur.
‘’Lebih cepat penanganannya, lebih baik. Kalau lambat, maka semakin banyak korban, termasuk infrastruktur. Harus ada percepatan. Kalau lama, maka lumpur itu semakin keras dan susah dibersihkan,” kata Wapres, saat memimpin rapat koordinasi terbatas di Kantor Walikota Bima, seperti keterangan resmi yang diterima Suara NTB dari Biro Humas dan Protokol Setda NTB, Rabu (28/12/2016).
Wapres H. M. Jusuf Kalla tinjau rumah sakit lapangan milik TNI AL untuk menangani korban banjir Bima.

Wapres tiba di Bandara Sultan Salahuddin Bima sekitar pukul 10.15 Wita, disambut Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Walikota Bima, H.M.Qurais H. Abidin, Danrem 162/WB, Kol. Inf. Farid Ma'ruf, Kasdam, Brigjen TNI. Stephanus Trimulyono beserta unsur FKPD Kota Bima.  Terlihat dalam rombongan Wapres, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, mantan Ketua MK Hamdan Zoelva, Wakil Ketua DPD RI, Prof. Farouk Muhammad dan pejabat kementerian dan lembaga.
Persoalan ketersediaan air bersih bagi korban banjir  juga menjadi salah atensi Wapres. Menurutnya, banjir selalu melumpuhkan ketersediaan air bersih. ‘’Kita bisa kasih makan orang, tapi kalau tidak ada air minum bagaimana,’’ tanyanya.
Selain itu, ia meminta untuk segara disediakan  fasilitas pembersih lumpur dan sampah, seperti pompa air, excavator dan truk pengangkut sampah. Wapres mengapresiasi langkah dan kerja keras pemerintah daerah, termasuk anggota TNI/Polri yang bergerak cepat menangani korban banjir.
Wapres H. M. Jusuf Kalla berdialog dengan korban banjir Bima.

Usai pertemuan, Wapres dan rombongan meninjau Rumah Sakit (RS) Lapangan yang dipusatkan di Gedung Convention Hall Paruga Nae Kota Bima. RS  Lapangan tersebut menyediakan tenda untuk perawatan pasien orang dewasa dan anak-anak. Wapres meninjau beberapa posko perawatan dan juga posko apotek.
Wapres sempat menanyakan keluhan sejumlah pasien korban banjir. Rata-rata pasien mengeluhkan sakit mual-mual, pusing dan diare. Setelah itu, Wapres  menuju Masjid Salahuddin Bima untuk melakukan salat zuhur berjamaah, sekaligus meninjau pengungsi. Usai salat, Wapres dan Gubernur berdialog langsung dengan masyarakat. Masyarakat menceritakan keadaan rumah serta harta benda yang hancur akibat banjir. ‘’Ini semua ada hikmahnya, seperti kita diminta sabar. Bahkan bencana ini menumbuhkan rasa gotong royong kita, rakyat Indonesia,’’ kata Wapres.
Setelah itu, Wapres turun  meninjau salah satu lokasi  terparah akibat banjir. Wilayah pemukiman Kampung Bara, Kelurahan Dara, Kota Bima yang menjadi perhatian Wapres dan rombongan. Saat itu, Walikota Bima, H. Qurais H. Abidin menunjukkan gang-gang yang penuh sampah dan lumpur. ‘’Inilah yang akan kami kerjakan. Kami harus segera membersihkan sampah dan lumpur ini,’’ jelas walikota.
Wapres meminta semua pihak bergotong royong membenahi wilayah dan masyarakat yang menjadi  korban banjir. Sementara itu, Gubernur NTB, TGH. M. Zainul Majdi berterima kasih atas kunjungan Wapres tersebut. Ia berharap adanya dukungan pemerintah pusat dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascabanjir Bima. (Suara NTB)



Share:

Sunday, 25 December 2016

Jalan Harmoni Kenalkan Lagu Tong Setan

Grup Band Jalan Harmoni saat pentas dan memperkenalkan lagu baru Tong Setan

Grup band Jalan Harmoni memperkenalkan lagu barunya ketika tampil di panggung Tapak Waktu. Lagu baru berjudul “Tong Setan itu rencananya akan dimasukkan dalam album ke-2.
Salah satu vokalis album tersebut Qisie, mengaku sedang dihadapkan dengan kesibukan menggarap album lain. Ia masih menggarap tiga album yang rencananya dirilis tahun depan. Album yang sedang digarap itu masing – masing berjudul Speaker Active, Biru & Jingga dan Pantjoro Sumarsa.
“Yang sedang saya kerjakan ini ada tiga album. Saya perkirakan bisa dirilis maret tahun depan. Maunya tahun ini, tetapi karena belum sepenuhnya kelar jadinya tahun depan,” kata Qisie, Senin (5/12/2016).
Album berjudul Pantjoro Sumarsa yang sedang digarap itu terangkat dari nama bassis Jalan Harmoni yang akrab sapa Ipang. Saat tampil di panggung pentas musik lintas generasi di Arena Teater Taman Budaya, format grup band tersebut mengalami perubahan. Jalan Harmoni memiliki tambahan dua personel yang menduduki posisi ritem gitar dan vokalis. Kedua personel tambahan itu adalah Ryan Ruslianyah sebagai vokalis dan Farhan Al Ayubi sebagai pemegang ritem gitar. “Album ke-2 Jalan Harmoni belum dibuat, lagunya baru satu,” bebernya.

Ketika tampil di Taman Budaya, Sabtu (3/12/2016), grup band yang terkenal dengan lagu – lagu beraliran retro ini, membawakan banyak lagu dari album perdananya. lagu berjudul “Ampenan” menjadi lagu yang paling dikenal penggemarnya. Selain mengandung banyak keindahan, lagu tersebut juga menjadi penuntun mengingat kenangan tentang Kota Tua Ampenan, kota yang pernah menemukan kejayaan puluhan tahun silam.

Pentas seni yang dilakukan Jalan Harmoni, akhir pekan kemarin itu ditujukan untuk memeriahkan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) NTB ke-58. Selain JH, begitu akronim nama band tersebut, ada juga penampilan menarik dari enam bocah berbakat dalam bidang kesenian. Mereka adalah Jingga Bunga Hati, Lentera Biru, Ikra Thian Mora, Bintang Pablo Armadan, Annisa Intan Raihana dan Muhammad Satria Mujahid. Mereka tergabung dalam grup musik Enam Kancing Baju. (Met Darmi)
Share:

Rizal Badila, Penyanyi Asal Lombok Tengah yang Tenar di Malaysia

Rizal Badila -musisi kelahiran Lombok Tengah yang tenar di Malaysia. (dokumentasi coretanmusik.com)

Rizal Badila salah satu musisi kelahiran Lombok Tengah (Loteng), kelihatannya lebih tenar di Malaysia ketimbang di negara asalnya. Dalam waktu singkat, musisi yang satu ini mendapatkan kontrak  di negara tersebut.
Mantan General Manager (GM) hotel di Pulau Lombok ini mendapatkan kontrak menerbitkan album. Selain itu, ia juga meraih kesempatan untuk duet bersama penyanyi idola di Malaysia, Azharian Azhar. Musisi kelahiran 1989 ini berkesempatan menerbitkan album berjudul 1000 cinta di negara setempat.
Setelah albumnya diterbitkan, lagu – lagu yang termuat di dalam album tersebut juga dijadikan sebagai soundtrack film layar lebar. Lagu – lagu karangan pria lulusan SMA Negeri 1 Kopang ini terpilih menjadi sountrack film berjudul QU LOVE U.
“Saya bersyukur karena kesempatan untuk berkarir buat saya ada di Malaysia. kesempatan ini tentu tidak mau saya sia – siakan,” kata Rizal, Jumat (2/12/2016).
Musisi yang satu ini tidak pernah menyangka bahwa dirinya akan beralih profesi. Rizal yang semula bekerja sebagai pelaku pariwisata bidang perhotelan, kini mengambil bagian dalam dunia entertaint. Dirinya mengaku sangat antusias untuk melibatkan diri memajukan industri musik. Lebih – lebih di daerah asalnya, yakni Pulau Lombok.
“Saya saat ini hanya bisa menjalani apa yang harus saya lakukan karena saya tau segala sesuatu sudah diatur oleh Tuhan.  Harapan saya kedepan hanya satu yakni bagaimana memajukan industri musik daerah NTB. Supaya musik – musik yang diproduksi rekan – rekan musisi di daerah tersebut menjadi lebih terkenal dan Berjaya,” katanya.
Selain mengukir prestasi di negara asing, musisi ini juga sebelumnya pernah meluncurkan album perdana di Pulau Lombok. Album berjudul harapan yang diluncurkan itu meraih perhatian dari berbagai pihak. Tak terkecuali pelaku – pelaku industri musik.  (Met Darmi)
Share:

Thursday, 22 December 2016

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi Resmikan Panin Dubai Syariah Bank Cabang Lombok

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi di peresmian Panin Dubai Syariah Bank di Mataram NTB

Grand opening dihadiri oleh Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. TGH. M. Zainul Majdi, pada Rabu,(21/12/2016) di Lantai 3 Gedung bank Panin Dubai Sariah Jl. Sandubaya No. 18 Mataram. Hadir pada kesempatan itu Kepala Otoritas Jasa Keuangan NTB, Yusri, Deputi Kepala Perwakilan Bank BI  Dirut Bank Panin Deni hendrawati, Ketua MUI NTB serta tokoh agama dan tokoh masyarakat.
Grand opening ditandai dengan pengguntingan pita oleh Gubernur NTB didampingi Dirut PT. Bank Panin Dubai Syariah dan di aksikan oleh undangan yang hadir

Pada  kesempatan tersebut, Deputi kepala Perwakilan bank BI Wahyu menyampaikan LDR industri perbankan di Indonesia saat ini mencapai 89 %, sementara itu di NTB jumlah dana yang disalurkan mencapai 158,10 % melampaui jumlah dana yang dihimpun.

Wahyu juga menambahkan bahwa jika dibandingkan dengan tahun 2015 jumlah aset pihak ketiga di perbankan mengalami peningkatan dari 10 % pada tahun 2015 menjadi 22 % sampai November 2016. Di saat pasar perbankan nasional  hanya tumbuh sebesar 8% sampai November 2016 di NTB mengalami peningkatan hampir dua kali lipatnya yaitu sebesar 4,97 %. Aset bank syariah di NTB juga mengalami kenaikan dari  5 % pada tahun 2015 telah mencapai  9 % sampai  November 2016. Pembiayaan bank syariah didominasi oleh tabungan sebesar 68 %.

Sementara itu Kepala OJK Yusri melaporkan jumlah Kantor Perbankan Syariah yang ada di NTB saat ini sebanyak 55 buah dan menjadi 56 buah setelah Bank Panin Dubai Syariah.

Menurutnya, perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan positif ditengah –tengah melemahnya pertumbuhan Ekonomi Indonesia  walaupun peningkatan jumlah aset maupun dana dari pihak ketiga serta kualitas pembiayaan mengalami penurunan sedikit. Yang menjadi perhatian dirinya berkaitan dengan pembiayaan bank syariah yaitu  masih mendominasinya pembiayaan sektor konsumsi di banding sektor produktif, sehingga menurutnya, pembiayaan saat ini kurang memberikan magnetut terhadap pengurangan angka kemiskinan di NTB.  
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi didampingi Kepala OJK NTB Yusri dan perwakilan Panin Dubai Bank memotong pita sebagai tanda peresmian Panin Dubai Bank Syariah di Mataram NTB

Ia berharap ke depannya perbankan di NTB terutama perbankan syariah lebih banyak menyalurkan pembiayaan pada sektor produksi. Pertumbuhan ekonomi NTB yang mencapai 9 % melampaui pertumbuhan ekonomi nasional menururtnya seharusnya bisa menjadi peluang pasar oleh dunia perbankan, pertumbuhan pariwisata menyebabkan pertumbuhan ekonomi kreatif di NTB tumbuh dengan baik juga menjadi pasar potensial bagi bank syariah untuk menyalurkan sejumlah pembiayaan.

Selain itu, penduduk NTB yang mayoritas muslim serta komitmen NTB menjadi kiblat ekonomi syariah Nasional cukup menjadi modal berkembangnya perbankan sayariah di NTB. Sementara itu, Gubernur NTB dalam sambutannya menyampaikan ekonomi syariah merupakan suatu sistem bukan berbicara orang-perorang atau kelompok tertentu, ekonomi syariah untuk semua kelompok bahkan lintas agama.

Gubernur NTB yang kerap dipanggil Tuan Guru Bajang sebagai panggilan  akrabnya menceritakan pengalaman seorang ekonom syariah Syafi’i Antonio yang diminta berbicara di Universitas Vatikan bahwa sistem ekonomi yang tidak memperbolehkan riba tidak hanya terdapat pada Al Qur’an tetapi tertulis dalam Bibel. Artinya menurut TGB bahwa tradisi non ribawi juga terdapat dalam tradisi Katolik. Ada harapan bahwa hubungan-hubungan yang terbangun di tengah masyarakat dalam kerangka keuangan itu harus berlandaskan azas keadilan, tidak saling mengeksploitasi.
Ini  berarti bahwa sebenarnya sistem berbasis non riba bukan monopoli umat islam tetapi ada di semua agama samawi lainnya. Sehingga basis teologisnya jelas, juga ada di agama lain. Argumen lain menurut  Gubernur NTB bahwa  lembaga keuangan syariah dapat bertumbuh baik di negara-negara non muslim. Artinya menurut Gubernur secara empirik ada keberterimaan negara negara non muslim terhadap ekonomi syariah. 

“Jadi tidak perlu dibahasakan sistem ekonomi syariah hanya utuk umat islam tetapi untuk semua umat, disitulah tantangannya bahwa islam adalah rahmatan lil alamin,” tegasnya

Disampaikan juga menurut Gubernur NTB eksploitasi  pada masyarakat menyebabkan tingkat Gini Ratio naik. Saat ini Gini ratio di indonesia mencapai 4,1 % yang berarti terjadi  ketimpangan sosial semakin besar di tengah masyarakat. Hal tersebut yang memicu revolusi Mesir saat Husni Mubaraq berkuasa dimana terjadi ketimpangan social yang lebar antara kaum miskin dan kelompok kaya, dimana Gini ratio di mesir saat itu 4,7 %.


Salah satu sumbangsih perbankan dalam mengurangio Gini Ratio di indonesia menurut Gubernur NTb salah satunya dengan memperbaiki sistem perbankan yang berkeadilan melalui sistem ekonomi syariah. (Humas NTB)
Share:

Gunung Sangiang Akan Jadi Branding Internasional

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB H. L. Moh. Faozal

Gunung Sangiang merupakan salah satu gunung yang ada di Pulau Sumbawa, tepatnya di Kabupaten Bima. Gunung Sangiang akan dibuatkan brand internasional, sehingga dapat diketahui oleh wisatawan. Hal ini juga berkaitan dengan potensi pariwisata yang dimiliki oleh gunung ini. Terlebih gunung ini juga memiliki sejarah yang dapat dijadikan untuk menarik wisatawan lebih banyak lagi untuk berkunjung.
“Kita melihat bahwa di Kabupaten Bima itu belum ada branding untuk wisatanya. Jadi kita ingin buatkan branding Gunung Sangiang Volcano Festival, seperti halnya Tambora. Pelaksanaanya setelah Festival Tambora,” kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB H.L.Moh.Faozal, S.Sos.,M.Si di Mataram, Selasa (6/12/2016).
Faozal mengatakan bahwa Festival Gunung Sangiang sudah masuk dalam kalender event 2017. Sehingga akan dilakukan sejumlah persiapan untuk menjadikan Gunung Sangiang sebagai salah satu destinasi wisata baru pada wisata minat khusus.
“Kita akan lihat juga ujung Sangiang itu seperti apa. Kita lihat itu potensinya ada, modelnya nanti kita rumuskan bersama. Kita lihat apa yang bisa kita jual dari sana. Yang jelas kita siap untuk membranding Gunung Sangiang di Bima ini,” ujarnya.
Salah satu yang dianggap dapat menjadi daya tarik dari gunung ini yaitu sejarahnya. Diketahui bahwa legenda tentang dua buah kapal yang memuat garam bertabrakan di perairan Pulau Sangiang. Garam yang dimuat tumpah di lautan sehingga menyebabkan air laut menjadi asin. Kapal tersebut adalah kapal milik Dua saudagar bernama Safiri Gadi dan Safiri Sango.
Safiri Gadi datang dari arah timur sedangkan Safiri Sango dari arah Barat. Tak berapa lama setelah kejadian itu, timbulah perang antara keduanya. Seluruh anak buah kapal yang merupakan babi dan rusa mati akibat perang tersebut. Melihat seluruh ABK-nya mati, Safiri Gadi dan Safiri Sango menghentikan peperangan. Usai perang, keduanya baru menyadari bahwa mereka bersaudara setelah setengah butir kelapa milik mereka disatukan kembali. Setelah kejadian itu, hewan-hewan ABK mereka hidup kembali dan dua kapal mereka berubah menjadi gunung yang ada di Pulau Sangiang.
“Sejarah dan legendanya itu cukup menarik, sehingga bisa menjadi nilai jual untuk memperkuat brandingnya,” kata Faozal. (Linggauni)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive