Be Your Inspiration

Thursday, 12 January 2017

Pariwisata Lombok Dinilai Bisa Menyalip Bali

Keindahan panorama pantai di Lombok tidak kalah eksotis dengan keindahan pantai yang ada di Pulau Bali.

Keragaman etnis masyarakat yang menduduki Pulau Lombok, menjadi satu kekayaan yang dapat diandalkan sebagai potensi unggul dalam dunia pariwisata. Suasana yang terbangun di Pulau Lombok membuat wisatawan merasa seolah – olah sedang berada di Bali.
“Luar biasa suasananya, berada di Lombok serasa lagi di Bali. Lombok bisa nyalip kemajuan pariwisata Bali nih kalau kayak begini,” kata assesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Bali, Kadek Wira Adi Saputra, Selasa (10/1/2017).
Secara geografis, Pulau Lombok sangat dekat dengan Bali. Karakteristik alam di dua daerah yang berbeda ini dinilai tidak terlalu berbeda. Kemajuan pariwisata Bali didukung oleh kemajuan infrastruktur dan keunikan budaya masyarakatnya.
“Unggulnya pariwisata Bali itu, karena keunikan kultur budaya masyarakatnya. Kalau alam, saya kira tidak jauh berbeda,” jelasnya.
Objek pariwisata Bali, memiliki keunggulan karena kebersihannya terawat. Pelaku pariwisata di Lombok, dapat mengejar standar pengelolaan objek pariwisata seperti yang dilakukan masyarakat di Pulau Dewata itu. Pekerjaan mendasar yang masih harus dilakukan dengan tekun, yakni mengedukasi publik agar tidak membuang sampah sembarangan.
“Disamping, masyarakat juga diajak menciptakan suasana yang aman sehingga wisatawan menemukan kenyamanan dan ketentraman,” pintanya.
Ia juga menyarankan agar pelaku pariwisata mengoptimalkan peran atraksi seni dan budaya. Kekhasan budaya masyarakat di daerah Lombok maupun Sumbawa, dapat dijadikan produk unggulan yang ditawarkan terhadap para wisatawan di seluruh dunia.
“Keunggulan dari kebudayaan masyarakat, itu bisa diperankan secara maksimal untuk mendatangkan wisatawan. Saya kira, di Lombok ini tinggal meningkatkan hal yang itu dulu, sebelum mengarah pada upaya memajukan fisik infrastruktur,” bebernya.
Jika hal itu bisa dilakukan secara optimal, kemajuan pariwisata di Lombok ini diyakininya akan mendahului Bali. Pelaku – pelaku pariwisata di daerah ini harus mempunyai target, paling tidak dalam jangka 10 tahun kedepan kedudukan pariwisata NTB harus sudah setera dengan kemajuan pariwisata yang berkembang di Bali. (Mamet)



Share:

Jelang Imlek 2017, Hotel Aruna Senggigi Siapkan Paket Wisata Murah

Atraksi barongsai saat Hari Imlek di Mataram Lombok 2016

Menjelang perayaan imlek, hotel – hotel mulai siapkan paket wisata murah untuk wisatawan. Momen libur pada perayaan tahun baru imlek, menjadi peluang besar bagi para turis domestik untuk rekreasi.
“Paket yang kami sediakan menjelang imlek, ada paket makan yang harganya terjangkau. Meskipun tahun ini memang kami belum menyiapkan sesuatu yang spesial. Kita berupaya menangkap momen libur yang biasanya dipadati pengunjung,” kata Firman, General Manager Aruna Hotel Senggigi, Rabu (11/1/2017).
Setiap perayaan imlek, tren angka kunjungan wisatawan ke pulau lombok selalu mengalami peningkatan. Ini dibuktikan melalui tingkat hunian atau okupansi hotel, khususnya di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai 80 persen, pada saat ini. Biasanya, okupansi hotel pada momen perayaan tahun baru tersebut bertahan pada angka 90 persen. Seperti dikemukakan oleh General Manager The Jayakarta Hotel & Resort di Sengigi.
“Tidak sampai full, tetapi biasanya bertahan pada angka 90 persen okupansinya. Jelang imlek tahun ini, okupansi di hotel kami sudah lumayan,” jelas Cherry Abdul Hakim, General Manager The Jayakarta Hotel, Senin kemarin.
Tamu – tamu yang berkunjung ke Lombok pada momen imlek tersebut, berasal dari kalangan wisatawan. Tamu yang berkunjung bertujuan mengisi momen libur dengan bersafari di beberapa spot wisata unggulan daerah ini.
“Tamu yang mendominasi berasal dari kalangan wisatawan yang memang datang untuk liburan. Karena memang momennya sedang libur, tanggal merah,” jelasnya.
Perayaan imlek pada tahun lalu cukup semarak. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), berupaya mendatangkan pelaku – pelaku seni dari Tiongkok. Banyak atraksi memukau yang dilakukan pelaku – pelaku seni dari luar negeri itu. Perayaan imlek tahun lalu, dicanangkan sebagai ajang silaturahmi budaya masyarakat lintas etnis. Momentum tersebut menjadi ajang persentuhan demi mempererat tali persaudaraan antar umat berbangsa dan beragama di Pulau Lombok.
Persentuhan dan relasi persahabatan antar umat yang terbangun atas keberagaman di pulau Lombok terjalin harmonis. Nilai – nilai penghormatan dan rasa bertoleransi antar umat beragama di kalangan masyarakat yang menduduki pulau seribu masjid ini masih sangat tinggi.
Nilai – nilai yang telah terbangun di kalangan seluruh lapisan masyarakat itu patut diapresiasi dan dirawat. Tujuannya supaya masyarakat di daerah ini tetap mampu menciptakan suasana yang tentram, damai dan sejahtera. Tidak ada perilaku negatif yang bersifat saling melecehkan keyakinan. Perilaku yang tentunya berpotensi menghancurkan kerukunan sehingga mengganggu kenyamanan. (Sahmat Darmi)
Share:

Ini Dia, Anggaran Penataan Destinasi Kabupaten/Kota di NTB Tahun 2017

Destinasi Wisata Sendang Gile di Lombok Utara yang masih membutuhkan penataan oleh pemerintah daerah dan pusat.

Kota Bima mendapatkan sejumlah anggaran untuk pembenahan khusus destinasi yang sudah ada dan banyak dikunjungi wisatawan. Total anggaran pembenahan itu mencapai Rp 437.400.000. Pembenahan dilakukan untuk menambah kesan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung. Anggaran ini digunakan untuk pembenahan fisik beberapa destinasi di Kota Bima.
“Kita lakukan pembenahan secara merata. Di Pulau Lombok dan Sumbawa termasuk di Bima. Sehingga kita bisa melakukan promosi pariwisata, karena destinasi wisata di daerah itu telah siap,” kata Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi NTB Lalu Kusuma Wijayai.
Anggaran itu digunakan untuk melakukan pembenahan pada pembangunan toilet dan shelter kawasan Lawata senilai Rp 200 juta. Kemudian pembangunan sarana dan prasarana di kawasan Lawata dengan anggaran sebesar Rp 200 juta. Sisanya digunakan untuk biaya perencanaan dan biaya pengawasan.
“Untuk Kota Bima itu di Lawata. Disana banyak wisatawan yang datang. Kita ingin itu dibenahi sehingga wisatawan bisa merasa lebih nyaman saat berkunjung,” ujarnya.
Diketahui bahwa Kota Mataram mendapatkan anggaran destinasi sebanyak Rp 765.750.000. Sedangkan Lombok Barat mendapatkan anggaran sebesar Rp 1.950.000.000. Lombok Utara sebanyak  Rp 910.000.000 dan Lombok Tengah sebesar Rp 1.294.200,000. Dompu dan Bima masing-masing sebesar  Rp 945.400.000 dan Rp 218.700.000. Sementara Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima dan Sumbawa sama-sama sebesar Rp 437.400.000. Kabupaten Lombok Timur mendapatkan anggaran destinasi sebesar Rp 1.427.000.000. Sisa anggaran dipergunakan untuk memenuhi fasilitas dan pelayanan dasar di beberapa destinasi wisata. Misalnya pembangunan mushalla dan toilet. Sebab total anggatan destinasi dari Dinas Pariwisata pada tahun 2017 mencapai Rp 13.884.271.880.

Masyarakat juga diharapkan dapat menjaga destinasinya sehingga tetap asri. Selain itu fasilitas pendukung yang telah dibangun juga agar dapat dipelihara dengan baik. Sebab seringkali wisatawan menjumpai toilet yang tidak bersih dan tempat ibadah yang kotor. Sehingga jika itu dijaga, wisatawan yang datang merasa nyaman dan merasa ingin kembali lagi. (Lingga)
Share:

Tuesday, 10 January 2017

Pembangunan Pariwisata Sumbawa Harus Jadi Prioritas Pemprov NTB

Pantai Lakey di Dompu, salah satu destinasi wisata di Pulau Sumbawa yang masih membutuhkan sentuhan pengelolaan untuk memaksimalkan potensinya

Pembangunan dan pengembangan industri pariwisata di Pulau Sumbawa diminta agar diprioritaskan. Jutaan potensi bisa diangkat dari pulau tersebut untuk dijadikan daya tarik dalam industri kepariwisataan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, H. L. Abdul Hadi Faishal, menyarankan agar program – program pengembangan pariwisata terdistribusi secara merata di dua pulau yang ada di NTB ini. Mengingat, potensi kepariwisataan di Pulau Sumbawa juga tak kalah tingginya dengan nilai potensi pariwisata Pulau Lombok.
“Wilayah Bima di Pulau Sumbawa bisa dijadikan destinasi unggulan karena posisinya juga dekat dengan Labuhan Bajo dan Danau Kelimutu di Flores. Kita angkat potensi Sumbawa, Bima dan itu layak dijual,” tuturnya, Senin (9/1/2017).
Mantan Anggota DPRD Provinsi NTB ini meminta agar potensi – potensi kepariwisataan Pulau Sumbawa dipromosikan secara terus - menerus. Para pelaku pariwisata diajak menyelenggarakan kegiatan, utamanya merealisasikan program kerja di pulau tersebut.
Dalam program kerja PHRI NTB, pihaknya menyisipkan salah satu program yang akan terselenggara di Kota Bima. Program itu berbentuk pasar yang akan mempertemukan antara produsen dengan konsumen.
“Pada 2017 ini, PHRI memasukkan program Bima Great Sale. Itu supaya, orang bisa datang ke Pulau Sumbawa sambil berwisata. Program – program itu akan menggugah wisatawan untuk datang kesana,” tuturnya.
General Manager D’Praya Hotel ini berpendapat, kearifan lokal di wilayah Bima mempunyai daya jual yang cukup bagus dalam bidang pariwisata. Untuk itu, pihaknya terus mengobarkan semangat agar seluruh pelaku pariwisata di daerah ini turut memacu pengembangan yang sedang dilakukan.
Pergerakan industri pariwisata di Pulau Sumbawa belum menggeliat. Selain lemah di bidang promosi, lesunya industri pariwisata di pulau setempat juga karena lemahnya pemberdayaan yang dilakukan. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap mengelola industri pariwisata masih terbatas.
Pemerintah masih memiliki tantangan berat yakni meningkatkan kualitas SDM demi menciptakan pelayanan yang prima terhadap wisatawan. Hal itu penting dilakukan, selain harus membenahi tata kelola pariwisata yang belum begitu bagus. (Mamet)
Share:

Jelang Imlek 2017, Okupansi Hotel di Lombok Melonjak

Komunitas Tionghoa di Mataram saat berbagi dengan warga tidak mampu pada Hari Raya Imlek 2016

Menjelang perayaan Imlek di Pulau Lombok, okupansi hotel – hotel meningkat drastis. Okupansi hotel tetap tinggi hingga berakhirnya perayaan Imlek tersebut.
Tingkat hunian atau okupansi hotel, khususnya di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai 80 persen. Biasanya, okupansi hotel bertahan pada angka 90 persen sejak pra hingga pasca Imlek.
“Tidak sampai full, tetapi biasanya bertahan pada angka 90 persen okupansinya. Jelang Imlek tahun ini, okupansi di hotel kami sudah lumayan,” jelas Cherry Abdul Hakim, General Manager The Jayakarta Hotel pada Suara NTB, Senin (9/1/2017).
Tamu – tamu yang berkunjung ke lombok pada momen Imlek tersebut, berasal dari kalangan wisatawan. Tamu yang berkunjung bertujuan mengisi momen libur dengan bersafari di beberapa spot wisata unggulan daerah ini.
“Tamu yang mendominasi berasal dari kalangan wisatawan yang memang datang untuk liburan. Karena memang momennya sedang libur, tanggal merah,” jelasnya.
Perayaan Imlek pada tahun lalu cukup semarak. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), berupaya mendatangkan pelaku – pelaku seni dari Tiongkok. Banyak atraksi memukau yang dilakukan pelaku – pelaku seni dari luar negeri itu. Perayaan Imlek tahun lalu, dicanangkan sebagai ajang silaturahmi budaya masyarakat lintas etnis. Momentum tersebut menjadi ajang persentuhan demi mempererat tali persaudaraan antar umat berbangsa dan beragama di Pulau Lombok.
Persentuhan dan relasi persahabatan antar umat yang terbangun atas keberagaman di pulau lombok terjalin harmonis. Nilai – nilai penghormatan dan rasa toleransi antarumat beragama di masyarakat pulau seribu masjid ini masih sangat tinggi.

Nilai – nilai yang telah terbangun di kalangan seluruh lapisan masyarakat itu patut diapresiasi dan dirawat. Tujuannya supaya masyarakat di daerah ini tetap mampu menciptakan suasana yang tentram, damai dan sejahtera. Tidak ada perilaku negatif yang bersifat saling melecehkan keyakinan. Perilaku yang tentunya berpotensi menghancurkan kerukunan sehingga mengganggu ketenangan dan kenyamanan dalam sebuah keharmonisan. (Mamet)
Share:

Monday, 9 January 2017

Forum Produser di Lombok Perangi Produksi dan Peredaran VCD Bajakan

Penjual VCD bajakan diAmpenan Kota Mataram

Ada lima produser besar yang tergabung dalam Forum Produser NTB, diketuai Agus Alit, Direktur Miru Production. Forum ini sepakat tetap akan melakukan tindakan tegas kepada para pedagang VCD bajakan, termasuk kepada produsen yang melakukan pembajakan.
RAZIA pedagang dilakukan seminggu sekali di pasar-pasar tradisional di Pulau Lombok. Bagi yang kedapan telah tiga sampai empat kali mendapat surat teguran namum tetap tak mengindahkan, selanjutnya akan dilaporkan untuk diambil tindakan hukum.
‘’Ada 11 pedagang yang sudah kita polisikan. Produsen VCD bajakan terbesar ada di Terara, arahnya di Lombok Timur. Tapi saya melihatnya sudah mulai berkurang,’’ kata Agus Alit kepada Ekbis NTB.
Berkembangnya VCD bajakan ditengari telah memicu kerugian besar para produser. Selain itu, sangat berpotensi memicu matinya seninam-seniman lokal. Karena itulah, selain penertiban secara rutin di pasar-pasar tradisional, forum ini juga kerap melakukan sosialisasi kepada pedagang untuk tidak menjual VCD bajakan. Agak efektif menurutnya, karena perlahan yang terjual adalah VCD asli dari rumah-rumah produksi.
‘’Kalaupun ada yang bajakan. Kami belum mendapat informasi dari mana pastinya VCD-VCD bajakan di pedagang. Mereka tidak ada  yang mau ngaku. Datangnya dari pangampas-pengampas, tidak ada informasi pasti. Kalau ada anggota kami yang melakukan pembajakan, atau yang mengedarkan, kami berikan tindakan tegas,’’ terang Agus.
Selain itu, talkshow sering dilakukan di TV-TV lokal. Pun melalui radio-radio lokal. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada para pelaku, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk tidak membeli produk-produk di luar produk asli.
Miru Production sendiri sangat terpengaruh oleh perkembangan dan pedaran VCD bajakan. Sebelumnya ia mampu memproduksi hingga 5 ribuan keping sebulan. Belakangan berkurang makismal hanya 4 ribu keping sebulan. Berkurangnya produksi ini juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang makin berkurang. Prioritas kebutuhan masyarakat saat ini lebih dominan kepada kebutuhan-kebutuhan pokok. Selanjutnya kebutuhan hiburan sementara ini terlihat dikesampingkan.
Karena banyaknya persoalan ini, harapannya pemerintah daerah melalui pihak-pihak terkait dapat melakukan pengawasan berkelanjutan. Dari sisi hukum, ia juga meminta pihak penegak hukum memberikan tindakan kepada pelaku, baik produsen VCD bajakan, maupun kepada pedagangnya. Hal ini menurutnya dalam rangka memberikan efek jera dan mencerdaskan masyarakat.

Diawasi Dinas Perdagangan

Maraknya pernjualan/peredaran VCD bajakan akan menjadi salah satu fokus pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi NTB, selain gula pasir rafinasi yang banyak beredar.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Dra. Hj. Selly Andayani, M. Si mengakui persoalan tersebut  sebagai salah satu PR yang akan dituntaskan. Melalui Kepala Bidang Pengawasannya, Haryono juga mengatakan, masih harus mempelajari tugas pokok dan fungsi bidang baru yang dipimpinnya.
‘’DPA belum pegang karena belum saya lihat, dulu tugas saya apa dan rinciannya. Masih beres-beres kantor baru, saya harus pelajari dulu,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj. Selly Andayani 

Untuk pengawasan barang beredar, tentu tetap akan dilaksanakan, seperti yang dilakukan sebelum-sebelumya. VCD bajakan sejauh ini diketahuinya sangat meresahkan dan merugikan kalangan artis, terutama di tingkat lokal. Karena merugikan kreativitas dan pencipta. Larinya lebih kepada hak paten karena dibajak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menindaklanjuti hal tersebut, tentu akan dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Kepolisan, Pol PP. Sebab ia melihat arahnya lebih kepada tindakan pidana. Kendati demikian, untuk pengawasan perdagangannya masih harus dilihat kembali fungsi dan peran bidangnya dalam hal ini. (Bulkaini Ekbis NTB)
Share:

Industri Musik Lokal NTB Melawan Sulitnya Pembajakan Hasil Karya


 
Ichan -- musisi Band  D. U. A
Pembajakan karya seni khususnya musik tidak saja menimpa industri musik nasional. Industri musik di wilayah NTB juga menjadi korban pembajakan, seiring dengan tumbuhnya industri musik lokal. Peredaran VCD bajakan, nyaris mengusai perdagangan VCD musik lokal. Pembajakan nyaris tak bisa dibendung. Karena ada kesan pembajak karya seni, seolah-olah tak tersentuh jeratan hukum.

LAGU-lagu band D.U.A kini sedang naik daun. Lagunya banyak diputar anak muda melalui smartphone atau melalui VCD yang sudah banyak beredar di pasaran. Lirik lagunya dominan Bahasa Sasak dengan aliran musik pop. Menariknya, tidak hanya warga Lombok yang menggandrungi lagu tersebut. Warga dari luar Lombok seperti Sumbawa dan Bima.  

Namun sayangnya kesuksesan besar itu hampir tak berbanding lurus dengan keuntungan yang diperoleh secara fianansial. Meskipun album dari band D.U.A meledak di pasaran, namun yang mengambil keuntungan awal adalah industri yang membajak lagu tersebut. Mereka mengunduh lagu sampel Band D.U.A melalui situs Youtube kemudian memperbanyak dan mengedarkan albumnya di pasar dan di toko VCD di Lombok.

‘’Kami merugi dari segi materi. Karena belum diproduksi sudah dibajak. Berdasarkan hasil survai dua bulan yang lalu sudah 80 ribu keping yang dicetak oleh pembajak. Sehingga kerugian mencapai Rp 1,2 miliar dengan perhitungan per keping harganya Rp 15 ribu,’’ ujar M. Ichan, pemilik Ichan Studio sekaligus pencipta lagu dan produser Band D.U.A.

Ichan mengatakan, konsep awal memang ingin membuat album, namun terlebih dahulu beberapa single atau lagu diperkenalkan ke publik melalui situs Youtube. Ternyata respons masyarakat terhadap lagu tersebut sangat tinggi, “Itu hanya sampel perkenalan D.U.A ke masyarakat. Namun masyarakat meminta itu di copy, mereka cari ke pasar namun kita belum siapkan albumnya, hanya promo. Terpaksa yang empat lagu itu yang dibajak,’’ katanya dengan nada kecewa.

Namun setelah pembajakan berlangsung cukup massif, Aura Production akhirnya membeli lagu-lagu D.U.A Band dan memasarkannya dengan kualitas yang bagus. Meski sudah dipasarkan secara legal, masih saja pembajakan itu berlangsung. Sehingga pihak Aura Production melaporkan kasus pembajakan tersebut kepada pihak yang berwajib.

Menurut Ichan, pembajakan hasil karya seni memang benar-benar merugikan. Tidak hanya dari segi materi, namun pebajakan juga merugikan dari segi pencipta lagu, karena masyarakat tidak mengetahui profil pencipta dan aransemen lagu. Buktinya banyak yang menganggap bahwa Risa itu nama band, padahal namanya adanya D.U.A Band. Risa adalah vokalis yang mengisi lagu-lagu milik D.U.A.
Penjual VCD bajakan di Lombok

Awal meledaknya lagu-lagu ini, pembajak mengambil kesempatan dengan mencopy lagu melalui Youtube. Sebenarnya dia mengaku sudah mengetahui siapa pelaku pembajakan, namun tidak bisa melakukan tindakan tanpa tangkap tangan.

‘’Kenapa waktu itu tidak dilaporkan ke pihak yang berajib karena album itu belum keluar. Tidak bisa kita laporkan dia karena bentuk fisiknya kan belum ada. Kalau ada bentuk fisiknya kita bisa laporkan dia. Tidak  bisa kami menuding orang, nanti dia bilang hak saya ambil di Youtube. Masyarakat juga meminta, namun Anda tidak mengeluarkan albumnya. Namun kini Aura sudah melaporkan ke pihak berwajib,’’ katanya.

Ichan mengatakan, VCD asli sudah dipasarkan di Pulau Lombok bulan ini. Selanjutnya bulan Februari dipasarkan di Bima dan Dompu. Bahkan dia mengklaim, penggemar lagu-lagu Band D.U.A lebih banyak di Pulau Sumbawa. ‘’ Di album itu ada delapan lagu yang saya buat, 100 persen saya yang menciptakan” tambahnya.

Melihat penikmat lagu-lagu Band D.U.A cukup tinggi, Ichsan sudah menyiapkan tiga album untuk tahun ini dan tahun depan. Bahkan saat ini sudah mulai mempersiapan untuk video clip album kedua.
Langkah proteksi agar tidak terjadi pembajakan di album kedua ini adalah dengan membuat pernyataan di video clip di Youtube. ‘’Buat running di Youtube yang peringatannya kalau anda membeli lagu ini berarti Anda membeli bajakan. Kemudian di Youtube lagunya sepotong nanti sehingga tidak bisa dibajak lagi,’’ katanya.

Beberapa lagu yang menjadi hit di album pertamanya ini antara lain  Endeqne Tethu , Mauq Cerite, , Kadjuman dan lain-lain. Selama ini Band D.U.A lebih banyak melakukan konser dengan pola silent atau tanpa promo terlebih dahulu untuk memberikan kejutan kepada para penonton. Namun tahun ini direncanakan akan melakoni sejumlah konser di beberapa tempat. (Zainudin Ekbis NTB)
Share:

Edi Virtual : Pembajakan, Membuat Musisi Malas Berkarya


Lalu Edi Setiawan

BELUM adanya tindakan tegas terhadap pelaku pembajakan kaset, VCD, DVD, khususnya di dunia hiburan membuat para musisi malas berkarya. Kerja keras dalam menciptakan lagu dan membuat arensemen musik seakan tidak ada artinya, ketika hasil karya banyak beredar dan dibeli orang. Tapi yang menikmati hasilnya adalah para pembajak atau orang yang mengambil keuntungan di balik karya orang lain. 

Pembajak merupakan musuh bersama dari para musisi di seluruh Indonesia atau dunia. Pembajak memanfaatkan kaset, VCD dan DVD yang beredar untuk digandakan dalam jumlah yang besar. Setelah itu dijual dengan harga murah ke masyarakat. 

Begitu juga di NTB. Pembajak hasil karya senimal lokal membuat para musisi malas berkarya. Mereka tidak mau menjadikan pembajak kaya. Sementara para musisi yang menghasilkan karya seni yang digemari masyarakat justru tidak mendapatkan apa-apa. Musisi atau grup musik yang mengandalkan penjualan dari kaset atau VCD dan DVD tidak bisa berharap banyak dari hasil penjualan. Apalagi, harga kaset, VCD dan DVD asli sangat mahal dibandingkan dengan kaset atau VCD bajakan yang beredar luas di masyarakat. 

Sebagai contoh, vokalis Virtual Band Lalu Edi Setiawan, tidak mampu berbuat apa-apa, ketika kaset atau VCD hasil karya musiknya dibajak dan dijual dengan harga murah di pasaran. Sebagai grup musik lokal yang sudah cukup lama eksis, Eed – panggilan akrabnya, mengaku pembajak merupakan musuh utama dari musisi. 

Dicontohkannya, Virtual Band hanya mengeluarkan sebuah album lagu dalam bentuk kaset dan tidak dalam bentuk VCD atau DVD. Namun, yang banyak beredar di pasaran adalah hasil karya Virtual dalam bentuk VCD. ‘’Ini yang kami herankan. Kami tidak pernah mengeluarkan album dalam bentuk VCD. Tapi di VCD itu yang ada suaranya dan visualnya hanya pemandangan-pemandangan saja,’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Rabu (4/1) lalu. 

Sekarang ini, tutur Eed yang juga membuka usaha  rental studio dan musik serta nasi belut ini, dirinya bersama personel Virtual Band yang lain lebih konsentrasi pada pekerjaan masing-masing. Personel Virtual Band, banyak bekerja di luar Kota Mataram dan kumpul saat liburan atau ada momen tertentu. Sementara bagi Eed yang juga staf di Biro Humas dan Protokol Setda NTB ini, tidak hanya terpaku pada salah satu grup musik saja. Artinya, ketika ada kegiatan, dirinya siap tampil bersama band manapun. 

Namun, ketika ada undangan konser langsung menggunakan  personel Babad Band. Apalagi saat tampil sering tampil dengan karakter band yang berbeda. Sebagai contoh, Babad Band untuk band festival dengan lagu-lagu rock happy metal, E-go Band, untuk lagu-lagu religi dan akuistik. ‘’Sementara Virtual Band dengan lagu pop Sasak modern,’’ tuturnya. ‘’Selain itu kita berharap semoga pembajakan tidak ada lagi,’’ tambahnya. 
Jien Rahardja
Gunakan Teknologi 

Lain halnya dengan Jien Rahardja – vokalis The Datu Band Lombok. Itoq, panggilan akrab Jien Rahardja ini berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya pembajakan hasil karya musik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi terhadap VCD yang digunakan. Di mana, VCD yang dijual menggunakan teknologi tertentu, sehingga ketika ada upaya penggandaan VCD tidak bisa dilakukan. Meski demikian, pihaknya menyadari kemungkinan adanya pembajakan terhadap metode seperti itu masih bisa terjadi. ‘’Yang penting kita sudah berusaha,’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Kamis (5/1).

Selain itu, hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah dengan meng-upload lagu-lagu hasil karya yang baru dirilis di YouTube. Itoq yang juga salah satu dosen di perguruan tinggi swasta di Mataram ini, mengkritisi sejumlah musisi atau grup musik ketika baru merilis lagu langsung di-upload di YouTube. Cara seperti ini, ujarnya tidak bagus. Di mana, ketika lagu dirilis, maka banyak orang yang akan mengunduh atau men-download lagu, sehingga orang tidak perlu membeli VCD atau kaset di pasaran. ‘’Jadi sebaiknya, teman-teman musisi, jangan meng-upload dulu ke YouTube, karena itu berpotensi besar dibajak,’’ sarannya. 

Hal lain yang perlu diperhatikan, tuturnya, masalah tingginya permintaan penggemar terhadap lagu-lagu lewat MP3. Sebagai musisi, ia sering diminta mengirim link video atau MP3 lagu-lagu lewat Facebook, Twitter, WhatsApp dan BBM oleh para penggemarnya. Namun, dengan alasan profesional dirinya banyak menolak permintaan para penggemar dan menyarankan untuk membeli VCD secara langsung. ‘’Itulah yang perlu diantisipasi,’’ katanya. (Marham)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive