Be Your Inspiration

Sunday, 22 January 2017

Kerajinan Lontar Lombok Timur yang Bernilai Ekonomis Tinggi

Baiq Nursehan dengan tas berbahan baku daun lontar

Lontar merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan penduduk NTB untuk dijadikan kerajinan tangan. Kerajinan anyaman lontar ini sudah berkembang dari dulu secara turun-temurun. Peminatnya pun sangat banyak, karena nilai keeksotikan daun lontar yang didapat. Pesanan terhadap kerajinan lontar pun cukup banyak, baik dari dalam daerah maupun luar daerah.
Adalah Baiq Nursehan -- salah satu pengepul kerajinan lontar  di Desa Suradadi, Terara, Lombok Timur, mencoba menangkap peluang yang ada. Dengan melihat banyaknya perajin lontar yang ada di desanya, dia mencoba mengumpulkan hasil kerajinan dan menjualnya hingga luar daerah.  “Banyak juga pesanan lontar dari Bali,” terangnya, Rabu (11/1/2017).
Dalam mengumpulkan hasil kerajinan lontar, Sehan – nama panggilannya menerima dari 100 perajin yang ada di Desa Suradadi dan desa sekitarnya. Kerajinan ini kemudian diolah menjadi berbagai macam produk, seperti, keranjang telur, keranjang untuk botol tempat terasi dan keranjang oleh-oleh. 
“Modelnya bisa dipilih atau membawa desain sendiri. Nanti tinggal beritahu perajinnya mau yang seperti apa,” katanya.
Tas berbahan baku lontar dari Lombok Timur

Menurutnya, anyaman lontar bisa bertahan selama 1 tahun asalkan dirawat dengan baik. Konsumen bisa mengambil sendiri atau minta diantarkan untuk pesanan kerajinan lontar mereka. “Tapi kita sudah punya langganan, jadi selalu mereka yang datang ke sini. Yang di Sindu dan Bertais itu, kita tempatnya ngambil,” klaimnya.
Harga kerajinan lontar beragam, tergantung banyak sedikitnya jumlah pembelian. Kalau 1 kodi keranjang kecil harganya Rp 3.500/biji, kalau beli 1 keranjang ukuran sedang harganya Rp 6 ribu dan Rp 5 ribu/biji kalau beli banyak. Keranjang ukuran besar harganya Rp 8 ribu/biji. ‘’Kalau beli banyak, topi Rp 2.500/biji kalau beli banyak dan keranjang botol Rp 25 ribu/kodi,” jelas Sehan.
Ia selalu menyetok dalam jumlah banyak karena pesanan bisa datang tiba-tiba. Diakuinya, topi dan keranjang banyak yang cari, sehingga harus selalu distok.
Selain itu, wisatawan mancanegara banyak yang menyukai kerajinan ini, karena keunikannya. “Mereka lebih suka warna yang kalem, beda dengan orang sini yang lebih suka warna ngejreng,” katanya.
Meski demikian, usaha ini juga memiliki kendala besar terkait perajin. Jumlah penganyamnya kurang karena regenerasi kurang. Padahal kalau mereka serius, usaha ini bisa mencukupi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Untuk itu, ia berharap bisa belajar tentang pemasaran karena yang sekarang dirasanya belum rapi. “Juga bisa mendapat dana hibah agar bisa memajukan usaha,” lanjutnya.
Daun lontar untuk membuat kerajinan didatangkan dari Bima, karena memiliki serat daun yang gampang dibentuk. “Kalau daun lontar di sini dia ndak bagus, cepat patah dan membuat tangan sakit, hanya bisa untuk buat topi saja,” terang Sehan.
Menganyam lontar hanya bisa dilakukan saat pagi sampai menjelang siang. “Kalau sore, daun lontarnya keras, susah dibentuk,” katanya. (Uul/Ekbis NTB)
Share:

Mangun Idi dan Bundaran Giri Menang Square yang Jadi Ikon Lombok Barat

Mangun Idi bersama relasi kerjanya

MELEWATI jalan By Pass Lombok International Airport (LIA) dari Kota Mataram, kita akan melewati Bundaran Giri Menang yang biasa dijadikan tempat nongkrong masyarakat seputaran Giri Menang dan sekitarnya. Jika kita perhatikan pada bundaran, terdapat replika masjid yang mengelilingi tempat tersebut. Sosok di balik replika adalah Mangun Idi yang memang dikenal sebagai seniman serba bisa di Lombok Barat.
Saat ditemui Ekbis NTB,Rabu (21/12/2016) di Desa Telagawaru, Labuapi Lombok Barat Mangun, panggilan akrabnya, mengaku, jika dirinya sebelumnya adalah perajin kerajinan kayu. "Dulu Labuapi terkenal sebagai sentra kerajinan kayu, di mana banyak dikirim ke Bali," ujarnya.
Usaha kerajinan kayu tersebut ada sejak tahun 1993 dan mencapai puncak kejayaannya antara 1997 - 2002. "Saat itu, bahan baku kayu masih mudah ditemui," terangnya. Kerajinan kayu yang paling terkenal, jelasnya, adalah kerajinan cicak dan topeng.
Pada masa jayanya, harga kerajinan cicak bisa mencapai Rp 17 ribu bahkan Rp 30 - 35 ribu jika kualitasnya bagus. " Kalau sudah dikirim ke Bali, bisa Rp 60 ribu harganya," kata Mangun. Sedangkan topeng khas Lombok ukuran 1 meter dihargai Rp 17 ribu dan ukuran 0,5 meter dihargai Rp 8.500.
Tetapi, setelah bom Bali tahun 2002, berimbas pada usaha kerajinan kayu di daerah Labuapi, karena pesanan yang tidak ada. "Sekarang masih ada pesanan, tapi sedikit (pesanannya)," ujar Mangun. Untuk itu, ia mulai beralih membuat kerajinan lain untuk menyambung hidup. "Yang penting dapur ngepul," ujar pria 40 tahun ini.
Mangun pun beralih ke usaha bengkel las "Tiga Mas"  sejak tahun 2011 dengan menerima berbagai pesanan seperti kanopi, terali, dan lainnya. "Saya sebenarnya buat apa saja dan menerima segala orderan," terang bapak 2 anak ini. Dalam bisnis las tersebut, ia juga mengkombinasikan antara kerajinan besi dan kayu, misalnya pada gerbang atau kursi.
Bundaran Giri Menang Square yang jadi ikon Lombok Barat hasil karya Mangun Idi (dokumentasi Bappeda Lobar)

Selain usaha las dan kerajinan kayu, Mangun juga sering mendesain mesin-mesin produksi untuk membantu pengusaha UKM. "Pada TTG (Teknologi Tepat Guna) di Sumbawa, saya membuat mesin kerupuk dan keripik, di mana kapasitas keripik yang dihasilkan bisa 1 kuintal dalam 1 jam sedangkan kerupuk bisa 0,5 kuintal dalam 1 jam," jelasnya.
Saat TTG di Bima, ia membuat mesin batu akik yang laris dibeli pengunjung. Keterampilannya membuat mesin ini, didapatkan lewat pelatihan di Posiantek. Masih banyak lagi mesin rancangannya, seperti mesin gergaji serbaguna untuk memotong desain kerajinan cicak.
Ke depannya, Mangun berharap bisa mengaktifkan kembali kerajinan kayu di Labuapi  agar perekonomian masyarakat bisa kembali. " Untuk itu, kita memulainya dengan mencari bahan, kualitas, teknologi, dan desain yang baru," katanya.
Ia melanjutkan, bahwa kekurangan perajin di Lombok adalah desain yang itu-itu saja tanpa adanya inovasi. Selain itu, juga perlu perubahan bentuk barang dan pelatihan SDM agar mengetahui kualitas barang
Share:

Ahmad Toyib, Ahli Ukir Es Asal Lombok di Arab Saudi

Ahmad Toyib dengan karya styrofoam yang mendunia.

AHLI mengukir buah, es atau styrofoam di NTB bisa dibilang tidak banyak. Jika ada, kebanyakan adalah orang luar yang bermukim di sini, sedangkan orang lokal sendiri jarang yang menekuni usaha ini. Melihat hal itu, H. Ahmad Toyib mulai menekuni dunia mengukir yang tidak banyak orang lokal melakukannya.
“Saya basicnya di perhotelan, tetapi kemudian dikirim ke Saudi Arabia selama 2 tahun sebagai seniman hotel untuk carving (mengukir),” terangnya saat ditemui Ekbis di kediaman sekaligus tempat kerjanya, Selasa (3/1/2017).
Toyib – nama panggilannya menerangkan, di Arab Saudi dirinya biasa mengukir makanan, es, styrofoam, serta face painting untuk anak-anak. Di Arab Saudi, Toyib sempat mengikuti lomba mengukir antar negara-negara Timur Tengah. “Hanya saya sendiri yang dari Indonesia. Lombanya sendiri mengukir buah dan es dengan batas waktu tertentu,” terang ayah 1 anak ini.
Ia berhasil mendapat juara dalam kategori fruit craving serta ice carving menyisihkan peserta lain. Piagam serta medali hasil lomba tersebut bisa dilihat berjajar memenuhi ruang kerjanya.
Ahmad Toyib dengan hasil karyanya

Namun, ia memutuskan untuk pulang dan mulai bekerja di dekorasi milik orang lain selama 1 tahun. Baru di tahun 2014, ia memberanikan diri membuka usaha dekorasi sendiri dengan nama ‘Alfa Deko’ yang menyasar kampung-kampung yang budgetnya rendah. “Baru kemudian ada yang menawarkan untuk dekorasi di gedung sampai sekarang,” kata Toyib. Untuk dekor, ia menggunakan bahan dari styrofoam yang bahannya mudah ditemui.
Dekor yang banyak dibuatnya sekarang adalah dekorasi untuk pelaminan. “Kita spesialis untuk dekor di gedung dan rumah, untuk semua kegiatan mulai dari akad sampai resepsi,” kata Toyib. Harganya tergantung dari besaran terop yang digunakan (untuk rumah) dan besarnya gedung. “Kisaran harganya mulai Rp 2,5 – 4 juta untuk acara di rumah, dan Rp 6 juta ke atas untuk di gedung,” terang pria 32 tahun ini.
Usaha dekorasinya ini sendiri pekerjanya adalah tetangga sekitarnya yang menganggur dan putus sekolah. “Kita ada 9 pekerja tetapnya, tetapi kalau banyak pesanan, ada pekerja panggilan yang totalnya bisa 16 orang,” kata Toyib. Model dekorasi sendiri, ia selalu melihat perkembangan baru lewat internet agar sesuai keinginan konsumen.
Toyib selalu menganggap setiap pekerjaan yang dilakukannya adalah untuk diri sendiri. “Sehingga kita harus puas dulu pada setiap pekerjaan,” terangnya. Setiap ada kritik dan saran yang diterimanya, ia menjadikannya penyemangat untuk lebih baik ke depannya. “Untuk membuat setiap pekerjaan dengan hasil yang besar jangan hanya berpikir untuk sendiri saja, tetapi bagaimana juga orang lain bisa bekerja,” terangnya. Untuk itu, diperlukan istiqomah dan dihayati setiap pekerjaan yang dilakukan. Ke depannya, ia ingin semakin bermanfaat bagi banyak orang dan bisa lebih luas lagi mengembangkan usahanya yang sekarang.  (Uul/Ekbis NTB)
Share:

Yunani, Sang Kaligrafer Andalan NTB

Yunani sedang mengerjakan kaligrafi di salah satu masjid di Pulau Lombok NTB

KALIGRAFI merupakan salah satu jenis karya seni rupa yang menekankan keindahan yang terdapat pada bentuk-bentuk huruf yang telah dimodifikasi atau digayakan, sehingga mempunyai nilai estetika. Tulisan kaligrafi biasanya banyak kita temukan di masjid atau rumah. Profesi kaligrafer sendiri di Lombok belum terlalu banyak ditekuni oleh orang, karena membutuhkan kesabaran yang tinggi.
Salah satu kaligrafer yag sering menerima orderan melukis kaligrafi di Lombok adalah Yunani S.Pdi. Pria asal Telagawaru, Labuapi, Lombok Barat ini menuturkan ia belajar kaligrafi secara otodidak. "Tahun 1995 saat saya masih MTs, teman saya banyak yang buat kaligrafi dan saya ikut-ikutan buat. Terus banyak teman yang pesan sama saya," katanya saat ditemui Sabtu (31/12/2016) di Hotel Pratama, Mataram.
Yunani mulai secara serius menekuni dunia kaligrafi saat mulai kuliah. Baru pada tahun 2000, ia mulai mengikuti lomba MTQ dari tingkat kecamatan. "Kemudian ikut lomba ke tingkat kabupaten mewakili Lombok Tengah, terus lanjut ke tingkat provinsi dan nasional" kata Yunani. Di tingkat nasional sendiri, ia sudah 4 kali mengikuti lomba MTQ mewakili Provinsi NTB.
Karya kaligrafi yang dihasilkannya kebanyakan berupa kaligrafi kontemporer, di mana kaligrafi berbentuk lukisan menggunakan gaya ekspresionis. "Kaligrafi kontemporer ini, huruf atau ayat kaligrafi bebas dibentuk dengan berbagai model tetapi sesuai kaidah. Orang akan melihatnya sebagai bentuk benda tapi sebenarnya itu adalah huruf atau tulisan kaligrafi," jelas Yunani yang juga pengajar di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri. Jadi, orang akan mendapat dua keuntungan yaitu lukisan dan tulisan kaligrafi.
Yunani dan hasil karya kaligrafinya. 

Kaligrafi kontemporer sendiri ditekuninya sejak 3 tahun lalu. "Saya terinspirasi oleh Amri Yahya yang lukisannya bisa terjual jutaan," kata pria 36 tahun ini.
Tidak heran ,ia banyak menerima pesanan dari berbagai pihak yang tertarik akan karyanya. "Salah satunya adalah di Masjid Menara Kembar Tunggal di Banyumulek itu,"terang pria Dewan Hakim Kaligrafi Provinsi NTB ini.
Biasanya untuk pengerjaan satu buah menara kubah, membutuhkan waktu hingga 5 minggu tergantung ukuran kubah. "Tapi kita bisa dapat Rp 25 juta sekali pengerjaan dengan ukuran 95 m2," kata Yunani. Untuk setiap meter kubah, harganya bisa mencapai Rp 400 ribu/meter tergantung besarnya kubah yang dikerjakan. Sedangkan jika untuk dinding masjid, harganya bisa Rp 300 ribu/meter.
Ia juga menjual lukisan kaligrafi yang dijualnya Rp 200 ribu untuk ukuran 60x40 cm dan Rp 400 ribu untuk ukuran 120 cm x 1 meter. "Dalam melukis harus memaknai dan tenang saat mengerjakannya," kata Yunani. Ia lebih suka melukis kaligrafi berdasar kreasi sendiri tanpa ada intervensi dari yang lain. "Kalau berdasarkan pesanan, susah untuk mengapresiasikannya ke dalam bentuk yang diinginkan," terangnya.
Menurut Yunani, perkembangan kaligrafi di NTB sangat bagus karena minat masyarakat yang tinggi terhadap kaligrafi karena mayoritas penduduk Muslim. "Tetapi di sini belum banyak kaligrafer yang membuat kaligrafi untuk konsumsi umum, hanya saat ada pesanan dan lomba saja baru buat," terangnya.
Ke depannya, ia ingin di setiap rumah memiliki tulisan kaligrafi agar terus mengingat Al Qur'an dan terus menggalakkan kaligrafi ke masyarakat umum. (Uul Ekbis NTB)
Share:

Sunday, 15 January 2017

Penemuan Tengkorak Manusia di Sembalun dan Misteri Letusan Gunung Samalas

Tengkorak yang ditemukan di Sembalun. Diduga korban letusan Gunung Samalas

Masyarakat setempat di Dusun Lendang Luar, Desa Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Barat, memandang bahwa fenomena penemuan tengkorak manusia di dua tempat penambangan tanah uruk di dusun tersebut merupakan hal yang biasa. Menurut pengakuan para penambang, hampir setiap harinya warga yang melakukan aktivitas penambangan menemukan bagian dari tulang belulang manusia, lalu kemudian menguburnya kembali.
Dikonfirmasi  di lokasi penambangan tempat biasa ditemukannya tengkorak manusia itu, Amaq Altin, salah satu penambang setempat mengatakan bahwa penemuan tulang lutut maupun tengkorak manusia di lokasi tempat dilakukannya penambangan merupakan hal yang biasa ditemukan. Sehinggga ia bersama rekannya tidak terlalu menghiraukan terkait tengkorak-tengkorak yang ditemukan. Selain itu, Amaq Altin yang sudah bekerja sebagai penambang sekitar 3 tahun lamanya ini mengungkapkan bahwa tidak ada ketakutan sedikitpun meskipun hari-harinya dihantui oleh penemuan tengkorak maupun tulang manusia.
‘’Sering mas kita temukan tengkorak ataupun tulang manusia disini, (lokasi penambangan). Itu sudah hal yang biasa kita temukan yang kemudian kita kumpulkan dan kita isi dalam karung lalu kemudian kita kubur lagi,’’ terangnya, Jumat (13/1/2017). 
Aktivitas galian C di lokasi penemuan tengkorak yang diduga jadi korban letusan Gunung Samalas di Kompleks Gunung Rinjani Lombok Timur
Adapun, katanya, yang paling sering ditemukan dari beberapa bagian tubuh manusia di lokasi penambangan, seperti gigi dan bagian lutut. Untuk gigi, lanjutnya, biasa yang ditemukan bagian gigi paling belakang dengan ukuran cukup besar sekitar ukurannya mata linggis. ‘’Yang paling sering kita temukan itu gigi dan bagian lutut. Terkadang beberapa diantaranya sudah menyerupai tanah uruk ini sehingga kita naikkan saja ke atas mobil untuk diangkut,’’ungkapnya.

Baca Juga : Mencari Misteri Jejak Kerajaan yang Hilang
Sementara, salah satu sopir dump truck yang berkativitas di sana, Neti juga menyampaikan hal sama terkait seringnya ditemukan puluhan tengkorak dan tulang belulang di lokasi penambangan. Untuk penemuan tengkorak, katanya, pertama kali ditemukan sekitar dua tahun yang lalu di lokasi penambangan yang saat ini lahan tersebut sudah dialihfungsikan sebagai ladang dengan ditanamnya tanaman tomat oleh pemiliknya. ‘’Nah, di tempat tanaman tomat itu dulu sering ditemukan tengkorak-tengkorak manusia berukuran besar. Itu setiap hari, ditemukan dengan jumlah tengkorak cukup banyak,’’ tuturnya.
Salah satu penambang menunjukkan tulang lutut yang diduga merupakan tulang korban dari letusan Gunung Samalas

Terpisah, Kepala Dusun Lendang Luar, Desa Sembalun Kecamatan Sembalun, Nasrullah menjelaskan bahwa lokasi penambangan tanah uruk beserta lahan di sekitarnya memang merupakan kuburan. Akan tetapi, katanya, sampai saat ini para tokoh agama maupun sesepuh khususnya yang ada di Dusun Lendang Luar, Desa Sembalun tidak mengetahui kubur tersebut milik siapa. Sehingga sekitar tahun 90-an, kubur yang memiliki luas sekitar 50 sampai 60 are tersebut berdasarkan hasil musyawarah bersama tokoh-tokoh masyarakat, agama dan pihak terkait lainnya pada saat itu dibagi.
‘’Untuk penemuan tengkorak memang sudah merupakan hal yang biasa karena itu bekas kuburan dan tidak ada yang tahu kuburan itu milik siapa. Sehingga pada tahun 90-an lahan kuburan itu dibagi, ada yang menjadikannya ladang untuk bercocok tanam dan ada menjadikannya lokasi penambangan. Untuk pemiliknya juga sudah memegang masing-masing surat dari tanah itu,’’ jelasnya.
Nasrullah meyakini, apabila dilakukan penggalian terhadap semua ladang di sekitar lokasi penambangan. Maka dapat dipastikan bahwa akan ditemukan banyak sekali tengkorak maupun tulang-belulang manusia dengan ukurannya jauh lebih besar dibandingkan ukuran tubuh manusia saat ini. ‘’Saya yakin, kalau digali semua ladang yang ada di sekitar kompleks itu pasti ditemukan banyak sekali tengkorak karena disana bekas kuburan,’’pungkasnya.
Belum Terima Laporan

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lombok Timur (Lotim), Lalu Suandi hingga saat ini belum menerima laporan resmi terkait adanya penemuan puluhan tengkorak manusia serta perkakas kuno yang ditemukan oleh pekerja tambang tanah uruk di Dusun Lendang Luar, Desa Sembalun Kecamatan Sembalun. Meskipun demikian, ia berjanji akan menelusuri penemuan tersebut. ‘’Terus terang saya belum mendapatkan informasinya sampai saat ini terkait penemuan perkakas itu,’’akunya dikonfirmasi, Jumat (13/1/2017).

Menurut Lalu Suandi, penemuan tengkorak dan perkakas kuno saat ini merupakan suatu hal yang menarik untuk ditelusuri secara mendatail kebenaran informasi tersebut. Sehingga salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan melakukan koordinasi dengan UPTD Dikbud yang ada di Sembalun untuk terus memantau perkembangan dan aktivitas masyarakat yang melakukan penambangan di lokasi itu. ‘’Nanti kita koordinasikan informasi ini dengan UPTD Dikbud di Sembalun, sehingga segala informasi tetap kita dapatkan,’’ jelasnya.
Sementara Camat Sembalun, Usman, S.Sos menyampaikan bahwa lokasi penambangan tersebut memang merupakan bekas kuburan masyarakat Sembalun zaman dulu. Di katanya, pada tahun 2015 lalu juga sudah ditemukan tengkorak oleh para pekerja tambang di Dusun Lendang Luar tersebut. Sementara untuk yang sekarang, katanya, masyarakat di Kecamatan Sembalun sama sekali tidak ada yang membahas terkait dengan penemuan puluhan tengkorak yang disertai dengan perkakas kuno tersebut. ‘’Memang di lokasi itu bekas kuburan, kemungkinan itu kuburan masyarakat Sembalun zaman dulu,’’ terangnya.

Sementara, Amaq Raihan, masyarakat setempat yang dikonfirmasi tidak mengetahui adanya penemuan puluhan tengkorak manusia dilokasi penambangan di Dusun Lendang Luar Kecamatan Sembalun. Ia menyebutkan, lokasi penambangan tanah uruk di Dusun Lendang Luar hanya berjumlah dua tempat, namun satu tempat penambangan itu sudah ditutup. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Thursday, 12 January 2017

Pariwisata Lombok Dinilai Bisa Menyalip Bali

Keindahan panorama pantai di Lombok tidak kalah eksotis dengan keindahan pantai yang ada di Pulau Bali.

Keragaman etnis masyarakat yang menduduki Pulau Lombok, menjadi satu kekayaan yang dapat diandalkan sebagai potensi unggul dalam dunia pariwisata. Suasana yang terbangun di Pulau Lombok membuat wisatawan merasa seolah – olah sedang berada di Bali.
“Luar biasa suasananya, berada di Lombok serasa lagi di Bali. Lombok bisa nyalip kemajuan pariwisata Bali nih kalau kayak begini,” kata assesor Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) Pariwisata Bali, Kadek Wira Adi Saputra, Selasa (10/1/2017).
Secara geografis, Pulau Lombok sangat dekat dengan Bali. Karakteristik alam di dua daerah yang berbeda ini dinilai tidak terlalu berbeda. Kemajuan pariwisata Bali didukung oleh kemajuan infrastruktur dan keunikan budaya masyarakatnya.
“Unggulnya pariwisata Bali itu, karena keunikan kultur budaya masyarakatnya. Kalau alam, saya kira tidak jauh berbeda,” jelasnya.
Objek pariwisata Bali, memiliki keunggulan karena kebersihannya terawat. Pelaku pariwisata di Lombok, dapat mengejar standar pengelolaan objek pariwisata seperti yang dilakukan masyarakat di Pulau Dewata itu. Pekerjaan mendasar yang masih harus dilakukan dengan tekun, yakni mengedukasi publik agar tidak membuang sampah sembarangan.
“Disamping, masyarakat juga diajak menciptakan suasana yang aman sehingga wisatawan menemukan kenyamanan dan ketentraman,” pintanya.
Ia juga menyarankan agar pelaku pariwisata mengoptimalkan peran atraksi seni dan budaya. Kekhasan budaya masyarakat di daerah Lombok maupun Sumbawa, dapat dijadikan produk unggulan yang ditawarkan terhadap para wisatawan di seluruh dunia.
“Keunggulan dari kebudayaan masyarakat, itu bisa diperankan secara maksimal untuk mendatangkan wisatawan. Saya kira, di Lombok ini tinggal meningkatkan hal yang itu dulu, sebelum mengarah pada upaya memajukan fisik infrastruktur,” bebernya.
Jika hal itu bisa dilakukan secara optimal, kemajuan pariwisata di Lombok ini diyakininya akan mendahului Bali. Pelaku – pelaku pariwisata di daerah ini harus mempunyai target, paling tidak dalam jangka 10 tahun kedepan kedudukan pariwisata NTB harus sudah setera dengan kemajuan pariwisata yang berkembang di Bali. (Mamet)



Share:

Jelang Imlek 2017, Hotel Aruna Senggigi Siapkan Paket Wisata Murah

Atraksi barongsai saat Hari Imlek di Mataram Lombok 2016

Menjelang perayaan imlek, hotel – hotel mulai siapkan paket wisata murah untuk wisatawan. Momen libur pada perayaan tahun baru imlek, menjadi peluang besar bagi para turis domestik untuk rekreasi.
“Paket yang kami sediakan menjelang imlek, ada paket makan yang harganya terjangkau. Meskipun tahun ini memang kami belum menyiapkan sesuatu yang spesial. Kita berupaya menangkap momen libur yang biasanya dipadati pengunjung,” kata Firman, General Manager Aruna Hotel Senggigi, Rabu (11/1/2017).
Setiap perayaan imlek, tren angka kunjungan wisatawan ke pulau lombok selalu mengalami peningkatan. Ini dibuktikan melalui tingkat hunian atau okupansi hotel, khususnya di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai 80 persen, pada saat ini. Biasanya, okupansi hotel pada momen perayaan tahun baru tersebut bertahan pada angka 90 persen. Seperti dikemukakan oleh General Manager The Jayakarta Hotel & Resort di Sengigi.
“Tidak sampai full, tetapi biasanya bertahan pada angka 90 persen okupansinya. Jelang imlek tahun ini, okupansi di hotel kami sudah lumayan,” jelas Cherry Abdul Hakim, General Manager The Jayakarta Hotel, Senin kemarin.
Tamu – tamu yang berkunjung ke Lombok pada momen imlek tersebut, berasal dari kalangan wisatawan. Tamu yang berkunjung bertujuan mengisi momen libur dengan bersafari di beberapa spot wisata unggulan daerah ini.
“Tamu yang mendominasi berasal dari kalangan wisatawan yang memang datang untuk liburan. Karena memang momennya sedang libur, tanggal merah,” jelasnya.
Perayaan imlek pada tahun lalu cukup semarak. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), berupaya mendatangkan pelaku – pelaku seni dari Tiongkok. Banyak atraksi memukau yang dilakukan pelaku – pelaku seni dari luar negeri itu. Perayaan imlek tahun lalu, dicanangkan sebagai ajang silaturahmi budaya masyarakat lintas etnis. Momentum tersebut menjadi ajang persentuhan demi mempererat tali persaudaraan antar umat berbangsa dan beragama di Pulau Lombok.
Persentuhan dan relasi persahabatan antar umat yang terbangun atas keberagaman di pulau Lombok terjalin harmonis. Nilai – nilai penghormatan dan rasa bertoleransi antar umat beragama di kalangan masyarakat yang menduduki pulau seribu masjid ini masih sangat tinggi.
Nilai – nilai yang telah terbangun di kalangan seluruh lapisan masyarakat itu patut diapresiasi dan dirawat. Tujuannya supaya masyarakat di daerah ini tetap mampu menciptakan suasana yang tentram, damai dan sejahtera. Tidak ada perilaku negatif yang bersifat saling melecehkan keyakinan. Perilaku yang tentunya berpotensi menghancurkan kerukunan sehingga mengganggu kenyamanan. (Sahmat Darmi)
Share:

Ini Dia, Anggaran Penataan Destinasi Kabupaten/Kota di NTB Tahun 2017

Destinasi Wisata Sendang Gile di Lombok Utara yang masih membutuhkan penataan oleh pemerintah daerah dan pusat.

Kota Bima mendapatkan sejumlah anggaran untuk pembenahan khusus destinasi yang sudah ada dan banyak dikunjungi wisatawan. Total anggaran pembenahan itu mencapai Rp 437.400.000. Pembenahan dilakukan untuk menambah kesan nyaman bagi wisatawan yang berkunjung. Anggaran ini digunakan untuk pembenahan fisik beberapa destinasi di Kota Bima.
“Kita lakukan pembenahan secara merata. Di Pulau Lombok dan Sumbawa termasuk di Bima. Sehingga kita bisa melakukan promosi pariwisata, karena destinasi wisata di daerah itu telah siap,” kata Kepala Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Provinsi NTB Lalu Kusuma Wijayai.
Anggaran itu digunakan untuk melakukan pembenahan pada pembangunan toilet dan shelter kawasan Lawata senilai Rp 200 juta. Kemudian pembangunan sarana dan prasarana di kawasan Lawata dengan anggaran sebesar Rp 200 juta. Sisanya digunakan untuk biaya perencanaan dan biaya pengawasan.
“Untuk Kota Bima itu di Lawata. Disana banyak wisatawan yang datang. Kita ingin itu dibenahi sehingga wisatawan bisa merasa lebih nyaman saat berkunjung,” ujarnya.
Diketahui bahwa Kota Mataram mendapatkan anggaran destinasi sebanyak Rp 765.750.000. Sedangkan Lombok Barat mendapatkan anggaran sebesar Rp 1.950.000.000. Lombok Utara sebanyak  Rp 910.000.000 dan Lombok Tengah sebesar Rp 1.294.200,000. Dompu dan Bima masing-masing sebesar  Rp 945.400.000 dan Rp 218.700.000. Sementara Kabupaten Sumbawa Barat, Kota Bima dan Sumbawa sama-sama sebesar Rp 437.400.000. Kabupaten Lombok Timur mendapatkan anggaran destinasi sebesar Rp 1.427.000.000. Sisa anggaran dipergunakan untuk memenuhi fasilitas dan pelayanan dasar di beberapa destinasi wisata. Misalnya pembangunan mushalla dan toilet. Sebab total anggatan destinasi dari Dinas Pariwisata pada tahun 2017 mencapai Rp 13.884.271.880.

Masyarakat juga diharapkan dapat menjaga destinasinya sehingga tetap asri. Selain itu fasilitas pendukung yang telah dibangun juga agar dapat dipelihara dengan baik. Sebab seringkali wisatawan menjumpai toilet yang tidak bersih dan tempat ibadah yang kotor. Sehingga jika itu dijaga, wisatawan yang datang merasa nyaman dan merasa ingin kembali lagi. (Lingga)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive