Be Your Inspiration

Sunday 22 January 2017

Mangun Idi dan Bundaran Giri Menang Square yang Jadi Ikon Lombok Barat

Mangun Idi bersama relasi kerjanya

MELEWATI jalan By Pass Lombok International Airport (LIA) dari Kota Mataram, kita akan melewati Bundaran Giri Menang yang biasa dijadikan tempat nongkrong masyarakat seputaran Giri Menang dan sekitarnya. Jika kita perhatikan pada bundaran, terdapat replika masjid yang mengelilingi tempat tersebut. Sosok di balik replika adalah Mangun Idi yang memang dikenal sebagai seniman serba bisa di Lombok Barat.
Saat ditemui Ekbis NTB,Rabu (21/12/2016) di Desa Telagawaru, Labuapi Lombok Barat Mangun, panggilan akrabnya, mengaku, jika dirinya sebelumnya adalah perajin kerajinan kayu. "Dulu Labuapi terkenal sebagai sentra kerajinan kayu, di mana banyak dikirim ke Bali," ujarnya.
Usaha kerajinan kayu tersebut ada sejak tahun 1993 dan mencapai puncak kejayaannya antara 1997 - 2002. "Saat itu, bahan baku kayu masih mudah ditemui," terangnya. Kerajinan kayu yang paling terkenal, jelasnya, adalah kerajinan cicak dan topeng.
Pada masa jayanya, harga kerajinan cicak bisa mencapai Rp 17 ribu bahkan Rp 30 - 35 ribu jika kualitasnya bagus. " Kalau sudah dikirim ke Bali, bisa Rp 60 ribu harganya," kata Mangun. Sedangkan topeng khas Lombok ukuran 1 meter dihargai Rp 17 ribu dan ukuran 0,5 meter dihargai Rp 8.500.
Tetapi, setelah bom Bali tahun 2002, berimbas pada usaha kerajinan kayu di daerah Labuapi, karena pesanan yang tidak ada. "Sekarang masih ada pesanan, tapi sedikit (pesanannya)," ujar Mangun. Untuk itu, ia mulai beralih membuat kerajinan lain untuk menyambung hidup. "Yang penting dapur ngepul," ujar pria 40 tahun ini.
Mangun pun beralih ke usaha bengkel las "Tiga Mas"  sejak tahun 2011 dengan menerima berbagai pesanan seperti kanopi, terali, dan lainnya. "Saya sebenarnya buat apa saja dan menerima segala orderan," terang bapak 2 anak ini. Dalam bisnis las tersebut, ia juga mengkombinasikan antara kerajinan besi dan kayu, misalnya pada gerbang atau kursi.
Bundaran Giri Menang Square yang jadi ikon Lombok Barat hasil karya Mangun Idi (dokumentasi Bappeda Lobar)

Selain usaha las dan kerajinan kayu, Mangun juga sering mendesain mesin-mesin produksi untuk membantu pengusaha UKM. "Pada TTG (Teknologi Tepat Guna) di Sumbawa, saya membuat mesin kerupuk dan keripik, di mana kapasitas keripik yang dihasilkan bisa 1 kuintal dalam 1 jam sedangkan kerupuk bisa 0,5 kuintal dalam 1 jam," jelasnya.
Saat TTG di Bima, ia membuat mesin batu akik yang laris dibeli pengunjung. Keterampilannya membuat mesin ini, didapatkan lewat pelatihan di Posiantek. Masih banyak lagi mesin rancangannya, seperti mesin gergaji serbaguna untuk memotong desain kerajinan cicak.
Ke depannya, Mangun berharap bisa mengaktifkan kembali kerajinan kayu di Labuapi  agar perekonomian masyarakat bisa kembali. " Untuk itu, kita memulainya dengan mencari bahan, kualitas, teknologi, dan desain yang baru," katanya.
Ia melanjutkan, bahwa kekurangan perajin di Lombok adalah desain yang itu-itu saja tanpa adanya inovasi. Selain itu, juga perlu perubahan bentuk barang dan pelatihan SDM agar mengetahui kualitas barang
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive