Be Your Inspiration

Tuesday, 10 October 2017

Berpasangan dengan Suhaili, Muh. Amin Akui Satu Arahan dari TGB

Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin bersama siswa SMAN 5 Mataram di acara Inspiratif Expo Diskominfotik NTB, Minggu (8/10/2017)
Keputusan Ketua DPW Partai Nasdem NTB H. Muh. Amin, SH., MSi., memilih sebagai calon wakil H. M. Suhaili FT, SH., untuk maju pada Pilkada NTB 2018 mendatang tidak terlepas dari arahan dari anggota Majelis Tinggi Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Dr. TGH. M. Zainul Majdi. TGB – sapaan akrab Gubernur NTB itu, ujar Amin, memberikan pandangan pada dirinya bagaimana menghadapi pilkada NTB.

‘’Dan saya maju ini, saya kira berawal dari saya minta pandangan dari beliau, minta pandangan, arahan, konsultasi, termasuk berpasangan dengan Suhaili. Ini artinya, komunikasi yang sudah berlangsung. Bagi orang lain kaget, tapi bagi beliau tidak,’’ ungkap H. Muh. Amin yang juga Wakil Gubernur NTB ini saat ditemui usai menghadiri kegiatan Inspiratif Expo yang digelar Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik NTB, Minggu (8/10/2017).

Amin menegaskan, hubungan antara dirinya dengan TGB di sisa setahun masa jabatannya tetap baik dan harmonis. Apa yang disampaikannya ini, ingin menunjukkan pada banyak pihak di luar, jika komunikasi atau hubungan dengan banyak TGB tidak ada masalah. Menyinggung dirinya berpasangan dengan Suhaili dan tidak mendaftar di Partai Demokrat saat membuka pendaftaran bakal calon kepala daerah beberapa waktu lalu tidak perlu dipermasalahkan.

‘’Kalau ada perbedaan, itu adalah pilihan politik, karena saya adalah pimpinan partai, beliau adalah pimpinan partai dan bukan sesuatu yang harus dipolemikkan atau dipermasalahkan. Saya kira wajar-wajar saja dalam konteks demokrasi,’’ terangnya.

Mantan politisi Partai Golkar ini memastikan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan bersama TGB berjalan dengan baik.  ‘’Bagi saya dan beliau tetap komitmen, dari awal sampai akhir tetap kompak. Jadi tidak terganggu hubungan saya dengan beliau. Dan beliau tidak mempermasalahkan hal itu, karena wilayah politik masing-masing partai dan hubungan tetap harmonis dan kompak di sisa 1 tahun masa pemerintahan,’’ terangnya.


Terkait pilkada, wagub mengaku sudah ke DPP Nasdem mendapatkan surat keputusan mengikuti pilkada NTB bersama Suhaili FT, yang juga Ketua DPD Partai Golkar NTB. Pihaknya sudah melalui mekanisme yang sudah ditetapkan partai, sehingga ada keputusan merekomendasikannya berpasangan dengan Suhaili di Pilkada NTB.  Sementara dari DPP Partai Golkar, tambahnya, pihaknya sudah ada rekomendasi dan menunggu SK penetapan dari DPP untuk maju bersama Suhaili di Pilkada NTB.  (Marham)
Share:

Monday, 9 October 2017

Pipik Dian Irawati Popon Terpesona Keindahan Gili di Sekotong

Rombongan Umi Pipik Dian Irawati Popon dan keluarga  menikmati keindahan Gili Sekotong Lombok Barat
Pipik Dian Irawati Popon atau biasa disapa Umi Pipik, istri mendiang Ustad Jefri Al-Bukhori bersama keluarga kecil dan rekan-rekanya berkunjung ke sejumlah gili di wilayah Sekotong. Ia menghabiskan waktu akhir pekannya, setelah menghadiri pengajian di Mataram akhir pekan kemarin. Umi Pipik-sapaan akrab ustazah muda ini mengaku sangat terpukau dengan keindahan pantai gili di wilayah paling selatan Lobar tersebut.

Wanita yang memutuskan memilih menutup aurat dengan cara bercadar tersebut, datang bersama rombongan didampingi panitia acara dari Mataram. Dalam rombongan itu turut serta anaknya yakni Adiba Khanza Az-Zahra, Abidzar Al Ghifari, Ayla Azuhro dan Attaya Bilal Rizkillah. Wanita kelahiran Semarang, 26 November 1977 tersebut tiba di Pelabuhan Penyeberangan tradisional Batu Kijuk sekitar pukul 13.00 Wita mengendarai kendaraan  dari Mataram. Setelah beristirahat sejenak rombongan Umi Pipik bertolak ke Gili Nanggu, Gili Sudak dan Gili Tangkong.

Dipandu tim dari Gili Nanggu, Sudak dan Gili Kedis, Umi Pipik bersama rombongan mengendarai sampan yang biasa melayani penyeberangan ke sejumlah gili tersebut. Ia bersama anak-anaknya sesekali mengabadikan momen saat menyeberang dengan berfoto menggunakan ponselnya. Tak butuh waktu lama rombongan pun tiba di Gili Nanggu. Sesampai di gili dengan garis pantai pasir putih itu, ia pun tertegun kagum akan keindahan alam pantai di gili tersebut.

Di sini, umi Pipik tak menyia-nyiakan kesempatan. Istri mendiang Uje ini pun mengabadikan momennya dengan berfoto. Sementara anak-anaknya juga tak mau kalah, anak laki-lakinya langsung nyebur ke pantai bersama adiknya. Setelah dari Gili Nanggu, rombongan bertolak ke Gili Sudak dan Gili Tangkong.

Menurut Majid salah seorang pelaku wisata asal Sekotong, kedatangan Umi Pipik memang diagendakan. Karena selepas hadiri acara ini Mataram, beliau ingin ke Gili di Sekotong,” jelas Majid. Menurutnya, kedatangan Umi Pipik ke Sekotong membuktikan daya tarik keindahan wisata Sekotong begitu memikat. Kedatangan orang besar dan terkenal seperti Umi Pipik ini akan sangat berdampak positif terhadap wisata Sekotong.

Hal senada disampaikan pelaku wisata Sahnil. Selama berkunjung ke Sekotong, Umi Pipik dan anak-anaknya tiada henti memuji keindahan pantai di wilayah tersebut. Bahkan, anak-anak dari umi Pipik begitu senang dan riang bermain di pantai. Umi Pipik jelas Sahnil menyempatkan santap siang di salah satu lokasi indah di gili tersebut. (Heru Suara NTB) 
Share:

Gili Bedil, Surga Wisata Tersembunyi di Pulau Sumbawa

Gili Bedil Kecamatan Utan Sumbawa NTB (istimewa)
Pulau Sumbawa seperti surga yang tersembunyi. Berbagai potensi wisata yang dimilikinya semakin membuat wisatawan tertarik untuk berkunjung. Meski saat ini masih terkendala oleh akses dan sarana transportasi yang masih kurang.

Gili Bedil misalnya, destinasi wisata yang ada di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa ini tidak kalah menarik untuk dijadikan sebagai referensi untuk menghabiskan akhir pekan. Disini, wisatawan juga dapat menyelam untuk menikmati keindahan bawah laut yang dimiliki gili ini.

Gili Bedil merupakan pulau kecil berpasir putih dengan pantai yang landai. Kecantikan pantai ini sudah bisa dilihat dari kejauhan. Apalagi dengan air laut yang jernih, wisatawan dapat melihat hingga ke dalam permukaan lautnya. Terlebih jika wisatawan melakukan aktivitas menyelam, sehingga dapat menikmati keindahan bawah lautnya.

“Kalau ke sana saya sarankan akhir pekan. Jadi bisa berlama-lama, atau bisa membangun tenda di sana,” kata wisatawan asal Kota Mataram Andi Ahmad Hariadi, di Mataram, Minggu (8/10/2017).

Luas daratan pulau ini tak lebih dari satu hektar, sehingga wisatawan yang ingin berjalan-jalan mengelilingi Gili Bedil, hanya memerlukan waktu 15 menit saja. Di sekitar Gili Bedil ini wisatawan akan ditemani oleh pasir putih yang halus. Selain itu,  air laut yang berwarna biru tosca serta pepohonan kelapa dengan embusan angin pantai yang menenangkan.

Di sekitar perairan Gili Bedil memang lebih banyak ditemui jenis karang hard coral, namun tetap menarik karena warna warninya yang cukup beragam. Ikan-ikan kecil juga tampak cukup banyak dan sering menemani wisatawan yang melakukan aktivitas menyelam.

Tak hanya menyelam serta menikmati pesona daratan gili, wisatawan juga dapat berenang santai di pinggir pantai. Karena ombak pantai ini tidak keras dan cocok dijadikan sebagai tempat bermain air bersama kerabat.

Suasana tenang juga bisa didapatkan oleh wisatawan yang berkunjung ke Gili Bedil. Karena gili ini juga jarang dikunjungi wisatawan. Bukan karena kurang menarik, tapi kurangnya promosi, sehingga wisatawan banyak belum mengenal gili. Padahal potensinya untuk memanjakan wisatawan tidak kalah jika dibandingkan dengan destinasi lain yang sudah masuk dalam kalender promosi Pemda.

“Mungkin kalau sudah banyak yang tahu, akan lebih banyak yang mau datang. Karena pantainya itu cantik sekali, apalagi di pinggir-pinggirnya kita bisa lihat ikan-ikan kecil berenang. Jadi masih sangat asri,” ujarnya. (Linggauni - Suara NTB)
Share:

SMAN 5 Mataram Semarakkan Inspiratif Expo Diskominfotik NTB

Wagub NTB H. Muh. Amin didampingi Kepala Diskominfotik NTB Tri Budiprayitno, Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB H. Wirajaya Kusuma dan Ketua Komisi Informasi NTB Ajeng Roslinda Motimori pose bersama siswa SMAN 5 Mataram, Minggu (8/10). 

Wakil Gubernur (Wagub) NTB H. Muh. Amin, SH., MSi., memberikan apresiasi terhadap kegiatan Inspiratif Expo Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Diskominfotik) yang digelar setiap Minggu pagi di Car Free Day (CFD) Jalan Udayana Mataram. Tidak hanya itu, wagub mengharapkan kegiatan Inspiratif Expo tetap diteruskan, karena manfaatnya besar bagi masyarakat.

Apresiasi wagub ini disampaikannya saat menghadiri langsung Inspiratif Expo pada pekan ketujuh, Minggu (8/10/2017). Inspiratif Expo yang digelar Diskominfotik NTB ini didukung TVRI NTB, iNews TV, TV9, Lombok TV, RRI Pro2 FM, Harian Lombok Post dan Harian Suara NTB.

Pada pekan ini, sejumlah Organisasi Perangkat Daerah/BUMN ikut memeriahkan kegiatan ini, seperti, Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BBPOM) Mataram, PT. Telkom, Komisi Informasi Provinsi NTB, Bawaslu, KPU dan dimeriahkan penampilan seni dari SMAN 5 Mataram.
Wagub NTB H. Muh. Amin pose bersama dengan tenaga pendidik dan siswa SMAN 5 Mataram pada acara Inspiratif Expo Dishubkominfotik NTB, Minggu (8/10/2017). 
Bahkan, pada acara pembukaan Inspiratif Expo kemarin, Wagub yang didampingi Kepala Diskominfotik NTB Drs. Tri Budiprayitno, Kepala Biro Pemerintahan Setda NTB H. Wirajaya Kusuma, Ketua Komisi Informasi Provinsi NTB Ajeng Roslinda Motimori dan ratusan siswa SMAN 5 Mataram, dengan penuh semangat mengikuti senam pagi selama beberapa menit.

Wagub melihat Inspiratif Expo sebagai salah satu media efektif untuk memperkenalkan, mensosialisasikan produk ataupun berbagai informasi pembangunan pada masyarakat atau generasi muda. Di mana, masyarakat yang santai sambil berolahraga pada acara CFD bisa mendapatkan informasi hasil pembangunan atau hasil-hasil yang dicapai oleh pemerintah di berbagai sektor.

‘’Tidak hanya itu, acara ini bisa sebagai media memberikan pemahaman kepada anak-anak muda tentang perkawinan usia dini, menjauhi perilaku menyimpang dan menyadari bahayanya penggunaan atau peredaran narkoba dan obat-obatan terlarang,’’ terangnya.

Penampilan tari Zikir Zaman SMAN 5 Mataram 

Untuk itu, wagub mengingatkan Inspiratif Expo ini perlu terus dilakukan secara rutin, karena manfaatnya sangat besar, terutama dalam menambah wawasan bagi masyarakat tentang berbagai macam informasi pembangunan. Begitu juga anak-anak usia sekolah  bisa mendapatkan informasi yang sangat berguna bagi masa depan anak-anak itu sendiri, khususnya berkaitan dengan pernikahan dini.


Apresiasi senada disampaikan Wakil Kepala Bidang Humas SMAN 5 Mataram M. Zuprin. Menurutnya, kegiatan Inspiratif Expo yang digelar Diskominfotik NTB sangat bagus, karena memberikan kesempatan pada generasi muda menyalurkan potensi yang dimiliki. Apalagi siswa yang memiliki bakat dan kemampuan di bidang seni diberikan kesempatan tampil menghibur masyarakat di CFD setiap Minggu pagi. 
Penampilan grup perkusi SMAN 5 Mataram.
Pada kesempatan ini, SMAN 5 Mataram menampilkan grup perkusi, tari Zikir Zaman, baca puisi dan musik. Menurutnya, kesempatan ini bisa menjadi ajang bagi siswa menggali potensi yang dimiliki. (Marham)
Share:

Gendang Mainan Limbah Lombok yang Murah

Proses pembuatan gendang mainan khas Lombok dari limbah

GENDANG merupakan salah satu alat musik khas NTB yang banyak digunakan untuk mengiringi acara-acara sakral masyarakat, seperti pernikahan, sunatan dan lainnya. Tidak heran, banyak yang menyukai alat musik tradisional ini termasuk anak-anak. Apalagi dengan beredarnya mainan gendang di pasar atau dibawa oleh penjual mainan yang harganya terjangkau.

Siapa sangka gendang mainan yang banyak dijual itu dibuat di sebuah los sederhana di pasar Mandalika, Bertais. Tampilannya yang menarik dengan warna-warna ngejreng banyak yang menyangka mainan tersebut berasal dari luar Lombok, tetapi nyatanya adalah produk asli Lombok.

Adalah Ahmad Jumahir, yang meneruskan usaha keluarganya dalam pembuatan gendang mainan ini. “Mulanya ibu saya yang buat sejak tahun 2004 lalu, baru kemudian saya yang pegang,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Ia mengaku jika hampir seluruh keluarganya berkecimpung membuat gendang mainan ini. Namun gendang yang dibuat hanya beda merek dan pemasaran. Gendang mainan dengan merk Amat Banyak ini dibuat Amat dengan memanfaatkan limbah yang banyak ditemukan di pasar.
Gendang mainan yang banyak diminati anak-anak. Gendang ini dibuat dari limbah yang tidak terpakai. 
Bahan bakunya mulai dari bekas kaleng cat, kaleng susu, karung, serta karpet. “Untuk karungnya saya pakai yang karung bekas pelet udang, karena di sini banyak bekasnya, sedangkan untuk kaleng saya dapat dari pengepul,” jelasnya.

Gendang buatannya biasanya berisi 1 kaleng untuk ukuran kecil dan berisi 2 kaleng untuk yang berukuran besar. Modal untuk membuat gendang mainan ini, menurut Amat, tidaklah terlalu banyak. “Kalau yang berukuran kecil Rp 8 ribu bisa untuk 2 gendang, sedangkan yang besar modalnya sampai Rp 15 ribu,” tukasnya.

Ia mengatakan pembuatan gendang mainan tidak membutuhkan waktu yang lama. “Karena di sini sudah dibagi tugasnya untuk apa saja jadinya cepat selesai,” katanya. Dalam sehari, jika rajin, ia bisa memproduksi 80-100 gendang mainan setiap harinya.

Amat yang dibantu 4 pegawainya untuk produksi mengatakan jika pasaran gendang mainan miliknya ini sudah diminati sampai Pulau Sumbawa. “Toko mainan sama pedagang keliling itu juga sudah banyak yang minati,” jelasnya.

Ia menambahkan jika saat musim ramai seperti sekarang, para penjual pengecer sampai berebut untuk mendapatkan produknya. “Bahkan mereka 5 hari sebelumnya sudah memesan agar tidak kehabisan nantinya,”  ujarnya.

Harga untuk gendang mainan ini dibanderol dengan harga yang terjangkau untuk semua kalangan. “Harganya mulai dari Rp 10 ribu untuk yang berukuran kecil, kalau berukuran sedang Rp 15 ribu, dan Rp 30 ribu untuk yang berukuran besar. Itu harga di saya, beda kalau yang pengecer,” kata Amat. Tidak heran, mainan buatannya banyak diminati oleh para orang tua yang ingin membelikan anaknya mainan.

Amat mengaku dirinya tidak takut bersaing dengan gendang mainan dari luar Lombok. Kalau buatan luar mereka biasanya buat dari kayu asli sehingga harganya mahal. Sementara yang dibuat Amat harganya murah dan bahannya juga murah. Ia menambahkan gendang buatannya gampang dimainkan, karena dilengkapi juga dengan pemukulnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Tuesday, 26 September 2017

Tunggul Cikal Bakal Tenun Pringgasela yang Tak Boleh Dilihat Sembarangan

Inilah Tunggul kain tenun yang berusia lebih dari 200 tahun. Kain ini menjadi cikal bakal tenun Pringgasela Lombok Timur

DI Kecamatan Pringgasela , terdapat kain tenun yang dinamakan tunggul (umbul-umbul) yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat setempat.

Tunggul tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan tunggul itu tidaklah sembarangan. Mulai dari penentuan bunga kapas, pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk ritual-ritual atau upacara adat tertentu.

Berbeda halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang tertentu. Artinya sedang dalam keadaan menstruasi.

Tunggul tersebut terakhir di keluarkan/dipertemukan antara tunggul laki-laki dan perempuan ketika orang tuanya menikah. Namun untuk mempertemukan itu, membutuhkan biaya yang cukup besar. "Untuk dilihat saja tidak sembarangan. Kalaupun ada yang ingin membukanya, harus keluarga yang laki-laki. Apabila dibuka sembarangan orang, konon diyakini akan ada musibah yang terjadi,’’ujarnya, Sabtu (23 September 2017)
.  

Terkait dengan tunggul itu, pihak dari Museum RI, Museum Textil dan Museum NTB sudah datang untuk meminta mengambil untuk tempatkan di Museum. Namun pihak keluarga tidak memberikan. Bahkan, motif yang terdapat dalam tunggul itu tidak boleh dicontek lagi. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Tenun Pringgasela Lombok Timur Industri Potensial yang Diakui Dunia

Seorang penenun di Pringgasela Lombok Timur sedang membuat kain tenun berkualitas tinggi

Tenun yang dihasilkan perajin di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan salah satu kerajinan tradisional yang cukup terkenal. Tenunan yang memiliki cirri sangat khas ini, ternyata mengalami sejumlah kendala dalam pengembangannya. Industri rumahan ini masih kesulitan pasar.

UNTUK membumikan kerajinan tenun Pringgasela ini, masyarakat setempat pada Senin (11/9) lalu menggelar acara Alunan Budaya Desa (ABD). Kegiatan ini menjadi tahun ketiga  kegiatan ini digelar. Langkah itu dilakukan untuk mempromosikan dan menduniakan gedogan Pringgasela tersebut. Pelaksanaan ABD  juga memecahkan rekor Muri dengan menampilkan sebanyak 1.300 penenun. Tidak lain, upaya itu dilakukan untuk menduniakan kerajinan khas Pringgasela yang merupakan industri rumahan yang cukup potensial menuju industri tenun yang mendunia.

Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, upaya serta perhatian yang sungguh-sungguh dari masyarakat serta pemerintah tentunya sangat diharapkan. ‘’Kesulitan kami  di pemasaran,’’ujar Inaq Indra, salah seorang perajin tenun sesekan Pringgasela, pada Ekbis NTB, Sabtu (23/9/2017).

Inaq Indra sudah menekuni kerajinan tenun sejak kecil. Kepiawainnya menenun, diakuinya didapatkan dari mendiang ibunya. Menurutnya, menenun pada masa lalu merupakan hal yang wajib dikuasai oleh seorang anak perempuan dan menjadi salah satu persyaratan sebelum menikah.

Miniatur perempuan yang sedang menenun menjadi salah satu tampilan Kantor Camat Pringgasela Lombok Timur

Kesulitan pemasaran kain tenun di Desa Pringgasela juga dikeluhkan oleh pemilik Art Shop Tanak Gadang, Sustri Wardani. Ia menjelaskan untuk pemasaran selain dilakukan di rumah, ia juga sering memanfaatkan media online berupa sosial media facebook dan sejenisnya. ‘’Selain itu kita juga sering ikut pameran,’’ katanya.

Sutri Wardani mengatakan, harus ada sinkronisasi antara instansi pemerintah dan para pengelola art shop. Karena wisatawan akan datang apabila ada yang dilirik. Untuk bantuan dari pemerintah, dijelaskan bahwa usaha pribadi tidak ada bantuan dana. Bantuannya dalam bentuk pelatihan.

Selain pasar. Kesulitan yang dihadapi terkait dengan memvariasikan motif  oleh perajin. ‘’Motif kita monoton tidak ada perubahan.  Meskipun demikian, untuk penjualan tetap jalan,’’jelasnya.  Adapun untuk harga, dijelaskan bervariasi mulai tergantung dari bahan, warna, motif dan ukuran dari kain tenun.

Hal senada disampaikan, M. Maliki, Ketua Kelompok Sentosa Sasak Tenun Desa Pringgasela. Kelompok yang berdiri tahun 2000 dengan jumlah anggota 60 orang ini, sering menerima bantuan dari pemerintah berupa, panci, bak, kompor dan benang. Di mana kelompok tenun ini sekarang di bawah binaan Bank Indonesia (BI). Dengan berada di bawah naungan BI, Maliki berharap penjualan hasil kerajinan tenun memiliki progres yang cukup baik mengingat kendala yang dihadapi saat ini dari segi pemasaran. ‘’Kita mengharapkan instansi terkait maupun BUMN menjadikan kita binaannya,’’ujarnya.
 
Pewarnaan alami kain tenun Pringgasela Lombok Timur
Maliki menjelaskan, menenun merupakan salah satu mata mencarian, menjadi pekerjaan utama dalam penopang kehidupan. Pasalnya, hampir semua rumah tangga yang ada di Desa Pringgasela memiliki alat menenun dan menekuni pekerjaan ini. ‘’Menenun ini pekerjaan utama masyarakat khususnya ibu-ibu sebagai penunjang perekonomian. Namun saat ini kita terkendala di pemasaran,’’ ujarnya.

Apabila pemasarannya bagus, menurut Maliki, maka kain tenun dapat menjadi primadona dan bisa diandalkan  sebagai penopang perekonomian masyarakat. Terlebih Desa Pringgasela sudah menjadi desa wisata. Untuk kain tenun Pringgasela sendiri, para perajin fokus menggunakan pewarna alam. ‘’Pewarna alam tidak ada efek samping terhadap kulit. Ramah lingkungan dan mudah dicari. Karena sumbernya dari kulit kayu banten, serabut kelapa dan juga daun ketapang,’’jelasnya.

Untuk kelompok Sentosa Sasak Tenun, sudah menjual hasil kerajinan seperti ke Jakarta, Bontang, Kalimantan Timur dan ke Bali. Pameran juga sering dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan untuk membumikan kain tenun Pringgasela ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lotim, mewacanakan penggunaan kain tenun menjadi seragam sekolah siswa dan guru. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menggaungkan kain tenun  Pringgasela. Termasuk ada wacana menjadikan tenun Pringgasela sebagai seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Setdakab Lotim.
Kain Tenun Pringgasela yang mempesona dan mendunia

Di Kecamatan Pringgasela sendiri, terdapat kain tenun yang dinamakan tunggul (umbul-umbul) yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat di sana.

Tunggul tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan tunggul itu tidaklah sembarangan mulai dari penentuan bunga kapas, pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk ritual-ritual atau upacara adat tertentu.

Berbeda halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang tertentu. Artinya yang sudah bersih (selesai menstruasi). ‘’Tunggul di sini merupakan tunggul laki-laki, sementara untuk tunggul perempuan dipegang oleh keluarga H. Syahdan, mantan Bupati Lotim di Rumbuk,’’ ujar Supawadi, anak tertua yang memegang tunggul tersebut. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Tuesday, 19 September 2017

Giant Wood Produksi Lombok yang Banyak Diminati

furniture Giant Wood, produksi Lombok yang kuat dan mempesona

PERLENGKAPAN rumah tangga dari kayu memang selalu banyak diminati masyarakat, karena terkesan kuat dan kokoh. Kayu yang digunakan pun berbagai macam jenis dan ukuran. Tetapi di Giant Woods yang berlokasi di jalan Saleh Sungkar, Ampenan, kita akan menemukan furnitur berbahan dasar kayu yang berukuran ‘raksasa’.

Di sini kita akan menemukan tumpukan kayu berukuran besar, baik yang masih berbentuk mentah atau sudah diubah menjadi furniture. Adalah Heriawan, pemilik Giant Woods, yang telah menekuni usaha kerajinan kayu sejak tahun 1978 silam. “Awalnya kita buka di Bali karena saya sempat tinggal disana. Tetapi sejak 2 tahun yang lalu, saya kembali ke Lombok,” terangnya saat ditemui Agustus 2017 di sela-sela pekerjaannya.

Dirinya menambahkan, jika keahliannya mengukir kayu berasal dari pengalamannya sejak kecil bekerja mengukir kayu pada orang lain. Pemilihan kayu dengan ukuran besar ini, kata Heri, menjadi furniture tidak memiliki alasan khusus. “Sebenarnya saya menerima semua permintaan kerajinan dari semua ukuran kayu,” ujarnya.
Giant Wood Lombok yang banyak diminati pembeli dalam dan luar negeri

Ia mengatakan jika hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan kerajinan kayu berukuran besar membutuhkan waktu yang lama. “Dalam setahun, hanya 1 atau 2 kali barangnya terjual. Karena di sini belum semuanya mampu membeli,” tukas pria asal Lombok Tengah ini.

Bahan baku kayu berukuran raksasa ini, diakui Heri, didapatkannya dari Pulau Jawa. “Sekali ambil bahan bisa sampai 3-4 truk kayu yang harganya Rp 50 juta,” akunya. Harga yang mahal ini diakibatkan kayu sudah mulai sulit ditemukan di hutan. “Di sini (Lombok) jarang ada pohon berukuran besar, ukurannya standar saja,” ceritanya.

Kayu raksasa yang digunakannya biasanya dari jenis trembesi yang terkenal kuat. Selain batangnya, ia juga biasa menggunakan bonggol kayu atau fosil kayu yang cukup langka diperoleh.
Heriawan bersama  furnitur dari kayu besar atau giant wood yang didatangkan dari luar daerah. 

Furniture yang dibuat dari kayu raksasa ini bermacam-macam, seperti pintu, meja, kursi, dan lainnya.  “Kita buatnya tergantung keinginan pembeli,” kata Heri. Pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya untuk meja berukuran 4x1 meter, bisa menghabiskan waktu sampai 20 hari pengerjaan. “Tapi total pengerjaannya bisa sampai 2-3 bulan. Itu jika dihitung sampai finishingnya,” jelasnya. Jadi tidak heran, harga yang ditawarkan untuk kerajinan ini sangatlah mahal.
“Harganya bisa mencapai Rp 50 juta untuk meja misalnya. Tetapi kalau untuk orang yang suka, harga tersebut tidak menjadi masalah,” kata Heri. 

Peminat kerajinan dari kayu raksasa sendiri diakuinya di Lombok tidak terlalu banyak. “Di sini peminatnya dari kalangan pariwisata, tetapi banyak juga untuk keperluan pribadi,” ujarnya. Pasaran luar negeri untuk produk kayu raksasa ini juga sangatlah bagus. “Terakhir kita mengirim ke Jerman, Abu Dhabi dan Malaysia,” akunya. (Uul Efriyanti Prayoba)


Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive