Be Your Inspiration

Thursday 13 June 2019

Libur Lebaran, Objek Wisata Dende Seruni Raup Penghasilan Rp4 Juta Per Hari



Objek Wisata Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Lombok Timur
Objek wisata hasil polesan di Desa Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya, Dende Seruni kini sudah bisa menghasilkan pundi uang bagi pemerintah desa. Anggaran Rp300 juta yang sudah dihabiskan untuk biaya penataan kawasan ini diyakini bisa balik modal dalam satu atau dua tahun ke depan. Pasalnya dalam sehari saja, sudah bisa menghasilkan Rp 3-4 juta.

Ketua BUMDes Seruni Mandiri Sejahtera, Zainul Wardi, kepada Suara NTB kemarin menjelaskan, meski belum dilaunching, wisata Dende Seruni ini sudah diburu banyak pengunjung. Baik dari Lotim maupun dari luar daerah. Pengelola menjual tiket seharga Rp5 ribu perorang dan pengunjung 700-900 orang perhari.


Sentuhan kreativitas pemerintah Desa Seruni Mumbul bersama dengan BUMDes-nya ini diakui terbukti telah menghasilkan. Prinsip digunakan, di balik kegiatan penataan lingkungan akan ada hasil yang akan dipetik. Saat ini, air menanga yang menjadi lokasi Objek Wisata Dende Seruni ini tidak lagi  bercampur dengan air laut.

“Airnya sekarang sudah tawar semua,” ucapnya. Air tawar ini pun justru mengalir desa ke laut. Air menanga pun terlihat bening dan langsung melihat dasar menanga yang ditumbuhi lumutan. “Lumut-lumut itu rencana akan kita bersihkan,” ucapnya.

BUMDES Seruni Mandiri ini sampai saat ini terus berbenah dan merampungkan pembangunannya. Salah satu desa wisata di Lotim ini merencanakan akan menghabiskan anggaran Rp 600 juta untuk membangun sejumlah fasilitas penunjang wisata. Mulai dipersiapkan antara lain wahana kano, sampan dayung yang siap digunakan oleh semua pengunjung mengelilingi seluruh menanga yang dikelilingi oleh tanaman mangrove yang masih rimbun.

Kreativitas Desa Seruni Mumbul ini mendapat atensi dari pemerintah provinsi NTB. Disebut ada dana pembinaan senilai Rp100 juta yang siap dijemput. Ada juga dana pembinaan dari pemerintah pusat senilai Rp1,5 miliar yang juga siap dijemput untuk pengembangan kawasan wisata.

Saat ini yang masih kurang, sebut Zainul Wardi adalah wisata kuliner. Areal wisata kuliner ini disebut sangat penting. Dimana semua pengunjung bisa menikmati santapan kuliner khas Seruni Mumbul yang notabenenya merupakan para  nelayan. “Jadi kulinernya nanti banyak dari bahan baku ikan, ada bakso ikan dan menu-menu ikan lainnya,” ucapnya.


Harapannya, hadirnya Objek Wisata Seruni Mumbul ini bisa memberikan dampak ekonomi juga bagi masyarakat sekitar. Tidak saja bagi pemerintah desa, tapi juga bisa berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat desa Seruni Mumbul dan sekitarnya. (Rusliadi/Lombok Timur)
Share:

Tradisi Lebaran Topat di Pulau Lombok, Perpaduan Adat, Budaya dan Religi

Bupati Lobar H. Fauzan Khalid dan istri bersama Wabup Hj. Sumiatun saat nyekar di Makam Batulayar sebagai salah satu ritual inti Lebaran Topat, Rabu (12/6/2019). 

Lebaran Topat sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat Lombok umumnya dan Lombok Barat (Lobar) khususnya sejak dahulu kala. Perayaan Lebaran Topat ini merupakan perpaduan tradisi masyarakat Sasak di hari ketujuh pada bulan Syawal 1440 Hijriyah dengan budaya lokal serta religi. Lebaran yang oleh masyarakat Suku Sasak disebut juga dengan Lebaran Nine (perempuan, red) ini biasanya dijadikan penutup setelah menunaikan ibadah puasa sunnah Syawal.

PADA hari Lebaran Topat ini, masyarakat suku Sasak mengunjungi banyak tempat yang dianggap mempunyai nilai-nilai sakral. Terutama mengunjungi makam-makam yang dianggap keramat. Di tempat ini, masyarakat menggelar doa dan ruwah (ruwatan) yang sering kali disebabkan oleh kaul (janji, red) demi menghormati leluhur atau cikal bakal dakwah Islam di Pulau Lombok. Di makam yang dianggap keramat itu, biasanya perayaan Lebaran Topat digandeng dengan prosesi ngurisang (potong rambut bayi, red) atau bahkan syukuran sunatan untuk anak-anak mereka.

Saat ini, prosesi budaya tersebut sudah bergeser tidak hanya menjadi prosesi ritual kebudayaan, namun menjadi event pelesiran keluarga pasca puasa di bulan Ramadhan dan puasa Syawal. Di Lobar, Lebaran Topat dipusatkan di Pantai Duduk senggigi. Prosesi sakral ini diawali dengan prosesi ziarah makam oleh Bupati Lobar H Fauzan Khalid didampingi istri bersama Wakil Bupati (Wabup) Lobar Hj. Sumiatun dan Camat Batulayar, para pemangku adat, tokoh agama.



Di Makam Batulayar, bupati bersama wabup melakukan nyekar.  Ziarah kubur ini juga masuk dalam acara inti perayaan Lebaran Topat. Didampingi sejumlah tokoh masyarakat, tokoh agama, bupati menggelar doa di makam tersebut.

Menurut bupati, ziarah kubur merupakan proses standar yang harus masuk dalam perayaan Lebaran Topat. Selain itu, ada proses dulang pesaji yang berisi makanan ketupat yang dimakan oleh para tamu. Setelah prosesi nyekar, bupati dan wabup menuju lokasi acara perayaan Lebaran Topat menggunakan cidomo yang sudah dihias. Sekitar beberapa menit perjalanan menggunakan cidomo bersama wabup, rombongan bupati pun tiba di lokasi acara dan disambut oleh tokoh adat diiringi tarian rudat dan dikalungkan sorban. Di lokasi acara, bupati dan wabup telah ditunggu oleh para tamu undangan. 
Suasana Lebaran Topat di Pantai Duduk Batulayar, Rabu (12/6/2019)
Sebelum prosesi puncak lebaran topat, diawali dengan tarian Praja Topat Agung disuguhkan oleh para penari. Setelah penampilan seni tari ini dilanjutkan dengan penjemputan Praja Topat Agung yang dipimpin oleh pemucuk diiringi oleh teruna dedara yang membawa ceret, pisau pemotong ketupat dan piranti lainnya sebagai simbol dimulainya event Lebaran Topat.  Selanjutnya pemotongan ketupat dilakukan oleh bupati dan menyerahkan potongan ketupat ke mantan Bupati Lobar. Lalu dilanjutkan pemotongan ketupat oleh wabup dan menyerahkan potongan ketupat ke Plt Sekda NTB Hj. Baiq Eva Nurcahyaningsih. Pemotongan ketupat dilanjutkan dengan buka tambolaq (penutup) pesaji,  prosesi ini menjadi tanda berakhirnya rangkaian tradisi Lebaran Topat.

Menurut Pemerhati Budaya Lobar, Sahnan kegiatan Lebaran Topat yang diadakan Pemda Lobar dinamakan Lebaran Adat, karena lebaran ini sudah dianggap Kiyai Sasak. Lebaran ini diadatkan dan masuk dalam unsur religi warga Lombok. Lebaran ini, jelasnya, menjadi tradisi, di dalamnya terkandung berbagai makna. Misalnya, tradisi lebaran ini dipentaskan dalam bentuk seni trali. Trali di sini artinya tradisi dan religi, di mana tradisi ini adalah kesenian bernuansa lokal sedangkan religi bernuansa agama.


Sementara Kepala Dinas Pariwisata Lobar Ispan Junaidi, M.Ed., mengatakan berbagai prosesi lebaran topat ini menggambarkan budaya dan religi. Diawali dengan prosesi naik cidomo dari kantor Camat Batulayar menuju Makam Batulayar untuk melaksanakan ziarah makam.
Ziarah makam ini sebuah prosesi sakral budaya yang diwarisi turun temurun. Di mana budaya bercidomo ini sudah jarang dilakukan oleh anak cucu. Seperti halnya budaya begau (membajak tanah) yang dulu menggunakan alat tradisional kini sudah ditinggalkan dan memanen padi dengan rangkap (alat tradisional). “Jika ini tidak dipertahankan dan dilestarikan maka akan punah,” jelas dia.

Lalu proses begibung menyantap hidangan dulang pesaji sebagai salah satu spirit membangun kebersamaan dan sopoq angen (satu hati) seluruh kekuatan etnis dan entitas membangun Lobar. Diharapkan spirit ini bukan saja sebagai tuntunan hidup, namun juga tontonan budaya.

Untuk itu, ujarnya, dua fungsi dari Lebaran Topat ini, sebagai tuntutan membangun karakter dan sebagai tontonan yang unik dilihat oleh para wisatawan. Lebaran Topat ini menggambarkan Lobar sebagai miniatur masyarakat yang toleran, tergambar dari adanya pura di bagian sebelah barat Senggigi, sebelah timur ada Makam Batulayar. (Heru Zubaidi/Lombok Barat) 

Share:

Monday 10 June 2019

Pasang PJU, Pemkab Lombok Barat Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Bupati Lombok Barat H. Fauzan Khalid

PEMKAB Lombok Barat (Lobar) mengaku Penerangan Jalan Umum (PJU) di kawasan wisata, khususnya di kawasan Senggigi menjadi prioritas untuk ditangani. Bahkan, dalam membangun PJU ini, Pemkab Lobar bekerjasama dengan pihak ketiga memasang 15 ribu titik PJU di seluruh Lobar, khususnya di kawasan wisata.

Seperti disampaikan Bupati Lobar H. Fauzan Khalid, jika penanganan PJU khusus di kawasan Senggigi sudah ada. Namun pihaknya ingin berpikir lebih jauh, tidak hanya Senggigi, sehingga pihaknya pun membuat terobosan dengan kerjasama dengan pihak ketiga. Saat ini tengah berjalan kerjasama tersebut, di mana akan dipasang 15 ribu lampu di seluruh Lobar. “Bulan Agustus sudah kita mulai eksekusi pemasangan 15 ribu  lampu PJU . Kita sudah jalan,” jelasnya belum lama ini.


Terkait kerjasama pemasangan PJU ini pun sudah disampaikan ke Bappenas dan mendukung program ini. Pemda kata dia tidak bisa parsial dalam melaksanakan program, hal ini yang kurang dipahami oleh masyarakat. “Begitu turun, warga beranggapan bisa langsung cepat dikerjakan,” jelas dia.


Pihaknya menegaskan PJU di kawasan Senggigi masuk prioritasnya pada program kerjasama pemasangan 15 ribu titik PJU nanti. Bahkan kata dia, tim sudah melakukan survei titik lampu PJU yang dibutuhkan di Senggigi. Ia menambahkan saat ini posisi PJU di Lobar mencapai 7.500 titik, namun dari jumlah ini diperkirakan yang menyala 50 persen. “Terobosan yang kami lakukan nanti itu  ada 15 ribu titik lampu dipasang se Lobar dengan investasi Rp80-90 miliar,” jelasnya.


Pihaknya mencari terobosan kerjasama karena kalau dianggarkan melalui APBD dana sebesar itu maka akan jadi sorotan di tengah kondisi fiskal. Di samping itu untuk efisiensi sebab bisa dipangkas biaya PJU yang saat ini mencapai Rp18 miliar, namun jika dikerjasamakan bisa ditekan menjadi Rp 11 miliar. ‘’Artinya ada surplus Rp7 miliar yang menjadi PPJ,’’ klaimnya. (Heru/Ekbis NTB)

Share:

Jalur Gelap Destinasi, Rugikan Pariwisata NTB

PJU di kawasan wisata Senggigi yang masih hidup. Banyak, PJU di jalur destinasi wisata di Pulau Lombok tidak berfungsi. 

Pariwisata merupakan salah satu program unggulan di NTB. Namun, tidak sedikit fasilitas pendukung sektor unggulan ini belum memadai. Mulai dari infrastruktur jalan, termasuk  lampu penerang jalan. Seperti fasilitas Penerangan Jalan Umum (PJU) di kawasan wisata Senggigi, Kabupaten Lombok Barat  hingga wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Lombok Utara (KLU), belakangan ini banyak dikeluhkan. Jalan menuju destinasi wisata unggulan ini dikeluhkan gelap gulita.

Senggigi, sudah sangat populer di kalangan wisatawan nusantara dan mancanegara. Meski menjadi destinasi wisata potensial, penataan serta infrastruktur pendukung kawasan wisata ini masih belum memadai.

Mengapa? Senggigi memiliki nama besar. Ia masih kuat menyedot penasaran wistawan dari dalam negeri dan mancanegara. Pantainya masih menggoda, meskipun kerap dikritik karena roi pantai yang seharusnya leluasa di akses masyarakat umum menjadi terbatas, akibat penguasaan kawasan oleh pemodal. Senggigi tetap memiliki daya tarik.

Destinasi wisata ini sangat berpeluang untuk terus menjadi destinasi wisata unggulan, jika saja pemerintah daerah serius memolesnya. Setidaknya, fasilitas yang membuat nyaman wisatawan menjadi perhatian utama. Senggigi masih dikeluhkan sebagai tempat yang belum nyaman.
Kontur wilayah berbukit, tanjakan dan tikungan di jalan-jalan utamanya di sepanjang pinggir pantai Meninting, hingga Lombok Utara yang pada siang hari menjadi lintasan yang eksotis, di malam harinya menjadi titik yang menakutkan.

Sejumlah PJU yang dipasang oleh pemerintah daerah hanya menjadi pajangan. Di malam hari, banyak di antaranya yang tak lagi menjadi penerang di kegelapan. Sebelumnya, objek wisata Senggigi gelap gulita akibat banyaknya PJU yang tak berfungsi. Saat ini kondisinya konon sudah  lebih baik.



Meski begitu, keberadaan PJU-PJU di sepanjang jalan Senggigi patut menjadi perhatian. Pantauan Ekbis NTB dari gapura utama Meninting-Batu Layar-Senggigi hingga ujung Kerandangan, terdapat sekitar 161 PJU dan tiang listrik yang dipasangkan perangkat PJU. Tidak terhitung tiang-tiang listrik yang tidak dilengkapi PJU.
Dari total jumlah tersebut, di malam hari sekitar kurang lebih 132 PJU yang menyala. 29 di antaranya tak berfungsi. PJU yang tak berfungsi ini, di antaranya ada di titik-titik strategis, bahkan di titik rawan (lakalantas). Yaitu  di tanjakan, dan di tikungan tajam. Bahkan di tempat berkumpulnya pedagang-pedagang asongan, PJU justru tak berfungsi. Titik-titik ini menjadi gelap di sepanjang jalan di Batulayar-Senggigi.

Juga yang patut menjadi perhatian, tidak seluruhnya PJU yang menyala terang benderang. Kebanyakan nyalanya remang-remang. Ada juga tiang-tiang PJU yang tertutupi dedaunan dan ranting pohon di pinggir jalan. Akibatnya, cahayanya tak tembus di jalanan. Kondisi ini sangat merugikan Senggigi sebagai destinasi wisata potensial.

Bagaimana wisatawan merasa nyaman? Beberapa pedagang asongan yang dijumpai juga menyampaikan harapan yang sama. Agar jalan-jalan di sepanjang objek wisata Senggigi terang benderang. Mereka yang berjualan di pinggir jalanpun terpaksa harus menggunakan listrik aliran yang dibayar swadaya setiap bulan. Mereka berkelompok mengeroyok satu meter KWh.
‘’Inginnya kami, jalan-jalan ini terang. Supaya wisatawan yang jalan kaki banyak. Kan bisa belanja,’’ kata Wahab, salah satu pedagang jagung bakar dan minuman di Senggigi.

Sebelumnya, PJU-PJU di Senggigi tidak sedikit yang tak berfungsi. Apalagi saat hujan, suasananya mengkhawatirkan. Tentu tak nyaman bagi pengunjung. Harapannya, PJU – PJU yang ada dibenahi. Dan tiang-tiang listrik yang ada dipasangkan PJU.
PJU di kawasan Senggigi yang tidak berfungsi
Hal senada disampaikan Kepala Desa Batulayar Muhammad Taufiq. Menurutnya, banyaknya PJU yang tidak berfungsi dari Desa Batulayar hingga Senggigi, dikeluhkan pengguna jalan, termasuk wisatawan. Ia mengaku, tidak semua PJU di kawasan Senggigi menyala, sebagian katanya mati. Sebagian juga belum dipasangkan PJU.



Sangat tidak layak menurutnya, jika akses pariwisata tidak terang benderang. Paling tidak, lanjutnya, terdapat PJU dari gapura perbatasan dengan Kota Mataram hingga KLU. Selama ini, keluhan masyarakat terkait tidak ada lampu penerang menyebabkan potensi kecelakaan lalu lintas. Bila penerangan minim, cahaya lampu kendaraan dari arah berlawanan kerap membuat silau pengendara di depannya.

Di sisi lain, Kepala Desa Senggigi, Muhammad Ilham mengaku sering meminta kabupaten untuk memfasilitasi sarana PJU di akses pariwisata. Tapi tidak mendapat respons positif. Jalan Raya Senggigi tidak semuanya diterangi PJU. “Usulan kami tidak direspons,”akunya beberapa waktu lalu.
Pihaknya sudah bersurat resmi hingga menelepon pihak Pemda untuk menyampaikan persoalan ini, namun tak direspons. Sejauh ini apa yang diusulkan desa, tidak pernah terealisasi, hal ini menyebabkan ia bosan meminta Pemkab untuk menyediakan PJU di jalan raya Senggigi. Menurut Ilham, minimnya penerangan jalan menimbulkan efek tidak bagus bagi wisatawan. ‘’Lampu penerang ini seharusnya menjadi fasilitas yang harus diutamakan,’’ harapnya.

Warga Senggigi, Mastur mengatakan Senggigi sebagai kawasan wisata dunia sebenarnya tidak layak menjadi lokasi wisata, karena kondisi infrastuktur pendukungnya minim. Daerah ini hanya menyetor PAD ke daerah, namun justru kondisi infrastruktur tidak diperhatikan. ‘’Di luar saja megah, tapi coba masuk ke dalam (dusun) di Senggigi kondisi jalannya semua rusak parah,’’ terang Ketua Karang Taruna Senggigi ini.

Menurutnya, banyaknya lampu PJU yang mati sepanjang jalur Senggigi hingga Mangsit sekitar lima kilometer menambah buramnya kondisi infrastruktur di daerah itu. Warga setempat sendiri berharap ada perlakuan khusus dari Pemda karena sebagai daerah penghasil PAD terbesar di Lobar. Karena tidak adanya dana khusus dari Pemda untuk membiayai itu, maka hal ini mendasari warga Senggigi mengusulkan Perdes pungutan hotel yang diambil dari CSR sekitar 10 persen. Karena, sejauh ini CSR hotel tidak disetor ke desa, namun tidak jelas ke mana? Terkait Perdes ini sendiri sudah dikoordinasikan dengan Pemda dan berharap bisa disetujui. (Bulkaini/Heru/Ekbis NTB)

Share:

ITDC Gelar Lebaran ’On The Beach

 Atraksi seni semarakkan Lebaran On The Beach ITDC di kawasan The Mandalika.

Serangkaian untuk menyemarakkan perayaan hari raya Idul Fitri, PT. Pengembang Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) menggelar event Lebaran On The Beach di Kuta Beach Park di kawasan The Mandalika. Event itu digelar mulai tanggal 7 sampai 16 Juni 2019 . Selain untuk menggaungkan kawasan The Mandalika, event tersebut diharapkan bisa menjadi wahana memperkenalkan kesenian dan budaya lokal Lombok Tengah (Loteng).

“Event Lebaran on the beach ini memang kita gelar tidak hanya untuk memperkenalkan secara lebih luas lagi kawasan The Mandalika. Tetapi juga bisa menjadi wahana bagi para pelaku seni didaerah ini untuk berekspresi dan berkreasi,” ungkap Kepala General Support The Mandalika I Gusti Lanang Bratasuta, kepada Suara NTB, Minggu (9/6/2019).

Ia menjelaskan, event sendiri digelar selama dua jam setiap hari. Mulai pukul 16.00 wita sampai pukul 18.00 wita. Diisi oleh berbagai penampilan dan atraksi seni khas daerah ini, Seperti band akustik, kesenian tradisional gendang beleq, peresean, dan musik genggong. Termasuk tarian tradisional seperti santang, kayak, setta dan tamplek.

Untuk memperkaya khasanah pengetahuan tentang kesenian itu sendiri, di setiap penampilan tarian khususnya, diselipkan cerita di balik kesenian tari khas Sasak tersebut. “Respons masyarakat nyata cukup baik. Terbukti, setiap event digelar selalu ramai disaksikan oleh pengunjung,” terangnya.

Yang datang pun tidak hanya wisatawan lokal saja. Tetapi juga wisatawan domestik hingga mancanegara. “Selama dua hari pelaksanaan event ini, rata-rata pengunjung yang datang di Kuta Beach park mencapai sekitar 2.000 orang,” terangnya.

Ke depan pihak ITDC berkomitmen untuk memperbanyak event-event serupa. Dengan begitu kawasan The Mandalika bisa semakin dikenal dan tentunya akan mengundang minat wisatawan untuk datang. Kalau kawasan The Mandalika sudah ramai dikunjungi, hal itu tentunya akan membuka peluang ekonomi masyarakat sekitar. Dan, pada akhirnya akan mampu mengangkat taraf ekonomi masyarakat di lingkar kawasan The Mandalika pada khususnya dan Loteng pada umumnya.

“Muara dari semua event yang kita laksanakan itu demi mendorong pergerakan ekonomi kawasan dan masyarakat di sekitar kawasan. Kalau ekonomi sudah bergerak, masyarakat pula yang akan merasakan manfaatnya,” tegas Brata. (Munakir/Suara NTB/Loteng)
Share:

Perth-Lombok Kembali Beroperasi, AirAsia Gantikan Peran Jetstar

Wagub NTB Hj. Sitti Rohmi Djalilah saat tiba di LIA dengan menggunakan penerbangan perdana AirAsia dari Perth-Lombok, Minggu (9/6/2019) 

Maskapai AirAsia, resmi mengoperasikan rute penerbangan yang menghubungkan Lombok dengan Australia. Hal ini ditandai dengan pendaratan perdana pesawat AirAsia jurusan Perth - Lombok di Lombok International Airport (LIA), Minggu 9 Juni 2019 malam,. Sebelumnya, rute ini sempat dilayani maskapai asal Australia Jetstar. Tapi karena minimnya penumpang, Jetstar memutuskan berhenti melayani rute ini. 

Pendaratan perdana ini tidak saja menandai terbukanya rute baru untuk wisatawan dari Australia ke NTB. Lebih dari itu, rute baru ini juga memperlihatkan kuatnya komitmen  Pemprov NTB untuk mendongkrak arus kunjungan wisatawan ke NTB.

Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah ikut serta dalam rombongan pendaratan perdana pesawat bernomor QZ471 itu.



Selain Wakil Gubernur, hadir pula jajaran manajemen PT Indonesia AirAsia, Konjen RI di Perth, Dewi Gustina Tobing, beserta sejumlah pelaku pariwisata.

Ratusan penumpang AirAsia yang ikut serta dalam penerbangan perdana ini tampak antusias mendapat sambutan hangat di pintu kedatangan LIA. Terlebih, mereka langsung mendapatkan suguhan atraksi Gendang Beleq yang memang telah disiapkan untuk menerima para peserta penerbangan perdana tersebut. Juga, serangkaian suvenir dan penganan lokal.

Rod David, salah seorang penumpang pesawat AirAsia jurusan Perth-Lombok mengaku gembira dengan dibukanya rute baru ini. "Penerbangannya sangat nyaman, dan saya sangat senang bisa mendapatkan akses yang bagus ke Lombok," ujarnya.

Rod mengaku baru pertama kali ke Lombok. Ia akan menghabiskan waktu sepekan berlibur di Lombok dan setelah itu akan kembali ke Perth.



Dalam kesempatan tersebut, Wagub menegaskan bahwa dibukanya rute penerbangan Lombok - Perth merupakan buah kerja keras bersama antara pemerintah, maskapai penerbangan dan semua pihak terkait. Ia juga menegaskan bahwa di masa yang akan datang pihaknya bersama maskapai penerbangan terus mengupayakan dibukanya rute penerbangan baru ke Lombok, dari daerah-daerah lain di Indonesia. "Untuk koneksinya, kita juga lagi dorong Lombok - Surabaya, Lombok - Jakarta dan Lombok - Denpasar," ujarnya.

Wagub menegaskan, antusiasme masyarakat di Perth terhadap dibukanya rute baru ini cukup menggembirakan. Hal ini ditandai dengan terpenuhinya kapasitas penumpang di penerbangan perdana malam itu. "Alhamdulillah, full 171 penumpang. Yang berikutnya juga udah mau 150-an," imbuhnya.

Wagub mengaku mendapatkan sambutan yang menggembirakan dari publik di Australia. Karenanya, ia sangat optimis akan pertumbuhan arus kunjungan ke NTB dari Australia. "Saya ketika kita perkenalkan NTB di sana responsnya luar biasa," ungkapnya.



Menurut Wagub, sambutan ini cukup wajar mengingat NTB memiliki banyak destinasi yang mampu memikat wisatawan. Wisatawan mancanegara, menurutnya bisa menikmati beragam destinasi. Mulai dari wisata pantai, air terjun yang indah, gunung Rinjani, Tambora dan destinasi lainnya.
"Belum lagi kerajinannya yang luar biasa. Belum lagi potensi sport tourism juga, kemudian juga ke depan ada MotoGP, yang potensialnya juga di-improve jadi F1 benar-benar menjadi sesuatu yang menarik bagi mereka."

Optimisme mengenai akan ramainya rute penerbangan ini juga ditunjang dengan tarif penerbangan yang dinilai cukup terjangkau. Wagub berharap, problem tingginya harga tiket pesawat yang terjadi saat ini bisa segera tuntas seiring adanya serangkaian kebijakan yang diambil pemerintah. "Mudah-mudahan harga tiket ini tidak menjadi isu lagi. Karena, kan sedang dibenahi juga oleh pemerintah," tandasnya.

Pembukaan rute penerbangan AirAsia yang menghubungkan Lombok dan Australia ini didahului dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Dirut PT Indonesia AirAsia, Dendy Kurniawan dengan Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah di kantor Air Asia di Tangerang, Kamis 14 Maret 2019 lalu.

Tiket AirAsia dengan rute Perth - Lombok sudah tersedia mulai Kamis 14 Maret 2019 hingga 24 Maret 2019 lalu.  Pengguna rute ini juga berkesempatan menikmati tarif murah untuk perjalanan mulai 9 Juni hingga 26 Oktober 2019. Tiket Perth - Lombok dijual dengan tarif mulai dari Aus $ 99 atau Rp599 ribu. AirAsia akan terbang melintasi rute Lombok - Perth sebanyak empat kali sepekan. Penerbangan ini akan tersedia di hari Senin, Rabu, Jumat dan Minggu. (Humas Setda NTB)

Share:

Friday 17 May 2019

Beli Kain Tenun Lombok, Jokowi Minta Harga Spesial

Presiden Jokowi didampingi Gubernur NTB Zulkieflimansyah memilih kain tenun khas Lombok saat berkunjung ke Desa Wisata Sade Lombok Tengah, Jumat (17/5/2019). Dokumentasi Humas NTB
Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Zulkieflimansyah, M.Sc. mendampingi Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo untuk singgah ke salah satu desa adat di NTB yaitu Desa Sade, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.

Setibanya di Desa Sade Jumat siang (17/5/2019), Gubernur Doktor Zul dan Presiden Joko Widodo langsung menuju Masjid Nur Syahada yang merupakan Masjid Desa Sade tersebut karena bertepatan dengan waktu Salat Jumat.

Usai melaksanakan Salat Jumat, Jokowi sapaan akrab Presiden, langsung berkeliling di Desa Sade yang terkenal dengan pelestarian adat istiadatnya.

Terlihat akrab, kedua pemimpin ini singgah di salah satu gubuk di desa tersebut untuk melihat-lihat hasil karya masyarakat Desa Sade berupa kain tenun. Tak hanya itu, Presiden Indonesia ke-7 ini terlihat tertarik dan langsung menawar kain tenun yang dipilihnya.  "Ini saya beli bu, tapi boleh saya tawar ya," kata Jokowi dengan logat khasnya.

Doktor Zul yang menemani Jokowi pun ikut menawar kain yang telah dipilih tersebut, "Bu, presiden kita ini jarang-jarang ke Lombok, apalagi khusus ke Sade, kasih harga khusus buat presiden ya," cetusnya.

Usai membayar kain tenun tersebut, Presiden Jokowi beserta Gubernur Doktor Zul beranjak dari Desa Sade  dengan iringan musik khas Sasak dan peresean. (Humas NTB/Marham)
Share:

Tuesday 7 May 2019

Labuhan Haji, Objek Wisata di Antara Sampah dan Lapak Kumuh

 Lapak kumuh yang ada di kawasan pantai labuhan Haji dan tumpukan sampah yang berserakan masih menyisakan problem sapta pesona. Antara ekonomi dan sapta pesona.

Pantai Labuhan Haji, Lombok Timur (Lotim) bisa dibilang  menjadi alternatif satu-satunya obyek wisata pesisir yang paling dekat dengan Kota Selong, ibu kota Kabupaten Lotim. Akses yang mudah membuat pantai yang meski terlihat banyak sampah dan berjejer lapak-lapak kumuh namun tetap ramai dikunjungi.

Setiap akhir pekan, pantai Labuhan Haji tak pernah sepi. Meskipun berada di antara sampah dan kekumuhan lapak, para pengunjung tetap telihat asyik bermain dan selepas lelah menikmati beberapa sajian sederhana yang dijual pedagang sekitar.

Seperti terlihat akhir pekan kemarin, pantai Labuhan Haji seperti diburu para pengunjung. Anak-anak seperti asyik tanpa beban berenang di pantai yang kotor ditemani orang tuanya. Syukurnya, ada tempat bilas yang disediakan warga setempat seusai mereka berenang di laut.

Kepala Desa Labuhan Haji, Pahmin kepada media ini mengakui problematika besar yang melilit kawasan wisata pantai Labuhan Haji. Kawasan wisata pantai ini beberapa waktu lalu sudah dilimpahkan kewenangan pengelolaannya oleh Bupati Lotim H. M. Sukiman Azmy langsung kepada pemerintah desa setempat.

Pahmin menguraikan, persoalan lapak memang menjadi problem terbesar yang perlu diatasi. Jika mengacu pada alasan keindahan dan sapta pesona wisata, maka sepatutnya memang seluruh lapak harus segera dibongkar. Akan tetapi, faktanya aktivitas lapak yang diisi oleh warga Labuhan Haji ini tidak bisa serta merta dibongkar tanpa ada solusi terbaik untuk para warga yang berjualan.


Namanya pesisir pantai, harusnya steril dari lapak. Aktivitas lapak yang ada saat ini memperlihatkan kekumuhan karena langsung berada diatas pantai. Kebijakan relokasi diperlukan. Akan tetapi harus dilakukan dengan cara bertahap. Harus ada dulu tersedia tempat relokasi yang terbaik bagi para pedagang.

Sejauh ini, tutur Pahmin, aktivitas jualan di bibir pantai Labuhan Haji ini telah menggerakkan perekonomian masyarakat Desa Labuhan Haji.  Sehingga jika kemudian dipaksakan untuk dibongkar tanpa ada solusi, maka akan menghadirkan konflik lagi di tengah masyarakat. “Semenjak adanya aktivitas jualan di pinggir pantai ini, tidak pernah lagi ada keributan,” tutur Pahmin.

Tidak dipungkiri, jika persoalan lapak kumuh ini teratasi maka persoalan utama kekumuhan pantai Labuhan Haji  akan bisa teratasi. Pascamendapat kewenangan pengelolaan dari pemerintah daerah, Kepala Desa Labuhan Haji ini menyebutkan pihaknya langsung mengambil langkah pembentukan tim perumus untuk merencanakan penataan kawasan Pantai Labuhan Haji.


Mengawali penataan nantinya, akan coba dimulai dengan beberapa contoh lapak. Harapannya,  pemerintah daerah turut membantu membebaskan lahan untuk pembangunan lapak di pinggir jalan. Lapak-lapak permanen itu nantinya bisa disewa oleh pedagang. Kalaupun pemerintah daerah tidak berkenan, maka pemerintah desa Labuhan Haji siap memulai dengan perlahan. Nanti kita coba mulai dengan membangunkan lapak 10-15 unit mungkin dulu,” ucapnya.

Pemerintah desa katanya mencoba merumuskan konsep tata Wisata Pantai Labuhan Haji. Selain persoalan lapak kumuh, tidak kalah pelik persoalannya adalah sampah. Sampah-sampah kiriman yang dibawa arus sungai telah menjadikan Pantai Labuhan Haji sebagai keranjang sampah sebagian besar warga Lotim.

Keinginan Kades Pahmin sendiri, setelah lapak tertata dengan teratur. Ada pilihan lokasi yang representatif  bagi para pedagang dan kawasan pantai menjadi ranah publik yang asri nan indah tanpa ada sampah.

Penanganan  masalah sampah memang membutuhkan waktu panjang. Dikabarkan, ada satu desa di  Jawa Barat ingin sekali didatangi untuk studi banding penanganan sampah. Kabarnya, sampah ini telah menjadi berkah bagi warga. Sampah telah menjadi rebutan karena bernilai uang. Konsep sederhananya yang coba ingin digali ilmunya adalah pelibatan seluruh anggota keluarga yang turut aktif melakukan pengelolaan dan pemisahan sampah sendiri di rumah masing-masing.

“kabarnya, sampah ini diburu oleh semua orang sehingga tidak ada sampah yang berserakan di mana-mana,” ucapnya. Inginnya, sampah ini bisa ditangani bersama oleh seluruh elemen masyarakat. 

Jadikan sampah sebagai berkah bukan pembawa petaka kekumuhan dan menumpuk di pantai.
Pantai Labuhan Haji sangat didambakan bisa menjadi pantai terindah. Menikmati terbitnya sang surya dari ufuk timur menambah keunikan dari Labuhan Haji. Pantai ini juga sebenarnya banyak mendatangkan keberkahan bagi warga Labuhan Haji.

Memasuki bulan Oktober sampai dengan Desember mendatang, banyak sekali tumpukan rumput laut seperti sengaja diantar oleh deburan ombak menepi di pinggir pantai. Warga Labuhan Haji banyak memungut rumput laut tersebut dan dijual kepada para pengepul. Sangat disayangkan, harganya masih sangat rendah.

Hanya Rp 1000 per kilogram kering. Salah satu potensi musiman di Pantai Labuhan Haji ini bisa menjadi nilai tambah sebenarnya bagi warga. Harapannya, harganya bisa lebih mahal dan mendapatkan perhatian dari para pelaku usaha. (Rusliadi/Lombok Timur)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive