Be Your Inspiration

Monday 2 July 2018

Asesoris Dreamcatcher Made in Lombok Dikirim ke Bali dan Australia

Asesoris penangkap mimpi yang diproduksi di Batulayar. Asesoris ini bisa dipergunakan untuk memperindah rumah. 
UNTUK mempercantik tampilan interior rumah, biasanya orang menambahkan berbagai peralatan maupun aksesoris menarik agar ruangan semakin menarik. Salah satunya adalah Dreamcatcher atau penangkap mimpi yang sejak dulu digunakan untuk aksesoris ruangan. Tetapi baru beberapa tahun ini dikenal luas di Indonesia mengingat tampilannya sangat menarik dan unik.

“Dreamcatcher sendiri berasal dari kepercayaan masyarakat asli Amerika bahwa jika kita menggantungnya di kamar, maka dia akan mampu menangkap mimpi buruk dan dipercaya mendatangkan mimpi baik untuk pemiliknya,” terang Nurul Azmi, pemilik Galeri Indo Gemilang di kawasan wisata Senggigi, Batulayar.

Ia menerangkan dreamcathcer sudah lama dikenal di luar negeri, sedangkan di Lombok baru beberapa tahun terakhir. Ia sendiri mengaku sudah 2 tahunan mulai memproduksi dreamcatcher ini.
Dreamcatcher sendiri terbuat dari tali yang dianyam berbagai bentuk, tetapi umumnya berbentuk lingkaran, dengan rumbai-rumbai bulu di bawahnya. Bulu untuk rumbai biasanya menggunakan bulu ayam, angsa atau bebek bahkan ada juga menggunakan bulu merak. Model dreamcathcer yang dibuatnya sengaja dibuat unik agar berbeda dengan produk buatan lainnya.

“Saya biasanya desain sendiri setelah melihat referensi dari internet tentang model yang sedang tren, baru kemudian dibuat oleh perajinnya,” terangnya.

Nurul mengatakan, lama pembuatan dreamcatcher tergantung dari model yang diinginkan dan ketelatenan perajin dalam membuatnya. “Kalau perajinnya telaten, dalam sehari dia bisa membuat 4-5 dreamcathcer berukuran besar,” ujarnya.

Ada berbagai ukuran dreamcathcer yang dijualnya, mulai dari ukuran 4 cm – 1 meter. Produksi dreamcathcer, tambahnya, dilakukan di Bali karena dirinya memiliki galeri juga di sana. “Saya lebih dahulu punya galeri di sana baru kemudian buka di sini, karena di sini belum ada yang bisa buat,” kata Nurul. Rata-rata perajin dreamcathcer, imbuhnya, merupakan orang-orang Madura yang memang dikenal terampil dalam membuat kerajinan ini.

Meski di Lombok, dreamcathcer merupakan produk baru tetapi sudah banyak diminati terutama oleh pengusaha di bidang pariwisata. “Banyak pemilik hotel, vila atau restoran di sekitaran Senggigi, Gili bahkan sampai Kuta datang ke sini untuk beli ini karena tampilannya unik,” akunya.

Ia mengatakan jika pembeli bule lebih menyukai dreamcathcer dengan warna-warna netral seperti hitam atau putih, sedangkan orang lokal malah menyukai dreamcathcer dengan warna-warna mencolok. “Kalau di luar, malah tidak laku yang warna-warni seperti ini,” tukasnya.

Harga untuk dreamcathcer ini bervariatif tergantung ukurannya. Harganya berkisaran mulai Rp 2 ribu – 1 jutaan tergantung besar kecilnya dreamcathcer. “Kalau di Bali, saya rutin mengirim dreamcatcher ini ke Australia setiap 2 bulan sekali,” cerita Nurul.

Ia mengaku, pembeli tahu produknya melalui mulut ke mulut, karena memang dirinya tidak menggunakan sosial media untuk memasarkan produknya. “Tetapi kami banyak memiliki pelanggan tetap dan merekalah yang kemudian menceritakan ke teman-temannya,” jelasnya.

Nurul mengatakan sekarang ini, ia sedang berusaha untuk memperkenalkan dreamcathcer secara luas ke masyarakat Lombok, karena gaungnya masih sedikit. “Makanya saya sekarang sengaja memajangnya di luar, agar orang yang lewat bisa melihat dan jika merasa bisa membuatnya, mereka bisa bekerja membuatnya. Hitung-hitung mengurangi pengangguran,” sebutnya. (Uul Efriyanti Prayoba)


Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive