Bupati Kabupaten Sumbawa
Barat (KSB), Dr. KH Zulkifli
Muhadli, SH, MM mengancam akan menutup akses keluar masuk kapal pengangkut ekspor konsentrat PT
Newmont Nusa Tenggara (NNT ke luar daerah
atau luar negeri. Ancaman itu dilontarkan Bupati, jika Newmont tak membangun pabrik pemurnian
(smelter) di KSB.
-
Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat
Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona.
-
Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur
Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)
-
Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona
Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain).
-
Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina
Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .
-
Gubernur dan Wagub Serah Terima Jabatan dengan TGB dan H. Muh.Amin
Serah terima jabatan dari mantan Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi kepada Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Jumat (21/9/2018).
Wednesday, 25 February 2015
Kepala Disbudpar NTB H. L. Moh. Faozal ''Begerusuk'' di Sentra Gerabah Masbagik
Gerabah produksi Dusun Penakak Masbagik Timur Lombok Timur NTB |
PUSAT kerajinan atau sentra gerabah di Dusun
Penakak, Masbagik Timur, Kabupaten Lombok Timur sedang disiapkan untuk
dijadikan sebagai persinggahan para wisatawan. Pusat kerajinan yang melibatkan
ribuan perajin itu mulai dibangkitkan kembali setelah selama ini mati suri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB,
H. L. Moh. Faozal, S.Sos.,M.Si yang begerusukan atau mendatangi dusun tersebut, Minggu (22/2/2015)
Monday, 23 February 2015
BBPP Kupang Gelar Diklat Program Swasembada Pangan di NTB
Wakil GUbernur NTB H. Muh. Amin, SH, MSi, menyematkan tanda peserta pada Diklat Pelatihan Manajemen |
Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang bersama Balai Diklat Pertanian Mataram Nusa Tenggara Barat (NTB), menggelar
Diklat Pelatihan Manajeman Badan Penyuluh Pertanian dan Kehutanan (BP3K) bagi
pimpinan BP3K, Diklat Pengolahan Limbah mendukung produksi Padi, Jagung dan Kedele Bagi Penyuluh
serta Diklat Pengolahan Pakan Berbasis Tanaman Pangan Bagi Penyuluh di Aula Kantor Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram
NTB Jalan Peninjauan Narmada Lombok Barat, Senin (23/2/2015).
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi Hadiri Konferensi Internasional Dunia Islam di Mekkah
Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi menghadiri Konferensi
Internasional Dunia Islam yang diadakan oleh World Moslem League (Raabithah
Alam Islamy) di Mekkah, dari tanggal 22-25 Februari 2015. Konferensi ini
bertajuk, "Islam dan Penanggulangan Terorisme ", dihadiri oleh
sekitar 500 tokoh Islam yang terdiri dari pemikir, ulama, pimpinan organisasi
dan praktisi dakwah dari seluruh dunia.
Friday, 20 February 2015
Khidmat, Perayaan Imlek di Kelenteng Po Hwa Kong Ampenan
Seorang warga Tionghoa khusyuk berdoa pada hari Imlek di Kelenteng Po Hwa Kong, Jalan Yos Sudarso, Ampenan, Mataram NTB, Kamis (19/2/2015) |
Wednesday, 18 February 2015
Melon Sembalun Tembus Harga Rp 1,5 Juta di Jepang
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi mengunjungi agrowisata Sembalun, Minggu (15/2/2015). |
Melon, salah satu produk pertanian di Sembalun yang dikelola PT.
Agrindo Nusantara memiliki cita rasa berbeda. Bahkan, di Jepang, satu buah
melon dijual seharga Rp 1,5 juta. Harga yang
tidak main-main. Selain diekspor ke Jepang Hongkong, Thailand dan Singapura,
Hasil produksi perusahaan tersebut juga dipasok di dalam negeri.
“Kalau di Jepang pernah menembus harga per buah itu Rp 1,2 juta sampai Rp 1,5 Juta.
Tuesday, 17 February 2015
Imlek di Vihara Bodhi Dharma Ampenan, Gong Xi Fa Chai
![]() |
Deretan lampion menghiasi Kelenteng Bodhi Dharma Po Hwa Kong Ampenan menyambut Imlek 2566 |
Suasana di vihara itu terlihat semarak oleh hiasan
lampion berwarna merah dipadu dengan warna keemasan.
Situs Wadu Pa’a, Peninggalan Agama Budha di Bima NTB
![]() |
Situs Wadu Pa'a yang merupakan bukti agama dan budaya Budha telah berkembang di Bima di zaman dahulu. |
MASYARAKAT Bima, mayoritas
beragama Islam. Namun diperkirakan sebelumnya, pernah ada masuk pengaruh Budha.
Ini terbukti dengan adanya warisan budaya yang dikenal dengan sebutan Wadu Pa’a.
Wadu
Pa’a
sendiri dalam bahasa Suku Mbojo terbagi menjadi dua kata yakni Wadu dan Pa’a. Bila diartikan dalam Bahasa
Indonesia menjadi Batu untuk Wadu dan Pahat untuk Pa’a. Jadi Wadu Pa`a adalah batu yang dipahat.
Ukiran- ukiran pada Wadu Pa’a mengandung nilai seni ukir yang sangat tinggi
karena media ukirannya bukan batu biasa. Melainkan tebing-tebing batu yang
berbentuk stupa dan terdapat ukiran bercorak Sang Budha, persis seperti relief
yang ada di Candi Borobudur.
Konon ceritanya pada masa
lampau, tepatnya pada abad ke 11. Batu itu dipahat dua orang bersaudara yakni
Indra Zamrud dan Indra Komala yang merupakan anak bangsawan dari Kerajaan
Majapahit di Jawa yang bernama Sang Bima, buah perkawinan dari salah satu putri
seorang Ncuhi. – Ncuhi waktu itu sebutan untuk pemimpin suatu wilayah di Bima atau
Kepala Suku sebelum zaman kerajaan.
![]() |
sejumlah wisatawan lokal berpose di antara deretan ukiran yang berbentuk Candi Borobudur di situs Wadu Pa'a Bima NTB |
Budayawan Bima Alan Malingi
dalam bukunya “Legenda Tanah Bima”, yang mendeskripsi di blog “Romantika Bima” menceritakan,
saat Sang Bima hendak meninggalkan tanah Bima, dia didatangi oleh para Ncuhi untuk dimintai kesediaan menjadi
pemimpin tanah Bima. Pada saat itu, Sang Bima sedang memahat tebing di kaki Bukit Lembo, Dusun Sowa, Desa Kananta,
Kecamatan Soromandi, yang akhirnya tenar dengan Wadu Pa’a.
Masih dalam tulisannya, Alan Malingi mengurai, dari berbagai literatur sejarah, situs Wadu Pa’a merupakan salah satu situs Candi Tebing yang memiliki nilai histrois yang cukup tinggi. Wadu Pa’a merupakan tempat pemujaan agama Budha, atau mengandung unsur Budha dan Siwa.
Hal itu diperkuat dengan
ditemukannnya relief Ganesha, Mahaguru, Lingga-Yoni, relief Budha (Bumi Sparsa
Mudra), termasuk stupa yang menyerupai bentuk stupa Goa Gajah di Bali
atau stupa-stupa di Candi Borobudur yang berasal dari abad X. Hal itu didukung
dengan terteranya Candrasangkala pada
prasasti yang berbunyi Saka Waisaka Purnamasidi atau tahun 631 Caka yang
disesuaikan dengan tahun 709 Masehi.
Terlepas dari cerita itu, yang
jelas Wadu Pa’a merupakan destinasi
wisata budaya yang cukup potensial. Tidak saja bagi Kabupaten Bima, tetapi juga
bagi NTB. Beberapa bentuk pahatan yang bernilai seni rupa yang indah dan
mempesona. Letaknya juga berada di dalam sebuah teluk kecil yang menjadi
persinggahan perahu nelayan saat gelombang besar di perairan laut Flores, masyarakat
sekitar menyebutnya So Wadu Pa’a atau
Teluk Batu Pahat. Keberadaan situs ini
bagi menjadi andalan destinasi wisata Kabupaten Bima.
Kendati tersimpan beberapa
karya seni rupa bernilai tinggi dan menjadi salah satu bukti sejarah masuknya
pengaruh Budha, namun perhatian pemerintah secara khusus tidak ada. Ini
terbukti akses untuk menjangkau tempat itu sangatlah sulit karena harus
melewati beberapa jalan rusak.
Karena itu, masyarakat lebih
banyak menggunakan jalur laut yang terbilang mudah dan tidak ada hambatan
ketimbang lewat darat yang memakan waktu berjam-jam. Bila dikelola dan ditata
dengan baik, situs Wadu Pa’a akan mampu menghasilkan PAD dari sector pariwisata ini.
Tidak saja menguntungkan pemerintah daerah. Masyarakat disekitarnya terutama, akan sangat merasakan dampaknya. Lebih-lebih jika situs ini akan menjadi cagar budaya. Seperti halnya Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah dan situs-situs lainnya. (Uki/Suara NTB)