Be Your Inspiration

Wednesday, 25 February 2015

Kepala Disbudpar NTB H. L. Moh. Faozal ''Begerusuk'' di Sentra Gerabah Masbagik


Gerabah produksi Dusun Penakak Masbagik Timur Lombok Timur NTB

PUSAT kerajinan atau sentra gerabah di Dusun Penakak, Masbagik Timur, Kabupaten Lombok Timur sedang disiapkan untuk dijadikan sebagai persinggahan para wisatawan. Pusat kerajinan yang melibatkan ribuan perajin itu mulai dibangkitkan kembali setelah selama ini mati suri.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, H. L. Moh. Faozal, S.Sos.,M.Si yang begerusukan atau mendatangi dusun tersebut, Minggu (22/2/2015)
mendesak agar masyarakat setempat melakukan pembenahan dan penataan ulang. Mengingat selama ini sentra gerabah yang terkesan vakum atau mati suri itu mengalami penurunan kunjungan. Bahkan, tidak sedikit outlet gerabah di desa itu beralih fungsi serta produksi gerabah semakin menurun.

‘’Kita akan mencari apa akar persoalan sehingga sentra gerabah ini menurun. Ini akan kita kembangkan kembali sehingga bagaimanapun caranya, desa ini harus menjadi semacam pusat oleh – oleh serta persinggahan wisatawan yang melakukan tour,’’ ujar Faozal  kepada sejumlah perajin yang hingga saat ini masih memproduksi gerabah di tempat itu.

Seorang pengunjung sedang mengabadikan produksi
hasil gerabah di Dusun Penakak Timur Masbagik Lombok Timur

Dikatakan, desa itu akan dikembangkan menjadi desa wisata berbasis handycraft. Pusat gerabah yang pernah jaya di era 90-an itu meredup di era milenium. Bahkan muncul spekulasi yang menyatakan bahwa penyebab kemunduran produksi dipicu insiden bom Bali pada awal tahun 2002. Kendati demikian, Faozal tetap menampik berbagai prediksi masyarakat tentang penyebab menurunnya popularitas serta berkurangnya minat wisatawan terhadap produk karya tangan yang diolah secara alami tersebut.

“Makanya sekarang kita coba lakukan evaluasi dan analisa terhadap usaha kita ini,’’ katanya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah produk ini memiliki letak kekurangan pada kualitasnya sehingga produksinya sekarang ini melemah. ‘’Atau kelemahannya justru terletak pada kurangnya promosi yang dilakukan,’’ ujarnya.
 
Kepala DIsbudpar NTB H. L. Moh. Faozal saat berkunjung
ke sentra pusat kerajinan Lombok di Jalan Sriwijaya Mataram
Menurutnya, hasil kerajinan masyarakat berupa gerabah tersebut merupakan semacam destinasi wisata yang menarik selain memang daerah ini memiliki keunggulan berbentuk pemandangan. Untuk itu, gerabah harus mempu menjadi souvernir sehingga dapat memikat perhatian para wisatawan. Tak jarang, wisatawan dari Cina, Hongkong yang selama ini diketahui  sebagai wisatawan yang gemar berbelanja dapat terakomodir dengan tersedianya hasil produksi berbentuk kerajinan tangan itu. ‘’Harus ada yang menarik, nah sekarang gerabah ini kan merupakan sovenir kita yang memiliki daya tarik,’’ katanya.

Persinggahan Sepeda Internasional

 
Adapun sentra gerabah yang sedang dibangkitkan kembali itu juga akan dijadikan sebagai persinggahan para wisatawan yang mengikuti ajang sepeda internasional. Sepeda internasional akan dilaksanakan sebagai bagian dari kegiatan Festival Tambora Menyapa Dunia di Kabupaten Dompu,  April mendatang. Oleh Sebab itulah para penggerak sentra gerabah di desa itu didesak untuk melakukan pembenahan kembali.

Kawasan ini akan dijadikan sebagai persinggahan pada kegiatan sepeda internasional saat mengisi Tambora Menyapa Dunia nanti. Dan sekarang diminta agar beberapa sentra yang masih aktif mulai berbenah dan melakukan penataan kembali sehingga pada saat dikunjungi nantinya, wisatawan yang datang memiliki rasa ketertarikan pada hasil industry ini.
 
Kendi maling atau kendi air yang diproduksi
di sentra gerabah Dusun Penakak Masbagik Timur
Lombok Timur
Sementara itu, sejumlah perajin yang berkumpul saat menerima kedatangan Kadisbudpar NTB itu menyatakan kesiapannya atas gagasan yang disampaikan. Mereka menilai bahwa industri gerabah yang masih ditekuninya itu sangat “haus” akan sentuhan pihak pemerintah. Owner UD. Lombok Mulia, Mulyadi yang sebelumnya diketahui pernah memasarkan hasil produksinya ke bebrapa negara memberikan apresiasi yang lebih atas kunjungan yang dilakukan Kadis Budpar NTB itu.

Mulyadi bersama Fikri owner Warisan Art Collection dan Hj. Fauziah  pemilik outlet gerabah Sasak Craft mengakui bahwa belakangan ini omzet mereka menipis. Tidak seperti yang terjadi pada tahun- tahun sebelumnya. Dikatakan Mulyadi, tidak sedikit di antara rekannya telah beralih usaha dan mengubur bisnis gerabahnya.

“Kalau dulu pada era 1990-an ke bawah, order kita sering banyak, entah dari dalam negeri maupun dari luar negeri,’’ katanya, seraya menambahkan kalau dulu, order hanya Rp 10 juta itu kecil.  Kondisi itu justru berbanding terbalik pada saat ini. ‘’Akan tetapi kita tidak putus asa, kami masih optimis hingga saat ini,’’ jelasnya.
Hasil kerajinan gerabah di Dusun Penakak Masbagik Timur.
 Disbudpar NTB akan menjadikan lokasi ini
 sebagai lokasi persinggahan bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB.
Gerabah yang telah diproduksinya dipasarkan lebih banyak untuk pemenuhan permintaan lokal. Tidak sedikit para pemanggul yang mengambil barang di tempatnya berjualan berkeliling kampung. ‘’Yang paling laris sekrang ini adalah tungku dan lampu yang terbuat dari tanah. Itu dijual oleh masyarakat disini dengan cara memanggul berkeliling kampung,’’ ujarnya.

Secara umum, masyarakat setempat meminta dukungan dari pihak pemerintah dalam upaya pembinaan serta penguatan manajemen pemasaran. Pola pemasaran yang pernah dilakukan sebelumnya dinilai kurang berhasil sehingga sentra gerabah di tempat itu mengalami kemerosotan. Kendati demikian, pihak Disbudpar juga telah sepakat untuk membantu dan memberikan dorongan sehingga industri kreatif dari masyarakat desa tersebut mampu didongkrak kembali. Bahkan, dari Disbudpar menginginkan agar pihaknya melalui Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB saat berpromosi ke luar negeri, melibatkan kelompok masyarakat yang memproduksi gerabah. (mamet Suara NTB)


Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive