Gerabah produksi Dusun Penakak Masbagik Timur Lombok Timur NTB |
PUSAT kerajinan atau sentra gerabah di Dusun
Penakak, Masbagik Timur, Kabupaten Lombok Timur sedang disiapkan untuk
dijadikan sebagai persinggahan para wisatawan. Pusat kerajinan yang melibatkan
ribuan perajin itu mulai dibangkitkan kembali setelah selama ini mati suri.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB,
H. L. Moh. Faozal, S.Sos.,M.Si yang begerusukan atau mendatangi dusun tersebut, Minggu (22/2/2015)
mendesak agar masyarakat setempat melakukan pembenahan dan penataan ulang. Mengingat selama ini sentra gerabah yang terkesan vakum atau mati suri itu mengalami penurunan kunjungan. Bahkan, tidak sedikit outlet gerabah di desa itu beralih fungsi serta produksi gerabah semakin menurun.
mendesak agar masyarakat setempat melakukan pembenahan dan penataan ulang. Mengingat selama ini sentra gerabah yang terkesan vakum atau mati suri itu mengalami penurunan kunjungan. Bahkan, tidak sedikit outlet gerabah di desa itu beralih fungsi serta produksi gerabah semakin menurun.
‘’Kita akan mencari apa akar persoalan sehingga
sentra gerabah ini menurun. Ini akan kita kembangkan kembali sehingga
bagaimanapun caranya, desa ini harus menjadi semacam pusat oleh – oleh serta
persinggahan wisatawan yang melakukan tour,’’
ujar Faozal kepada sejumlah perajin yang
hingga saat ini masih memproduksi gerabah di tempat itu.
Seorang pengunjung sedang mengabadikan produksi hasil gerabah di Dusun Penakak Timur Masbagik Lombok Timur |
Dikatakan, desa itu akan dikembangkan menjadi desa
wisata berbasis handycraft. Pusat
gerabah yang pernah jaya di era 90-an itu meredup di era milenium. Bahkan
muncul spekulasi yang menyatakan bahwa penyebab kemunduran produksi dipicu insiden
bom Bali pada awal tahun 2002. Kendati demikian, Faozal tetap menampik berbagai
prediksi masyarakat tentang penyebab menurunnya popularitas serta berkurangnya
minat wisatawan terhadap produk karya tangan yang diolah secara alami tersebut.
“Makanya sekarang kita coba lakukan evaluasi dan
analisa terhadap usaha kita ini,’’ katanya. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui
apakah produk ini memiliki letak kekurangan pada kualitasnya sehingga
produksinya sekarang ini melemah. ‘’Atau kelemahannya justru terletak pada
kurangnya promosi yang dilakukan,’’ ujarnya.
Kepala DIsbudpar NTB H. L. Moh. Faozal saat berkunjung ke sentra pusat kerajinan Lombok di Jalan Sriwijaya Mataram |
Menurutnya, hasil kerajinan masyarakat berupa
gerabah tersebut merupakan semacam destinasi wisata yang menarik selain memang
daerah ini memiliki keunggulan berbentuk pemandangan. Untuk itu, gerabah harus
mempu menjadi souvernir sehingga dapat memikat perhatian para wisatawan. Tak
jarang, wisatawan dari Cina, Hongkong yang selama ini diketahui sebagai wisatawan yang gemar berbelanja dapat
terakomodir dengan tersedianya hasil produksi berbentuk kerajinan tangan itu. ‘’Harus ada yang menarik, nah sekarang gerabah ini kan merupakan sovenir kita yang memiliki
daya tarik,’’ katanya.
Persinggahan Sepeda Internasional
Adapun sentra gerabah yang sedang dibangkitkan
kembali itu juga akan dijadikan sebagai persinggahan para wisatawan yang
mengikuti ajang sepeda internasional. Sepeda internasional akan dilaksanakan sebagai
bagian dari kegiatan Festival Tambora Menyapa Dunia di Kabupaten Dompu, April mendatang. Oleh Sebab itulah para
penggerak sentra gerabah di desa itu didesak untuk melakukan pembenahan
kembali.
Kawasan ini akan dijadikan sebagai persinggahan pada
kegiatan sepeda internasional saat mengisi Tambora Menyapa Dunia nanti. Dan
sekarang diminta agar beberapa sentra yang masih aktif mulai berbenah dan
melakukan penataan kembali sehingga pada saat dikunjungi nantinya, wisatawan
yang datang memiliki rasa ketertarikan pada hasil industry ini.
Kendi maling atau kendi air yang diproduksi di sentra gerabah Dusun Penakak Masbagik Timur Lombok Timur |
Sementara itu, sejumlah perajin yang berkumpul saat
menerima kedatangan Kadisbudpar NTB itu menyatakan kesiapannya atas gagasan
yang disampaikan. Mereka menilai bahwa industri gerabah yang masih ditekuninya
itu sangat “haus” akan sentuhan pihak pemerintah. Owner UD. Lombok Mulia,
Mulyadi yang sebelumnya diketahui pernah memasarkan hasil produksinya ke
bebrapa negara memberikan apresiasi yang lebih atas kunjungan yang dilakukan Kadis
Budpar NTB itu.
Mulyadi bersama Fikri owner Warisan Art Collection dan Hj. Fauziah pemilik outlet gerabah Sasak Craft mengakui
bahwa belakangan ini omzet mereka menipis. Tidak seperti yang terjadi pada
tahun- tahun sebelumnya. Dikatakan Mulyadi, tidak sedikit di antara rekannya
telah beralih usaha dan mengubur bisnis gerabahnya.
“Kalau dulu pada era 1990-an ke bawah, order kita
sering banyak, entah dari dalam negeri maupun dari luar negeri,’’ katanya,
seraya menambahkan kalau dulu, order hanya Rp 10 juta itu kecil. Kondisi itu justru berbanding terbalik pada
saat ini. ‘’Akan tetapi kita tidak putus asa, kami masih optimis hingga saat
ini,’’ jelasnya.
Hasil kerajinan gerabah di Dusun Penakak Masbagik Timur. Disbudpar NTB akan menjadikan lokasi ini sebagai lokasi persinggahan bagi wisatawan yang berkunjung ke NTB. |
Gerabah yang telah diproduksinya dipasarkan lebih
banyak untuk pemenuhan permintaan lokal. Tidak sedikit para pemanggul yang
mengambil barang di tempatnya berjualan berkeliling kampung. ‘’Yang paling
laris sekrang ini adalah tungku dan lampu yang terbuat dari tanah. Itu dijual
oleh masyarakat disini dengan cara memanggul berkeliling kampung,’’ ujarnya.
Secara umum, masyarakat setempat meminta dukungan
dari pihak pemerintah dalam upaya pembinaan serta penguatan manajemen
pemasaran. Pola pemasaran yang pernah dilakukan sebelumnya dinilai kurang
berhasil sehingga sentra gerabah di tempat itu mengalami kemerosotan. Kendati
demikian, pihak Disbudpar juga telah sepakat untuk membantu dan memberikan
dorongan sehingga industri kreatif dari masyarakat desa tersebut mampu
didongkrak kembali. Bahkan, dari Disbudpar menginginkan agar pihaknya melalui
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB saat berpromosi ke luar negeri,
melibatkan kelompok masyarakat yang memproduksi gerabah. (mamet Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment