Be Your Inspiration

Friday, 20 October 2017

Konferensi Internasional dan Multaqa Nasional Alumni Al Azhar Mesir Hasilkan Deklarasi Lombok

Presiden Joko Widodo menutup Konferensi Internasional dan Multaqa Nasional Alumni Al Azhar Mesir di Islamic Center Mataram NTB, Kamis (19/10/2017)

Konferensi Internasional dan Multaqa Nasional Alumni Al-Azhar Mesir di Indonesia diselenggarakan selama tiga hari, mulai tanggal 17 sampai 19 Oktober 2017, di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Para narasumber pada konferensi itu memaparkan 45 kertas kerja yang mendiskusikan berbagai isu keislaman. Para pembicara memberikan apresiasi kepada Al-Azhar dan Imam Besar Prof. Dr. Ahmed El-Tayeb, Syaikh Al-Azhar atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam menyebarkan moderasi Islam (wasathiyah).

Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya disampaikan kepada Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo, Menteri Agama Republik Indonesia, Lukman Hakim Saifudin, dan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi yang telah memberikan dukungan penuh terhadap terselenggaranya konferensi dan Multaqa.


Konferensi Internasional Alumni Al-Azhar menegaskan bahwa:

1. Wasathiyah dalam Islam adalah sikap seimbang dalam pemikiran dan perilaku yang ditandai antara lain dengan hidup harmonis dengan berbagai komponen masyarakat. Rasulullah telah memberikan contoh hidup berdampingan dengan rukun dan damai dalam masyarakat Madinah di bawah konsep “al-muwathanah” (kesamaan kedudukan sebagai penduduk dan warga negara). Setiap warga, baik Muslim, Yahudi, maupun Nasrani, memiliki hak dan kewajiban yang sama, seperti yang tercantum dalam Piagam Madinah.

2. Agama Islam melalui Al-Quran dan Hadis telah secara sangat jelas menanamkan keimanan kepada semua ajaran dan kitab suci samawi ke dalam hati para pemeluknya. Islam juga menjamin kebebasan beragama kepada setiap warga yang tinggal di dalam satu wilayah dan satu negeri yang sama, sesuai firman Allah swt.: Tidak ada paksaan dalam beragama. Islam menjamin rasa aman bagi setiap orang yang berada di wilayahnya, tanpa melihat latar belakang agama, etnik dan golongan yang dianutnya.

3. Dalam pandangan Islam manusia berasal dari satu nenek moyang yang sama. Kesamaan itu meniscayakan perlunya saling mengenal yang pada gilirannya membuahkan kerja sama dalam melakukan kebajikan. Kesamaan itu juga meniscayakan perlunya memelihara kehormatan, darah, dan harta setiap manusia, apa pun agama yang dianutnya, selama tidak dalam kondisi peperangan.

4. Al-Azhar telah mengemban misi wasathiyah Islam selama lebih dari seribu tahun, dan terbukti mendapat sambutan hangat di seluruh belahan bumi. Hal itu karena metode yang dikembangkan dan diajarkan dibangun di atas dua pilar utama; ilmu-ilmu tekstual berdasarkan Al-Quran dan Hadis dan ilmu-ilmu kontekstual yang sejalan dengan akal pikiran manusia. Dengan demikian, para alumni Al-Azhar berkeyakinan bahwa wahyu tidak bertentangan dengan akal. Al-Azhar juga mengajarkan budaya menghormati keragaman, mengembangkan hidup harmoni dan menghormati pendapat serta prinsip-prinsip dalam hubungan antar umat beragama.

Beradasarkan itu, para peserta merekomendasikan:

1. Perlunya memperluas jaringan alumni Al-Azhar dengan membuka cabang di seluruh belahan dunia, untuk secara bersama-sama dan bahu membahu memerangi pemikiran ekstrem dan radikal, antara lain pemikiran yang menghalalkan darah dan tindakan kriminal dengan mengatasnamakan agama.

2. Perlunya menyusun rencana dan langkah kongkrit terkait wacana keagamaan kontemporer yang melandasi kerukunan hidup umat manusia, menjauhi ujaran kebencian dan tindak kekerasan, menghormati sesama manusia, memelihara kehormatan jiwa, mencintai tanah air dan bela negara, serta mengukuhkan sikap moderat dan toleran.

3. Perlunya membuat perencanaan dan langkah-langkah kongkrit melalui pelatihan para dai dalam menghadapi fenomena ekstremisme, radikalisme dan fanatisme beragama, serta isu-isu terkait.

4. Perlunya menyebarluaskan secara massif respons ulama Al-Azhar terkait isu-isu yang mengancam kehidupan beragama yang moderat melalui jaringan alumni dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

5. Perlunya menyebarluaskan teologi Asyari dalam masalah akidah yang merupakan benteng pelindung Islam dari pemikiran dan ideologi ekstrem dan radikal. Teologi Asyari tidak membenarkan tindakan saling mengkafirkan sesama orang yang berkiblat ke Kakbah.

6. Perlunya sikap kehati-hatian dalam menerima fatwa keagamaan yang ada di media sosial. Fatwa kegamaan harus merujuk kepada sumber-sumber yang otoritatif dengan memperhatikan kondisi dan kebiasaan masyarakat setempat.

7. Perlunya membentuk komite khusus untuk menindaklanjuti keputusan dan rekomendasi yang dihasilkan.

Mataram, 19 Oktober 2017
Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar (OIAA) Cabang Indonesia

Ketua Umum
Dr. TGB. M. Zainul Majdi

Mustasyar,
Prof. Dr. M. Quraish Shihab, MA
Share:

Thursday, 19 October 2017

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin Apresiasi Alumni Al Azhar Mesir

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin didampingi Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi memukul gendang beleq sebagai tanda pembukaan Konferensi Internasional Alumni Al Azhar di Islamic Center NTB
Menteri Agama RI, Lukman Hakim Saifuddin membuka secara resmi Konferensi Internasional Alumni Al-Azhar di Masjid terbesar di Pulau Seribu Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB di Mataram, Kamis (19/10/2017). Dihadapan para ulama  dari 22 negara yang merupakan Alumni Al-Azhar Mesir dan para santri yang hadir, Menteri Agama memberikan apresiasi kepada para alumni Al-Azhar atas kontribusi dan sumbangsihnya  dalam membangun kehidupan  keagamaan di Indonesia yang  senantiasa menjunjung tinggi islam secara moderat yang rahmatan lilalamin.

Kepada lembaga pendidikan Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan Islam tertua dunia,  Menteri mengapresiasi kiprah  lembaga pendidikan Islam  yang telah berusia  lebih dari 1000 tahun tersebut, senantiasa menebarkan islam wasathiyah sehingga kemudian dunia mengenangnya sebagai benteng moderasi Islam.

“Bangsa Indonesia merasa sangat bersyukur karena banyak sekali alumni Al-Azhar yang telah berkiprah di hampir semua aspek kehidupan. Salah satunya adalah Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi. Bahkan mantan Presiden RI, Gus Dur pun merupakan alumni Al-Azhar,” terang Lukman Hakim.

Dalam pandangan Menteri Agama, Al-Azhar memiliki daya tariknya tersendiri, selain karena keikhlasan para Ulama-ulamanya dan para guru-gurunya yang mendatangkan keberkahan bagi seluruh pelajar Mahasiswa. Juga daya tarik Universitas Al-Azhar adalah karena tradisi keilmuannya yang begitu kuat yang bercirikan Islam moderat. Ciri ini berasal dari awal Al-Azhar dari sebuah Masjid yang kemudian berkembang menjadi universitas yang senantiasa mengusung nilai-nilai tauhid yang penuh dengan spiritualitas Islam yang dipadukan dengan keilmuan. "Ciri utama Al-Azhar bukan hanya menghimpun para pelajar dari seluruh penjuru dunia untuk mendalami keilmuan islam di Al-Azhar Mesir, tetapi juga tradisi keilmuannya yang menghimpun berbagai mazhab, berbagai aliran pemikiran dan berbagai aliran faham keagamaan yang merupakan kekayaan Islam yang mampu dijaga dan dirawat dengan baik oleh Al-Azhar.

Kelebihan lainnya, kata menteri adalah memadukan hal-hal yang sifatnya tekstual dengan nalar dan kontekstual. Wahyu Al-Qur’an dan Hadist dijaga sedemikian rupa tapi juga kemudian akal diposisikan pada tempatnya secara proporsional. Disisi lain penggunaan akalpun dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak tercerabut dari teks-teks yang bersumber dari AL-Qur’an dan Hadist.

Pada kesempatan itu, Menteri Agama juga memuji alumni-alumni Al Azhar yang sebagian besar menghimpun dan mempersatukan umat islam serta senantiasa memelihara keragaman pandangan keagamaan dalam internal umat Islam itu sendiri. Bahkan juga keberagaman pandangan keagamaan di luar islam. Inilah yang dalam kontek global sekarang ini semakin memiliki tingkat urgensi dan relevansi yang tinggi. keberadaan Al-Azhar semakin relevan karena alumni-alumninya semakin dibutuhkan agar peradaban dunia ini tidak semakin menurun kualitasnya karena kompetisi hidup yang semakin keras, tajam dan besar yang seringkali sebagian kita justru menggunakan agama untuk saling menegasikan antara satu dengan yang lainnya, tegas menteri. (Marham)

Share:

Wednesday, 18 October 2017

Tas Batok Kelapa Ketak Buat Tampilan Anda Jadi Cantik

asesoris batok kelapa khas Lombok

SIAPA sangka batok kelapa yang banyak dianggap remeh oleh masyarakat ternyata bisa diolah menjadi kerajinan tas yang cantik. Seperti yang dilakukan Ika Asmi Susanti, pemilik dari Bale Creative yang beralamat di Jalan Transmigrasi, Majeluk, Mataram.

Ide membuat tas dari batok kelapa dan ketak ini diperolehnya saat berkunjung ke Jawa beberapa waktu lalu. “Kalau di Jawa kan tasnya terbuat dari full batok kelapa, makanya saya kepikiran kenapa tidak mengkreasikannya dengan ketak yang banyak di sini,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu di bengkel kerjanya.

Selama 2 tahun ini, Ika sudah menekuni kerajinan batok kelapa. Namun, untuk tas batok kelapa dan ketak ini baru setengah tahun dimulai. Tas yang terbuat dari batok kelapa dan ketak ini, diakuinya, merupakan satu-satunya di NTB bahkan Indonesia.  “Soalnya ini baru belum ada yang buat selain saya,” klaimnya.

Bahan baku seperti batok kelapa dan ketak diperoleh Ika dari pasar terdekat. “Kalau ketak kan di sini banyak bahan bakunya, sedangkan batok kelapa saya peroleh dari langganan saya di pasar,” jelasnya.
Proses pembuatan tas batok kelapa dan ketak ini memakan waktu berbeda tergantung dari ukuran yang dibuat. “Kalau ukuran tasnya besar bisa sampai 1 minggu, tapi kalau kecil hanya butuh waktu 3 hari saja,” kata Ika.
Batok kelapa kupu-kupu
Biasanya batok kelapa dibuat menjadi bulatan-bulatan kecil terlebih dahulu sebelum dirangkai menjadi tas yang dilakukan oleh pengrajin khusus. “Desain tasnya selalu berinovasi agar banyak variasinya,” ujarnya.

Karena merupakan produk baru, tas buatan Ika ini pasarannya masih terbatas. “Saya pasarkannya lewat website dan dipajang di galeri saya sama ikut pameran,” katanya. Tetapi walau begitu, tas buatannya ini banyak diminati oleh pembeli, karena keunikannya. “Banyak yang pesan secara online, seperti dari Sulawesi untuk pemakaian pribadi,” jelasnya.

Ia sendiri di bulan Oktober akan mengikuti pameran di Jakarta untuk mengenalkan produk tasnya. Harga tas batok kelapa dan ketak ini berkisar dari Rp 150 – 400 ribu tergantung ukuran tas. “Dalam sebulan saya bisa mendapatkan keuntungan sampai Rp 3 juta untuk tas,” kata Ika.

Diakuinya prospek ke depannya sangatlah bagus karena tas ini unik. “Tetapi kita belum banyak diketahui orang serta dinas belum tahu kita, tapi tidak apa-apa karena kita ini usaha sendiri yang memang tujuannya untuk memberdayakan orang lain,”  akunya. (uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Tuesday, 17 October 2017

Pantai Lolat Lombok Timur Tak Selicin Namanya


 
Hotel Ekas Break yang ada di Pantai Lolat Lombok Timur
PANTAI Lolat Desa Ekas Buana Kecamatan Jerowaru Kabupaten Lombok Timur (Lotim) adalah salah satu pesona yang terpendam. Pantai Lolat ini merupakan sederetan pantai indah yang segaris dengan Pantai Surga, Pantai Kura-kura, Pantai Ekas dan Rungkang dan lainnya. Pantai yang terletak di desa paling selatan di Lotim ini membuat banyak investor yang tertarik.

Kepala Desa Ekas Buana, Nurman menyebut tempat-tempat strategis yang ada di pinggir pantai ini sudah dimiliki para investor dan siap berinvestasi. Banyaknya pantai yang indah di bagian selatan ini katanya memang menjadi data tarik tersendiri.

Seperti Pantai Lolat, terlihat tidak jauh dari pantai sudah mulai dibangun sejumlah hotel. Di antaranya Heaven on the planet. Hotel ini berada di atas bukit yang menjorok menghadap langsung ke pantai. Investor-investor kaya lainnya siap menjalankan investasinya.

Sales Manager PT Ekas Break, Heru Firmanto menyebut pemiliknya sudah siap melakukan investasi besar sekelas hotel bintang lima di dekat Pantai Lolat ini. Sebagai bentuk keseriusannya, infrastruktur jalan menuju kawasan Pantai Lolat ini dibuka sendiri. Sejumlah berugak sengaja dipersiapkan untuk memperkenalkan keindahan alam Pantai Lolat.

Berkunjung ke Lolat lebih menarik saat menjelang matahari terbit (sunrise). Detik-detik menjelang terbitnya sang surya di ufuk timur ini menjadi bagian terindah yang bisa dinikmati wisatawan. Karenanya, sejumlah pelaku wisata ini membuat paket menikmati sunrise ini dengan sengaja datang ke Pantai Lolat.

Melihat tren pertumbuhan investasi di wilayah selatan ini, Heru yakin dalam lima tahun ke depan, kawasan Ekas Buana akan menjadi daerah kunjungan wisata yang sangat ramai. Beberapa tahun ini saja, sudah mulai banyak wisatawan yang datang.

Berbicara pantai di wilayah Ekas Buana khususnya seperti tidak ada habisnya. Pilihan-pilihan untuk menyenangkan wisatawan cukup banyak. Alternatif berwisata pantai di Lotim bagian selatan ini tidak ada habisnya. Bosan terhadap satu obyek wisata pantai, bisa meluncur ke pantai-pantai lainnya.

Khusus Lolat, menawarkan aktivitas surving atau berselancar bagi wisatawan. Gulungan ombak pantai di Teluk Ekas ini memberikan penawaran menarik bagi wisatawan yang hendak menikmati nikmatnya berselancar. Para pemula pun melakukan aktivitas selancar di daerah ini.

Soal infrastruktur jalan, bagi sebagian wisawan sebenarnya tidaklah menjadi masalah. Jalan yang rusak ada juga yang menikmatinya. Hanya saja, bagi ruas jalan yang sudah dihotmic namun kembali rusak diharap bisa diperbaiki kembali oleh pemerintah.

Meski sebutan sejumlah orang, jalan neraka pantai surga setidaknya tidak demikian pandangan umum dari para wisatawan. Pasalnya, salah satu keseruan berwisata juga ada kondisi medan yang dilalui menuju kawasan objek wisata asalkan tetap mengedepankan keamanan dan kenyamanan para wisatawan. (Rusliadi)
Share:

Tiu Roton, Air Terjun Mempesona di Lombok Utara

Air jernih di Air terjun Tiu Roton Lombok Utara

JALAN-jalan di akhir pekan banyak dilakukan setelah jenuh dengan pekerjaan selama seminggu. Jika bosan dengan suasana pantai, maka bisa mencoba untuk bertamasya ke air terjun Tiu Roton yang berada di Dusun Tiu Roton, Desa Terengan, Pemenang, Kabupaten Lombok Utara (KLU).

Menurut Amaq Rahman, penjaga sekaligus tukang parkir di Tiu Roton, nama Tiu Roton sudah ada sejak zaman dahulu kala. “Dinamakan Tiu Roton karena banyak batu yang ada di atasnya bersusun-susun,” terangnya.

Tiu Roton merupakan sebuah aliran sungai yang di bagian bawah memiliki air terjun. Di pemandian ini, terdapat dua jenis beringin besar yang berada di kanan dan kiri jalan.

Ketinggian air Tiu Roton sendiri antara 4-5 meter dengan arus air yang cukup deras. Di bawah air terjun memiliki kolam-kolam kecil yang banyak dijadikan area mandi bagi para pengunjung. Kedalaman kolam juga tidak terlalu dalam, sehingga tidak heran banyak anak kecil yang bebas bermain air di situ.

Jika tidak ingin bermain di air terjunnya, pengunjung bisa menyusuri jalan setapak yang ada untuk menyusuri sungai. “Mata airnya berasal dari mata air Lokoq Ninting, sama seperti yang di Jenggala,” kata Amaq Rahman.

Ia menambahkan, jika mata air ini mengalir sampai di Pemenang sana. Jadi, tidak heran air sungainya terasa dingin dan sejuk karena berasal dari pegunungan. Di sungai ini juga, hampir tidak ada sampah anorganik kecuali sampah dedaunan dari pohon sekitarnya.

Fasilitas di Tiu Roton sendiri cukup bagus dengan jalan dan area pendukung yang memadai. “Fasilitas dibangun 2 tahun yang lalu,” kata Amaq Rahman.
Tiu roton sendiri ramai saat akhir pekan. “Banyak juga yang datang dari Mataram untuk berlibur di sini,” tambahnya.

Fasilitas parkir sendiri berada di pintu masuk air terjun. Tarif parkir sendiri hanya dibanderol Rp 2 ribu untuk motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.

Perjalanan dari Mataram menuju Tiu Roton sendiri hanya memakan waktu 1 jam perjalanan. Untuk menuju lokasi, setelah sampai Bangsal Pemenang, belok ke kanan nanti akan menemukan jalan pertigaan, belok kanan. Di jalan nanti, kita akan menemukan plang penunjuk jalan ke Tiu Roton. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Mau Maling di Lombok, Awas Ketahuan Lewat Kendi Maling

H. Mustaqim, salah satu perajin kendi maling di Dusun Tongkek Penujak Praya Barat Lombok Tengah

Kerajinan gerabah di NTB sudah ada sejak zaman dahulu kala. Gerabah memiliki berbagai macam fungsi yang berbeda-beda tergantung kegunaannya. Salah satu gerabah yang menjadi ciri khas Lombok adalah kendi maling yang memiliki bentuk unik.

Menurut H. Mustaqim, pembuat gerabah di Dusun Tongkek, Desa Penujak, Praya Barat, dinamakan kendi maling, karena cara kerjanya yang seperti maling yaitu bersembunyi.

“Airnya dimasukkan dari bawah kendi, sehingga nanti kalau penuh airnya akan masuk ke bagian sampingnya,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Kendi tradisional Sasak, tuturnya, terdiri dari dua jenis. Pertama, kendi biasa dan kendi maling. Tampilan kendi maling sendiri berbeda dengan kendi biasa. Di mana kendi maling memiliki penutup yang melekat di bagian atasnya yang tidak dimiliki kendi biasa.

Khusus di Dusun Tongkek, ujar H. Mustaqim, hanya dirinya dan istrinya yang membuat kendi maling. Sementara perajin lain memilih membuat hasil gerabah yang berbeda. “Seminggu bisa buat 10 kendi. Jadi dibakarnya kalau sudah 2 -3 minggu yang dapat 30 kendi biar banyak yang dibakar,” terangnya.

Kendi maling yang dijemur sebelum dibakar.
Sebelum dibakar, kendi biasanya dijemur dulu selama sehari agar kering. Kendi dibakar dengan menggunakan jerami atau sekam padi agar pembakarannya merata ke semua sisi kendi.

Bahan baku untuk kendi sendiri diperoleh dari gunung. Untuk membuat 10 kendi, biasanya dirinya menghabiskan 1 karung tanah. Dalam membuat kendi maling, bisa diukir sesuai order atau pesanan. Namun, H. Mustaqim banyak membuat kendi bermotif polos. Kendi biasanya biasanya setelah dibakar menjadi 3 warna, yakni warna merah, hitam dan merah hitam. “Warna merah hitam ini dapatnya dari pakai asem, sedangkan yang warna hitam itu dicat setelah dibakar,” jelasnya.

Harga kendi maling ini dibanderol Mustaqim sebesar Rp 100 ribu/buah untuk wisatawan asing. “Menurutnya, wisatawan asing lebih menyukai kendi maling dibandingkan dengan warga lokal. “Kalau yang lokal lebih suka yang kendi biasa karena banyak yang pakai untuk acara nikahan,” terangnya.

Mustaqim menjelaskan, saat masa jayanya gerabah Penujak, kendi maling dijual sampai ke luar negeri. “Kita ndak buat kendi ini kalau ndak ada orderan. Ini saja pesanan dari hotel di Senggigi dan Kuta,” terangnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Alumni Al Azhar Mesir Gelar Konferensi Internasional di NTB akan Dibuka Presiden Jokowi

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi bersama peserta konferensi internasional Alumni Al Azhar Mesir di Mataram NTB

Para peserta konferensi internasional alumni Al Azhar Mesir dan  Multaqa nasional IV alumni Al Azhar  Mesir sebagian besar sudah tiba di provinsi Nusa Tenggara Barat.

Kedatangan para peserta Konferensi  sekitar 400 orang  dari berbagai  negara yang mengkonfirmasi akan hadir pada perhelatan konferensi international di Mataram NTB yang merupakan para ulama Alumni Al Azhar Kairo Mesir,  sebenarnya sebagian sudah  tiba  di Mataram hari Senin ( 16/10-2017). Dan pada Selasa 17 Oktober 2017, seluruh peserta/delegasi dari berbagai negara diperkirakan sudah seluruhnya tiba di Mataram Nusa Tenggara Barat.

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi (kanan) berbincang santai dengan peserta konferensi internasional alumni Al Azhar Mesir
Gubernur Nusa Tenggara Barat, Dr.TGH. M. Zainul Majdi yang lebih dikenal sebagai Tuan Guru Bajang mengadakan jamuan makan malam atau welcoming dinner kepada seluruh peserta dan delegasi di Hotel Lombok Raya Mataram, Selasa malam (17/10- 2017). Dalam jamuan makan malam ini ditampilkan kesenian bernuansa Islami.

Sementara Rabu (18/10/2017) agenda Multaqa IV Alumni Al-Azhar Indonesia dibuka di Islamic Centre Nusa Tenggara Barat di Mataram.


Selanjutnya  Presiden RI, Bapak Ir. H. Joko Widodo dijadwalkan membuka secara Konferensi Internasional Alumni Al-Azhar di Islamic Centre, Kamis (19/10-2017). (Marham)
Share:

Bima dengan Destinasi Andalan Wisata yang Masih Perawan

Gua Ringi Ncanga yang ada di Bima dan menjadi daya tarik wisatawan. 

Tren berwisata semakin melanda wisatawan millenial. Tidak heran jika wisatawan millenial ini dapat berkunjung ke tiga bahkan sampai lima destinasi dalam satu kali perjalanan. Nampaknya hal ini cukup menarik untuk dilakukan. Selain menghemat waktu, wisatawan mendapatkan keuntungan dengan berkunjung ke berbagai destinasi yang indah dalam satu kali perjalanan. Misalnya 10 destinasi wisata yang ada di ujung Kabupaten Bima. Terdapat berbagai macam destinasi yang dapat dikunjungi wisatawan saat berkunjung ke Bima.

Ada Pantai Kalaki, Pantai Lawata, Pantai Amahami, Pantai Pink Bima dan Pantai Ule. Ada pula Pantai Kolo, Pantai Sonumbe, Museum Asi Mbojo, Gua Ringi Ncanga dan Pulau Kambing. Semua destinasi ini wajib dikunjungi. Sebab masing-masing destinasi memiliki keunikan dan keindahan tersendiri.

“Beberapa pantai itu bisa sekali jalan karena lokasinya berdekatan,” kata Warga Sape Kabupaten Bima Muhammad Isnaini, di Mataram, Kamis (12/10/2017).

Salah satu pantai yang paling banyak dikunjungi wisatawan saat ini adalah Pantai Kalaki. Pantai ini berada di Teluk Bima yang terkenal dengan lautnya yang tenang dan dangkal serta kehidupan bawah lautnya yang masih terjaga. Selain itu ada pula Pantai Lawata yang menjadi favorit wisatawan di Bima. Pantai ini selalu menjadi rekomendasi tempat yang wajib dikunjungi selama liburan di Bima. Posisinya berada di batas terluar dari Kota Bima berupa tonjolan yang mengarah ke luar teluk.

Selain itu, ada pula Pantai Ule adalah pantai yang hanya berjarak 5 menit berkendara dari pusat kota Bima. Dengan jarak yang dekat dan akses yang mudah pantai ini sempat menjadi tujuan utama rekreasi warga Bima. Ada pula Pantai Kol yang ada di Kecamatan Asakota yang berjarak 30 menit berkendara dari pusat kota. Sehingga sangat mudah diakses oleh wisatawan. “Memang banyak pantai di Bima. Lokasinya juga dekat-dekat, selain itu juga mudah dijangkau,” ujarnya.

Masih di Kecamatan Asakota, ada pula Pantai Sonumbe. Lokasi pantai ini berada di ujung teluk Bima dan masih sederet dengan kawasan pesisir pantai Kolo. Dari pusat kota Bima, wisatawan dapat berkendara ke arah utara sejauh 20 kilometer. Selain itu, ada pula wisata berupa gua.  Salah satu gua yang ditemukan dan menjadi tujuan wisata adalah Gua Ringi Ncanga. Gua tersebut berada di wilayah administratif kelurahan Oi Fo’o, Kecamatan Rasana’e Timur, Kota Bima yang hanya berjarak sekitar 2,5 kilometer dari pusat kota. “Masih banyak destinasi wisata di Bima. Saya berharap wisatawan banyak yang datang,” harapnya. (Linggauni/Suara NTB) 
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive