Be Your Inspiration

Tuesday 26 September 2017

Tunggul Cikal Bakal Tenun Pringgasela yang Tak Boleh Dilihat Sembarangan

Inilah Tunggul kain tenun yang berusia lebih dari 200 tahun. Kain ini menjadi cikal bakal tenun Pringgasela Lombok Timur

DI Kecamatan Pringgasela , terdapat kain tenun yang dinamakan tunggul (umbul-umbul) yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat setempat.

Tunggul tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan tunggul itu tidaklah sembarangan. Mulai dari penentuan bunga kapas, pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk ritual-ritual atau upacara adat tertentu.

Berbeda halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang tertentu. Artinya sedang dalam keadaan menstruasi.

Tunggul tersebut terakhir di keluarkan/dipertemukan antara tunggul laki-laki dan perempuan ketika orang tuanya menikah. Namun untuk mempertemukan itu, membutuhkan biaya yang cukup besar. "Untuk dilihat saja tidak sembarangan. Kalaupun ada yang ingin membukanya, harus keluarga yang laki-laki. Apabila dibuka sembarangan orang, konon diyakini akan ada musibah yang terjadi,’’ujarnya, Sabtu (23 September 2017)
.  

Terkait dengan tunggul itu, pihak dari Museum RI, Museum Textil dan Museum NTB sudah datang untuk meminta mengambil untuk tempatkan di Museum. Namun pihak keluarga tidak memberikan. Bahkan, motif yang terdapat dalam tunggul itu tidak boleh dicontek lagi. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Tenun Pringgasela Lombok Timur Industri Potensial yang Diakui Dunia

Seorang penenun di Pringgasela Lombok Timur sedang membuat kain tenun berkualitas tinggi

Tenun yang dihasilkan perajin di Desa Pringgasela, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) merupakan salah satu kerajinan tradisional yang cukup terkenal. Tenunan yang memiliki cirri sangat khas ini, ternyata mengalami sejumlah kendala dalam pengembangannya. Industri rumahan ini masih kesulitan pasar.

UNTUK membumikan kerajinan tenun Pringgasela ini, masyarakat setempat pada Senin (11/9) lalu menggelar acara Alunan Budaya Desa (ABD). Kegiatan ini menjadi tahun ketiga  kegiatan ini digelar. Langkah itu dilakukan untuk mempromosikan dan menduniakan gedogan Pringgasela tersebut. Pelaksanaan ABD  juga memecahkan rekor Muri dengan menampilkan sebanyak 1.300 penenun. Tidak lain, upaya itu dilakukan untuk menduniakan kerajinan khas Pringgasela yang merupakan industri rumahan yang cukup potensial menuju industri tenun yang mendunia.

Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, upaya serta perhatian yang sungguh-sungguh dari masyarakat serta pemerintah tentunya sangat diharapkan. ‘’Kesulitan kami  di pemasaran,’’ujar Inaq Indra, salah seorang perajin tenun sesekan Pringgasela, pada Ekbis NTB, Sabtu (23/9/2017).

Inaq Indra sudah menekuni kerajinan tenun sejak kecil. Kepiawainnya menenun, diakuinya didapatkan dari mendiang ibunya. Menurutnya, menenun pada masa lalu merupakan hal yang wajib dikuasai oleh seorang anak perempuan dan menjadi salah satu persyaratan sebelum menikah.

Miniatur perempuan yang sedang menenun menjadi salah satu tampilan Kantor Camat Pringgasela Lombok Timur

Kesulitan pemasaran kain tenun di Desa Pringgasela juga dikeluhkan oleh pemilik Art Shop Tanak Gadang, Sustri Wardani. Ia menjelaskan untuk pemasaran selain dilakukan di rumah, ia juga sering memanfaatkan media online berupa sosial media facebook dan sejenisnya. ‘’Selain itu kita juga sering ikut pameran,’’ katanya.

Sutri Wardani mengatakan, harus ada sinkronisasi antara instansi pemerintah dan para pengelola art shop. Karena wisatawan akan datang apabila ada yang dilirik. Untuk bantuan dari pemerintah, dijelaskan bahwa usaha pribadi tidak ada bantuan dana. Bantuannya dalam bentuk pelatihan.

Selain pasar. Kesulitan yang dihadapi terkait dengan memvariasikan motif  oleh perajin. ‘’Motif kita monoton tidak ada perubahan.  Meskipun demikian, untuk penjualan tetap jalan,’’jelasnya.  Adapun untuk harga, dijelaskan bervariasi mulai tergantung dari bahan, warna, motif dan ukuran dari kain tenun.

Hal senada disampaikan, M. Maliki, Ketua Kelompok Sentosa Sasak Tenun Desa Pringgasela. Kelompok yang berdiri tahun 2000 dengan jumlah anggota 60 orang ini, sering menerima bantuan dari pemerintah berupa, panci, bak, kompor dan benang. Di mana kelompok tenun ini sekarang di bawah binaan Bank Indonesia (BI). Dengan berada di bawah naungan BI, Maliki berharap penjualan hasil kerajinan tenun memiliki progres yang cukup baik mengingat kendala yang dihadapi saat ini dari segi pemasaran. ‘’Kita mengharapkan instansi terkait maupun BUMN menjadikan kita binaannya,’’ujarnya.
 
Pewarnaan alami kain tenun Pringgasela Lombok Timur
Maliki menjelaskan, menenun merupakan salah satu mata mencarian, menjadi pekerjaan utama dalam penopang kehidupan. Pasalnya, hampir semua rumah tangga yang ada di Desa Pringgasela memiliki alat menenun dan menekuni pekerjaan ini. ‘’Menenun ini pekerjaan utama masyarakat khususnya ibu-ibu sebagai penunjang perekonomian. Namun saat ini kita terkendala di pemasaran,’’ ujarnya.

Apabila pemasarannya bagus, menurut Maliki, maka kain tenun dapat menjadi primadona dan bisa diandalkan  sebagai penopang perekonomian masyarakat. Terlebih Desa Pringgasela sudah menjadi desa wisata. Untuk kain tenun Pringgasela sendiri, para perajin fokus menggunakan pewarna alam. ‘’Pewarna alam tidak ada efek samping terhadap kulit. Ramah lingkungan dan mudah dicari. Karena sumbernya dari kulit kayu banten, serabut kelapa dan juga daun ketapang,’’jelasnya.

Untuk kelompok Sentosa Sasak Tenun, sudah menjual hasil kerajinan seperti ke Jakarta, Bontang, Kalimantan Timur dan ke Bali. Pameran juga sering dilakukan di sejumlah daerah di Indonesia. Bahkan untuk membumikan kain tenun Pringgasela ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Lotim, mewacanakan penggunaan kain tenun menjadi seragam sekolah siswa dan guru. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menggaungkan kain tenun  Pringgasela. Termasuk ada wacana menjadikan tenun Pringgasela sebagai seragam Aparatur Sipil Negara (ASN) lingkup Setdakab Lotim.
Kain Tenun Pringgasela yang mempesona dan mendunia

Di Kecamatan Pringgasela sendiri, terdapat kain tenun yang dinamakan tunggul (umbul-umbul) yang berusia sekitar 200 tahun. Tunggul tersebut merupakan cikal bakal kain tenun Pringgasela yang dibuat oleh salah satu tokoh agama setempat. Tunggul tersebut saat ini masih disimpan oleh tokoh masyarakat di sana.

Tunggul tersebut merupakan gabungan dari semua jenis dan motif kain tenun yang berjumlah 20 lebih. Dalam pembuatan tunggul itu tidaklah sembarangan mulai dari penentuan bunga kapas, pemintalan secara manual, kemudian diwarnai secara alam. Bahkan sebelum dibentuk, perajin harus berpuasa selama 40 hari karena biasanya digunakan untuk ritual-ritual atau upacara adat tertentu.

Berbeda halnya dengan sekarang, kain tenun sudah menjadi fashion. Kalaupun harus menggunakan ritual adat, sabuk untuk khitanan, perajin dianjurkan untuk berpuasa dari 3-4 hari. Bahkan bagi yang boleh menenunnya adalah orang-orang tertentu. Artinya yang sudah bersih (selesai menstruasi). ‘’Tunggul di sini merupakan tunggul laki-laki, sementara untuk tunggul perempuan dipegang oleh keluarga H. Syahdan, mantan Bupati Lotim di Rumbuk,’’ ujar Supawadi, anak tertua yang memegang tunggul tersebut. (Yoni Ariadi Lombok Timur)
Share:

Tuesday 19 September 2017

Giant Wood Produksi Lombok yang Banyak Diminati

furniture Giant Wood, produksi Lombok yang kuat dan mempesona

PERLENGKAPAN rumah tangga dari kayu memang selalu banyak diminati masyarakat, karena terkesan kuat dan kokoh. Kayu yang digunakan pun berbagai macam jenis dan ukuran. Tetapi di Giant Woods yang berlokasi di jalan Saleh Sungkar, Ampenan, kita akan menemukan furnitur berbahan dasar kayu yang berukuran ‘raksasa’.

Di sini kita akan menemukan tumpukan kayu berukuran besar, baik yang masih berbentuk mentah atau sudah diubah menjadi furniture. Adalah Heriawan, pemilik Giant Woods, yang telah menekuni usaha kerajinan kayu sejak tahun 1978 silam. “Awalnya kita buka di Bali karena saya sempat tinggal disana. Tetapi sejak 2 tahun yang lalu, saya kembali ke Lombok,” terangnya saat ditemui Agustus 2017 di sela-sela pekerjaannya.

Dirinya menambahkan, jika keahliannya mengukir kayu berasal dari pengalamannya sejak kecil bekerja mengukir kayu pada orang lain. Pemilihan kayu dengan ukuran besar ini, kata Heri, menjadi furniture tidak memiliki alasan khusus. “Sebenarnya saya menerima semua permintaan kerajinan dari semua ukuran kayu,” ujarnya.
Giant Wood Lombok yang banyak diminati pembeli dalam dan luar negeri

Ia mengatakan jika hanya mengandalkan pendapatan dari penjualan kerajinan kayu berukuran besar membutuhkan waktu yang lama. “Dalam setahun, hanya 1 atau 2 kali barangnya terjual. Karena di sini belum semuanya mampu membeli,” tukas pria asal Lombok Tengah ini.

Bahan baku kayu berukuran raksasa ini, diakui Heri, didapatkannya dari Pulau Jawa. “Sekali ambil bahan bisa sampai 3-4 truk kayu yang harganya Rp 50 juta,” akunya. Harga yang mahal ini diakibatkan kayu sudah mulai sulit ditemukan di hutan. “Di sini (Lombok) jarang ada pohon berukuran besar, ukurannya standar saja,” ceritanya.

Kayu raksasa yang digunakannya biasanya dari jenis trembesi yang terkenal kuat. Selain batangnya, ia juga biasa menggunakan bonggol kayu atau fosil kayu yang cukup langka diperoleh.
Heriawan bersama  furnitur dari kayu besar atau giant wood yang didatangkan dari luar daerah. 

Furniture yang dibuat dari kayu raksasa ini bermacam-macam, seperti pintu, meja, kursi, dan lainnya.  “Kita buatnya tergantung keinginan pembeli,” kata Heri. Pengerjaannya sendiri membutuhkan waktu yang cukup lama. Misalnya untuk meja berukuran 4x1 meter, bisa menghabiskan waktu sampai 20 hari pengerjaan. “Tapi total pengerjaannya bisa sampai 2-3 bulan. Itu jika dihitung sampai finishingnya,” jelasnya. Jadi tidak heran, harga yang ditawarkan untuk kerajinan ini sangatlah mahal.
“Harganya bisa mencapai Rp 50 juta untuk meja misalnya. Tetapi kalau untuk orang yang suka, harga tersebut tidak menjadi masalah,” kata Heri. 

Peminat kerajinan dari kayu raksasa sendiri diakuinya di Lombok tidak terlalu banyak. “Di sini peminatnya dari kalangan pariwisata, tetapi banyak juga untuk keperluan pribadi,” ujarnya. Pasaran luar negeri untuk produk kayu raksasa ini juga sangatlah bagus. “Terakhir kita mengirim ke Jerman, Abu Dhabi dan Malaysia,” akunya. (Uul Efriyanti Prayoba)


Share:

Tirai Bambu dan Lantai Bambu Produksi Narmada Lombok Barat yang Mendunia


BAMBU memang dikenal sebagai salah satu tanaman yang banyak dimanfatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan. Seperti kerajinan tirai atau kere (bahasa Sasak) dan lantai bambu yang banyak digunakan untuk interior rumah atau kebutuhan pariwisata.

Tirai dan lantai dari bambu ini banyak ditemui dibuat di Dusun Merce Barat, Desa Narmada, Narmada Lombok Barat. Di daerah ini, kita akan melihat banyak lantai di pinggir jalan sedang dijemur warga.

Tikar Bambu Narmada Lombok Barat

Menurut salah satu pembuat tirai atau kere dalam bahasa Sasak, Inaq Rapiah, pembuatan tirai dan lantai sudah dilakukan masyarakat di sana sejak zaman dahulu. “Kalau saya mulai buat sejak tahun 1992 karena sudah turunan dari zaman nenek moyang,” terangnya saat ditemui beberapa waktu lalu di rumahnya. Tirai bambu banyak digunakan sebagai penutup agar tidak terkena sinar matahari.

Ia biasanya dibantu anaknya dalam membantu tirai bambu. Inaq Rapiah mengatakan untuk membuat 1 buah tirai membutuhkan ratusan bilah bambu yang sudah dipotong. “Biasanya kita beli 300 bilah bambu seharga Rp 50 ribu,” ujarnya.

Ia menggunakan peralatan sederhana dalam membuat tirai itu. “Untuk ukurannya, kita punya modelnya nanti panjang tirainya disesuaikan sesuai pesanan,” tukasnya. Tirai bambu ini bisa bertahan bertahun-tahun tergantung penempatannya.

Inaq Rapiah menambahkan ukuran tirai bambu yang banyak dipesan berukuran 2x2 meter. “Tetapi ada banyak ukuran lain tergantung keinginan si pemesan,” katanya. Dalam sehari, ia bisa membuat sampai 3 buah tirai tergantung ketekunan si pembuat. “Kalau butuh uang cepat, biasanya banyak kita buat,” ujarnya.

Tirai buatannya biasanya dijual langsung ke pengepul yang ada di dusunnya. “1 buah tirai kita dapat Rp 10 ribu” jelasnya.
Tikar lantai dan tirai bambu khas Lombok Barat

Dirinya mengaku tidak membuat lantai, karena prosesnya lebih sulit dibandingkan dengan membuat tirai. “Lantai itu butuh proses yang lama, jadinya lebih banyak yang laki-laki buatnya,” katanya.

Sedangkan Hj. Laela, pengepul tirai dan lantai di dusun yang sama mengaku tirai dan lantai bambu ini masih tetap diminati masyarakat walaupun sekarang sudah banyak produk sejenis dengan bahan yang bervarian.

“Kalau di sini, lantai bambu masih banyak digunakan untuk kebutuhan orang-orang begawe,” terangnya.

Untuk itu, selain menjual lantai dan tirai bambu, dirinya juga menyewakan lantai bagi yang membutuhkan. “Lantai bisa disewa dengan harga Rp 6 ribu/buah selama 3 hari,” tukas Hj Laela.

Si penyewa juga wajib mencuci kembali lantai yang disewa agar kebersihannya tetap terjaga. Penyewa lantai bambu ini berasal dari Narmada dan Lombok Tengah.

Untuk harga jual lantai bambu, dirinya mematok harga Rp 125 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter dan Rp 250 ribu dengan ukuran sama untuk lantai rotan. Tirai bambu dihargai Rp 80 ribu dengan ukuran 2x2 meter dan Rp 40 ribu untuk ukuran 1,5x2 meter. (Uul Efriyanti Prayoba Ekbis NTB)

Share:

Dried Fruit Khas Lombok Tembus Pasar Amerika dan Eropa

Dried Fruit khas Lombok yang merambah pasar Amerika dan Eropa

KERAJINAN buah kering atau dried fruit di Lombok belum banyak dikenal masyarakat awam. Mereka lebih cenderung mengetahui kegunaan buah untuk konsumsi bukan sebagai bahan baku kerajinan. Tetapi di tangan Ir. M. Ari Aditya, MM., buah-buah yang banyak dipandang sebelah mata diubah menjadi kerajinan buah kering bernilai ekonomi tinggi.

Ari – sapaan akrabnya mulai membuat kerajinan ini sejak tahun 2008 silam. “Kebetulan saya dulu pernah bekerja di perusahaan milik asing yang membuat produk dried fruit ini, kemudian saya mencoba membuat sendiri,” jelasnya saat ditemui beberapa waktu lalu.

Dried fruit ini, tambahnya, biasa digunakan oleh para flowerist dalam membuat buket bunga yang menambah keunikan tampilannya. “Selain itu, biasanya digunakan untuk mempercantik interior ruangan karena sifatnya yang tahan lama,” ujarnya.

Untuk membuat kerajinan buah kering ini, Ari menggunakan bahan-bahan lokal yang banyak ditemukan di daerah ini. “Kami membuat dried fruit ini dari buah lontar, buah aren, dan lainnya yang kemudian dikeringkan secara tradisional,” terangnya.

Buah-buah ini dikeringkan selama 1-3 minggu dengan bantuan sinar matahari sampai benar-benar kering. “Prosesnya hanya begitu tanpa ditambahkan bahan apapun,” ujarnya.

Setelah dikeringkan, barulah kemudian buah-buah tersebut dirangkai menjadi berbagai bentuk yang diinginkan. “Untuk tangkainya, kami menggunakan ketak yang di sini juga banyak tersedia,” kata Ari.
Dried fruit khas Lombok yang dipasarkan ke Eropa dan Amerika

Proses dried fruit sampai ke tangan konsumen membutuhkan waktu yang cukup lama karena banyak proses yang mesti dilalui. “Jadi pembeli yang memesan membutuhkan sampai 1 bulan untuk mengambil pesanannya,” jelas pria yang juga memiliki usaha travel ini.

Jadi tidak heran, harga per tangkai untuk kerajinan buah kering ini mencapai Rp 50 ribuan/buah. “Bengkel produksi kami adanya di Petebon, Karang Rundun, Bertais tetapi beberapa waktu ini belum berproduksi lagi,” kata Ari.

Buah kering ini banyak digunakan oleh pelaku pariwisata seperti hotel untuk mempercantik ruangan. “Dried fruit ini bisa disewa, seperti Hotel Santika yang pernah bekerja sama dengan kami,” ujarnya. Untuk itu, dirinya selalu mengeluarkan desain baru setiap beberapa bulan agar pembeli bisa bebas memilih.

Pasaran produk buah kering buatan Ari ini diminati sampai pasar luar negeri seperti ke Amerika dan Eropa. “Kalau untuk pasaran lokal, belum banyak yang tertarik karena peruntukannya yang terbatas untuk interior saja,” terangnya. Walaupun pariwisata di NTB yang sedang menggeliat, tidak membuat pesanan dari pembeli lokal meningkat. “Karena untuk hotel atau villa juga tergantung dari tema yang mereka pakai, serta mereka lebih cenderung menggunakan produk dari luar karena harganya yang lebih murah,” jelasnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

Monday 11 September 2017

FESTIVAL MOYO, BANGKITKAN BUDAYA dan EKONOMI KERAKYATAN

Wagub NTB H. Muh. Amin membuka Festival Moyo di Sumbawa Besar, Minggu (10/9/2017) malam

Sejak diluncurkan Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi, 18 Agustus 2017 lalu, Pemerintah Provinsi NTB melalui Dinas Pariwisata telah menggelar berbagai event yang masuk dalam agenda Bulan Pesona Lombok Sumbawa 2017. Salah satu dari 28 acara utama dan 39 rangkaian acaranya adalah Festival Moyo, yang digelar di Halaman Kantor Bupati Sumbawa, Minggu (10/09/17) malam.

Festival Moyo tahun ini terlihat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Jika tahun sebelumnya dilaksanakan siang hari dan terkesan seremonial, maka tahun ini kegiatannya dilaksanakan pada malam, terkesan santai, romantic, syahdu dan penuh kemeriahan. Apalagi ditampilkan pertunjukan tarian budaya dari suku Sasak, Samawa dan Mbojo, yang menjadikan acara ini meriah dan menghibur seluruh tamu dan masyarakat yang turut menyaksikan agenda tahunan tersebut. Kegiatan tersebut berlangsung sebulan penuh, dari 10 September hingga 8 Oktober 2017 mendatang.

Wakil Gubernur NTB, H. Muh. Amin SH, MSi., saat membuka acara tersebut menegaskan, kegiatan semacam ini harus mampu dimanfaatkan sebagai ajang untuk membangkitkan seni budaya dan ekonomi kreatif dalam mendukung pembangunan sektor pariwisata. Karena sektor ini telah nyata bisa mendongkrak peningkatan ekonomi masyarakat, dengan Multiplier effects  yang berdampak besar bagi tumbuhknya sektor-sektor lain.

Wagub NTB H. Muh. Amin, Wabup  Sumbawa Mahmud Abdullah memukul rantok sebagai tanda pembukaan Festival Moyo 2017
Pemerintah Provinsi, menurut Wagub kelahiran Sumbawa itu memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan patiwisata. Terlebih, pembangunan infrastruktur dasar seperti air, listrik, jalan, fasilitas keamanan daerah, lembaga pelaku wisata terus dilakukan dan ditata dengan baik. Jika ini sudah disiapkan maka secara otomatis pengembangan pariwiata di NTB, khususnya di Pulau Sumbawa akan berjalan semakin maju.

TIDAK ADA DISPARITAS LOMBOK-SUMBAWA

Di sisi lain, Wagub juga menegaskan bahwa pemerintah provinsi terus mengembangkan pembangunan Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa secara proporsional sesuai dengan potensi dan sumber daya yang tersedia. Ia memastikan tidak ada disparitas perlakuan antara Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Hanya saja kedua pulau besar tersebut memiliki luas wilayah dan jumlah penduduk yang berbeda. “Marilah kita memberikan pengabdian terbaik baik kita. Mulai kepada daerah sampai kepala desa harus bersatu, menyatukan tekad, semangat dan tujuan untuk membangun daerah kita tercinta,” ajak wagub saat itu.

Bupati Sumbawa, H. HusniI Jibril dalam sambutannya sangat gembira dengan terselenggaranya acara pembukaan Festival Pesona Moyo berlangsung sangat meriah. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pemerintah provinsi yang telah mendukung dan menginisiasi kegiatan tersebut.

Ia juga menyampaikan terima kasih kepada Dinas Pariwisata NTB yang telah bekerja keras menata dan menyusun acara ini sedemikian meriahnya, sehingga dapat terlaksana dan masuk sebagai kalender event pariwisata NTB.

Husni Jibril meminta kepada Kepala Dinas  Pariwisata NTB, H. L. Muhammad  Faozal, MSi., untuk memperhatikan potensi pariwisata yang dimiliki Sumbawa saat ini. Sehingga, target nasional untuk kunjungan wisatawan sebesar 3,5 juta di NTB bisa tercapai. Ia menjelaskan di Sumbawa pendapatan dari satu hotel berbintang bisa mencapai 3 miliar pertahun, apalagi kalo banyak hotel.

“Mari segera kita tuntaskan grand design induk pariwisata. Jika langkah-langkah ini bisa kita implementasikan maka mimpi pariwisata Sumbawa maju akan terwujud,” pungkasnya.

Sekretasis Daerah Sumbawa, Drs. H. Rasydi, selaku ketua panitia melaporkan Festival Pesona Moyo sudah diselenggarakan sebanyak 6 kali sejak tahun 2012. Dan tahun 2017 ini, panitia mengangkat tema “Pengembangan Pariwisata, Ekonomi Kreatif Dan Investasi”.

Menurutnya, kegiatan ini bertujuan untuk menggerakkan pembangunan dan UMKM sebagai basis pengembangan ekonomi masyarkat. Juga, memperkenalkan pesona keindahan alam, budya dan kuliner guna mendungkung peningkatan kunjungan wisatawan khusunya di Pulau Sumbawa.

Adapun rangkaian kegiatannya meliputi Karnaval, Pawai Budaya, Pegelaran Budaya, Pameran Expo UMKM, Temu Usaha UMKM, Dialog Pariwisata, Jambore Kader Konservasi, Jelajah Alam Pulau Moyo, Main Jaran, Melala Satu Muharam, Balap Sampan, Mission Contest, Diskusi Budaya, Focus Group Discussion Pariwisata, Gebyar Pesta Jagung, Rantok 1000 Denek, Samawa Sepuloka, Pentas Budaya Empang, Barapan Kebo dan lain-lain.

Pembukaan acara tersebut juga dihadiri Wakil Ketua DPRD NTB, TGH. Mahalli Fikri dan perwakilan dari Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Moh. Hairul Anwar. (Marham/Humas NTB)
Share:

Tuesday 5 September 2017

Gubernur Zainul Majdi dan Konjen Australia di Bali Helena Studdert Tingkatkan Kerjasama

Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi tukar cinderamata dengan  Konsul Jenderal Australia di Bali Helena Studdert di ruang tamu Gubernur NTB, Selasa (5/9/2017)

Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi berharap, dua pulau besar di Nusa Tenggara Barat, yakni Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, dapat menjadi tempat yang nyaman untuk berwisata maupun berinvestasi bagi warga Australia.

Demikian halnya dengan kerja sama yang sudah berjalan antara Australia dan Indonesia, baik di bidang pertanian, pendidikan maupun ekonomi, diharapkan dapat terus ditingkatkan. "Kerjasama itu tidak hanya memperbesar kapasitas ekonomi masyarakat, tapi juga dapat mengantarkan pertumbuhan bersama bagi kedua negara", harap Tuan Guru Bajang (TGB) sapaan akrab Gubernur tersebut saat menerima kunjungan Konsul Jenderal Konsulat Jenderal Australia Bali, Dr Helena Studdert, di ruang kerjanya, Selasa( 5/9/2017) pagi.

Kedatangan Helena kali menemui Gubernur untuk membicarakan berbagai perkembangan kerjasama antara Provinsi NTB dengan pemerintah Australia khususnya berkenaan dengan Indonesia Australia comprehensive Economic Partnership (IA CEPA).

IA CEPA merupakan suatu kemitraan yang digagas untuk menunjukkan kedekatan dan juga hubungan yang semakin erat antara kedua negara.  Kepada Gubernur, Helena berharap melalui konsep Kemitraan ekonomi, hubungan NTB-Australia nantinya tidak hanya soal perdagangan, namun juga lebih kepada upaya promosi investasi timbal balik di kedua negara, termasuk kerja sama ekonomi dan kerja sama teknik untuk mengangkat standar hidup rakyat Indonesia secara lebih luas, khususnya masyarakat Nusa Tenggara Barat. Terlebih, NTB sedang dalam proses membangun membangun mega proyek, seperti Mandalika Resort dan Global Hub.
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi tukar cinderamata dengan Pimpinan atau Konsuler Konsulat Jenderal Australia di Bali Helena Studdert di ruang tamu Gubernur NTB, Selasa (5/9/2017)
Gubernur saat itu juga menyampaikan hasil evaluasi Pemerintah Provinsi NTB, bahwa berbagai program kerjasama yang digagas Australia-Pemerintah Provinsi NTB selama ini, sangat sesuai dengan program prioritas daerah.  Sebagai contohnya, Gubernur menyebut kerjasama bidang pendidikan, hingga saat ini tercatat banyak mahasiswa NTB yang mendapatkan post graduated dalam program master atau doktornya di Australia, baik bidang pertanian, kesehatan, bahasa maupun ilmu sosial. Gubernur berharap, ke depannya  bisa diperluas lagi bidang kerjasamanya untuk disiplin ilmu teknik.

Di samping bidang pendidikan, gubernur juga menyebut kerjasama sektor kesehatan juga telah dirasakan secara nyata manfaatnya.  TGB menyebut keberhasilan penanganan pasca kelahiran, baik terhadap ibu maupun bayi, sangat berkontribusi terhadap penurunan angka kematian ibu dan anak. Pada kesempatan itu juga, Gubernur yang didampingi kepala dinas Pekerjaan Umum Wedha Magma Ardhi menyampaikan penghargaan kepada pemerintah australia atas kerjasama khusus bidang infrastruktur di NTB, melalui Proyek Perawatan Perbaikan Jalan Provinsi (Provincial Road Improvement Maintenance Project/PRIM).

Proyek ini merupakan bentuk  dukungan pemerintah Australia terhadap perbaikan pembangunan dan perawatan infrastruktur jalanan provinsi di NTB. Proyek ini di NTB dinilai berhasil dan memberi manfaat signifikan.

"Proyek ini sangat membantu menekan laju penurunan kualitas jalan (utilitas/ kemanfaatan jalan bisa lebih lama. Selain itu, PRIM juga dapat membantu mengubah pola pikir pelaku konstruksi di NTB,” jelas Gubernur. Dengan adanya PRIM ini, maka para pelaku konstruksi di NTB akan terbiasa bekerja dengan standar yang tinggi, tambahnya. Dari evaluasi dengan dinas terkait, dalam hal ini Dinas Pekerjaan Umum, Gubernur berharap PRIM di NTB  dapat dilanjutkan kembali, karena masih ada ruas-ruas jalan yang butuh ditangani dengan sistem ini. (Marham/Humas Setda NTB)
Share:

Sejarah, Masjid KEK Mandalika Digunakan Salat Idul Adha 1438 Hijriah


Umat Muslim melaksanakan Salat Idul Adha 1438 Hijriah atau Tahun 2017 di Masjid Nurul Bilad Mandalika Lombok Tengah, Jumat, 1 September 2017.
 Pihak Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, secara resmi membuka kawasan masjid Agung Nurul Bilad Mandalika sebagai tempat ibadah bagi masyarakat umum. Ditandai dengan pelaksaan salat Idul Adha, Jumat (1/9/2017). Kendati belum proses pembangunannya belum dinyatakan tuntas 100 persen.

Penggunaan secara resmi masjid yang baru mulai dibangun bulan April lalu tersebut, dihadiri  Menteri BUMN, Rini Soemarno. Bersama sejumlah pejabat tinggi di Kementerian BUMN lainya. Bupati dan Wabup Loteng bersama pejabat lingkup Pemkab Loteng lainnya juga ikut membaur dengan ribuan warga Desa Kuta dan sekitarnya.
  
 “Apa yang dulu kita rencanakan, sekarang bisa diwujudkan. Dan, hal ini tentunya patut disyukuri,” tegas  Menteri BUMN, Rini Soemarno, kepada wartawan. 

Pembangunan Masjid Mandalika sendiri merupakan satu dari sekian fasilitas umum yang saat ini tengah dibangun di kawasan Mandalika guna menunjang proses pengembangan kawasan tersebut kedepan.

Terpisah, Bupati Loteng, H.M. Suhaili, FT., mengatakan keberadaan masjid Nurul Bilad Mandalika diharapkan bisa menjadi ikon bagi kawasan Mandalika. Dan, ke depannya tidak hanya menjadi tempat ibadah semata. Tetapi juga bisa menjadi pusat kegiatan keagamaan sekaligus pusat pengembangan pendidikan agama Islam di kawasan Mandalika pada khususnya dan Loteng secara lebih luas.

Tidak hanya itu, keberadaan masjid yang dibangun dengan anggaran mencapai Rp 30 miliar tersebut akan semakin mempertegas status kawasan Mandalika sebagai kawasan wisata ramah Muslim. Sebagaimana kawasan Mandalika sendiri telah ditetapkan sebagai salah satu destinasi wisata halal di Indonesia.

“Masjid ini kita harapkan bisa dimanfaatnya seoptimal mungkin sebagaimana fungsinya. Dan, nantinya bisa menjadi pusat pariwisata religi di Kawasan Mandalika,” ujarnya. Sehingga wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini, tidak hanya bisa menikmati keindahan alam semata. Tetapi juga bisa berwisata religi.

  
Terkait proses pembangunan Masjid Mandalika sendiri, Deputy Project Director ITDC, H. Adi Sujono, mengungkapkan sejauh ini sudah mencapai 90 persen. Di mana kontraktor tinggal melakukan finishing bangunan. Berupa pemasanga interior serta asesoris pendukung.

Masjid Agung Nurul Bilad Mandalika sendiri dibangun di dalam kawasan seluar 5 hektar lebih. Dengan daya tampung jemaah bisa mencapai hingga 5 ribu jemaah. Di mana untuk bangunan masjid sendiri bisa menambung hingga 2 ribu jemaah. (Munakir/Lombok Tengah)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive