Be Your Inspiration

Monday 14 January 2019

Meriah, Ulang Tahun Lesehan Dapur Selaparang yang Pertama


Pemotongan Tumpeng oleh Owner Lesehan Dapur Selaparang Lombok H. Sahid, Minggu (13/1/2019)
PERAYAAN HUT Ke-1 Lesehan Dapur Selaparang Lombok berlangsung sangat meriah pada Minggu (13/1/2019) bertempat di Lesehan Dapur Selaparang Lombok. Perayaan HUT diawali dengan jalan sehat yang diikuti oleh sekitar 5000 peserta dari seluruh wilayah di Lombok.

Pemilik Lesehan Dapur Selaparang Lombok H.Sahid menyampaikan rasa syukurnya karena acara ini telah berjalan dengan sangat lancar." Pertama-tama Alhamdullilah saya ucapkan atas lancarnya acara ini, sebenarnya HUT Lesehan Dapur Selaparang jatuh pada tanggal 12 Januari, namun karena kami mencari hari Minggu yang bertepatan dengan hari libur, maka diselenggarakan pada hari Minggu (13/1/2019) ini yang dihadiri oleh aparat Kepolisian, pihak Kelurahan, Kecamatan, sampai pada tingkat RT, " ungkapnya

Pada hari jadinya yang pertama, lesehan yang berlokasi di Jalan Raya Dakota No.17 Rembiga ini menggelar berbagai acara. Menurut Sahid, tidak hanya jalan sehat yang digelar, namun juga banyak pengisi acara yang tampil.

"Selain jalan sehat dengan hadiah utama sepeda motor, kami juga memberikan acara hiburan kepada para peserta yang mengikuti jalan sehat ini dengan menampilkan artis-artis papan atas Bumi Gora. Jadi acaranya semarak dari awal sampai akhir, hadiah utama motor kami undi pada puncak acara, selain motor juga banyak hadiah yang kami berikan seperti sepeda,kulkas,TV, HP,kipas angin, DVD, voucher makan dan masih banyak lagi,"paparnya.

Sahid menambahkan, tujuan digelarnya acara ini, selain untuk memasyarakatkan olahraga, juga ingin agar Lesehan Dapur Selaparang Lombok lebih dikenal lagi oleh masyarakat. "Melihat dari setahun perjalanan lesehan kami, pencapaian yang kami dapatkan selama setahun kalau berbicara untung dan rugi, selain untung berupa materi, yang kami kejar adalah untung di akhirat, bagaimana kami disini berlomba-lomba mencari pahala, dengan mempekerjakan 93 karyawan,” terangnya.

Ia berharap agar Dapur Selaparang Lombok  tetap menjadi pilihan masyarakat. Selain makanan yang disesuaikan dengan selera lidah Indonesia, khususnya Lombok, pihak Dapur Selaparang Lombok  juga mengutamakan pelayanan dan kebersihan.

Mengusung tema Bersyukur, Bersatu, dan Jaya Selaparang, Sahid mengungkapkan harapanannya agar Lesehan Dapur Selaparang Lombok tetap eksis. "Semoga pencapaian kami tahun ini dapat meningkat dari sebelumnya, semoga cita-cita saya dapat tercapai untuk mengumrohkan semua karyawan tentunya dengan dukungan para sponsor seperti  Vidya Tour, Bank Danamon, dan masih banyak sponsor yang lain,” tambahnya.

Untuk tahun ini, Lesahan Dapur Selaparang Lombok berencana akan membangun ruang pertemuan dengan kapasitas 1000 orang, dan juga akan menyediakan berbagai paket seperti paket wisuda, pernikahan, khitanan, 7 bulanan. “Kami juga akan lebih bersinergi lagi dengan para pengusaha tour and travel serta pemerintah,"harapnya. (Ekbis NTB)
Share:

Gua Batu Gajah, Objek Wisata Baru di Sekotong

Lokasi wisata baru berupa air terjun dan Gua Batu Gajah yang dirintis oleh pemuda Telaga Lebur Sekotong.

LOKASI wisata baru terus bermunculan di wilayah Sekotong Lombok Barat (Lobar). Lokasi wisata ini dirintis oleh para pemuda setempat. Setelah Buwun Mas Hill viral dan berhasil menyedot ribuan pengunjung, pemuda di Dusun Telaga Lebur Desa Sekotong Tengah berinsiatif membuka lokasi wisata waterfall.

Lokasi wisata yang terletak di Dusun Loang Baloq ini tak hanya menyajikan air terjun, namun pemandangan alam dan goa yang menjadi daya pikat tesendiri. Tak itu saja, pemandangan alam ini dipadukan dengan wisata budaya dan religi yang ada di daerah setempat.

Lokasi wisata ini dinamai Batu Gajah, karena bentuk bebatuan yang ada di tempat ini menyerupai kepala gajah. Tatanan bebatuan mirip seperti kepala dan belalai serta badan gajah. Spot ini baru  ditemukan oleh pemuda setempat, setelah para santri yang mondok di Ponpes Darul Quran WalHadist di dusun setempat kerap kali belajar di loksi tersebut. Mereka belajar menghafal Al-quran di tempat ini karena suasananya yang sunyi dan begitu tenang.

Menurut Sekretaris Desa Sekotong Tengah M. Rasyid, tempat ini konon pernah dijadikan sebagai lokasi pemujaan penganut watu telu. Di lokasi ini ada pedewak atau tempat pemandian.  “Tempat  ini untuk ritual,” jelasnya, Minggu (13/1/2019).

Belakangan tempat ini masih dipakai oleh warga setempat untuk bersemedi. Air terjun ini, ujarnya, memiliki tiga tingkatan, di mana tiap tingkatan ada kolam. Yang menjadi daya tarik, ada goa di bagian atas air terjun berjarak sekitar belasan meter. Gua yang ada memiliki beberapa ruang berada dalam satu kawasan dengan ukuran luas bervariasi.

Memasuki gua itu, dimulai dari Gua Penembek (pertama), lalu  ada gua kedua  yang dinamai Gua Lorong, karena terdapat terowongan sepanjang 5 meter. Di lorong ini hanya bisa masuk sebanyak 2 orang saja. Tiba di gua ketiga barulah goa ke empat dan kelima. Sesampai di gua paling atas maka terdapat pemadangan alam di mana dari ketinggian tersebut bisa terlihat laut Lembar.

Selain punya potensi wisata air terjun dan goa, di dusun setempat juga konon ada peninggalan Watu Telu berupa kitab Alquran tulis tangan, tongkat dan khutbah.  Berbagai perangkat ini dipakai oleh orang tua zaman Watu Telu untuk ritual upacara.

Rasyid mengatakan, konsep pengembangan kawasan ini ke depan memadukan antara wisata alam dengan budaya, adat dan religi. Artinya pemandangan alam dipadukan dengan budaya, adat Watu Telu, serta peninggalannya.  

Para pemuda setempat mulai menata lokasi secara swadaya. Diakui akses jalan begitu penting karena jalur sepanjang 250 meter yang dilalui ke lokasi ini rusak. Namun jalur ini juga bisa menjadi alternatif trekking bagi penghobi pendaki. “Pernah ada mahasiswa UIN yang menjelajah dan ada pengunjung Bali yang datang ke sini sengaja karena membaca di medsos,” imbuhnya. (Heruzubaidi/Lombok Barat)
Share:

Hj. Niken Widyawati Saptarini Zulkieflimansyah Minta Penata Rias Sasak Terus Belajar

Ketua TP PKK NTB Hj. Niken Widyawati Saptarini Widyaningsih meninjau pelaksanaan uji kompetensi pengantin Sasak baku di BPPAUD, Minggu (13/1/2019).

KETUA Tim Penggerak (TP) PKK NTB Hj. Niken Widyawati Saptarini Widyaningsih, SE., MSc., meminta piñata rias Sasak terus belajar dan meningkatkan kemampuan di bidang tata rias.  Peningkatan kemampuan bisa dilakukan lewat pelatihan dan mengikuti uji kompetensi, sehingga mampu bersaing dengan penata rias yang lain.


"Saudara-saudara harus terus belajar dan terus meningkatkan kemampuan dalam bidang ini. Marilah kita ajak kaum perempuan yang lain, utamanya remaja untuk ikut pelatihan dan selanjutnya mengikuti proses uji kompetensi sebagaimana hari ini, agar perempuan Nusa Tenggara Barat semuanya berdaya saing,"  ujarnya meninjau pelaksanaan uji kompetensi tata rias pengantin Sasak Baku di Gedung BPPAUD, Mataram, Minggu (13/1/2019).

Setelah pelaksanaan uji kompetensi, ujarnya, mampu menghadirkan penata rias pengantin Sasak baku yang berkompeten. Istri Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah, SE., MSc., ini memberikan apresiasi terhadap penyelenggara dan peserta uji kompetensi, karena mampu memberikan kesempatan pada remaja, khususnya kaum perempuan memiliki sertifikat kompetensi dalam tata rias. Selain itu, uji sertifikasi dan kompetensi ini, sebagai bukti akan kapasitas dan kompetensi dalam tata rias pengantin Sasak baku.


Pihaknya berharap uji kompetensi ini akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat NTB dan bisa dilaksanakan juga di Pulau Sumbawa.

Sementara Ketua Tim Uji Kompetensi Hj. Titik Suharto, menjelaskan, pelaksanaan uji kompetensi tata rias diikuti 200 peserta yang didaftarkan dari seluruh Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) kabupaten kota se Pulau lombok, yang diselenggarakan oleh Tempat Uji Kompetensi Endah salon. ‘’Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melihat kemampuan tata rias pengantin Sasak baku, sehingga diharapkan mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru di Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini bersifat kontinyu yang telah dilaksanakan selama10 tahun," ujarnya. (Marham)

Share:

Friday 11 January 2019

Hasil Sangkep Warige, Bau Nyale 2019 di Lombok Tengah Tanggal 24 - 25 Februari

Acara rapat adat yang digelar tokoh masyarakat dan adat Loteng bagian selatan, Kamis (10/1/2019) untuk menetapkan pelaksanaan Bau Nyale bulan Februari 2019.

Pelaksanaan event Bau Nyale tahun ini direncanakan bakal digelar pada tanggal 24-25 Februari 2019. Keputusan ini diambil dalam Sangkep Warige (rapat adat) yang diikuti perwakilan pemuka dan tokoh adat masyarakat Lombok Tengah (Loteng) bagian selatan yang berlangsung di Desa Adat Ende Desa Sengkol Kecamatan Pujut, Kamis (10/1/2019). Rapat adat ini dipimpin langsung Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng, H.L. Putria. 

Proses penetapan waktu pelaksanaan event yang kini masuk sepuluh besar kalender event nasional sempat berjalan alot. Pada awal pembahasan muncul dua opsi pelaksanaan Bau Nyale, yakni tanggal 23-24 Februari dan tanggal 25-26 Februari. Para tokoh dan pemuka adat sempat bersikeras dengan pendapat masing-masing. 

Sebagai jalan tengah, akhirnya diambil waktu yang mengakomodir kedua opsi tanggal 24-25 Februari. "Jadi setelah melalui proses pembahasan yang cukup alat, event Bau Nyale ditetapkan pada hari Minggu dan Senin, tanggal 24-25 Februari mendatang," tegas Camat Pujut, L. Sungkul. 



Ia menjelaskan, dalam penetapan waktu pelaksanaan Bau Nyale tidak sembarangan, tapi harus melalui pertemuan adat. Selain itu, dengan memperhatikan pergerakan bintang rowot yang menjadi dasar penanggalan suku Sasak di Loteng. Di mana jika merujuk penanggalan Sasak, Bau Nyale dilaksanakan pada tanggal 20 bulan 10 penanggalan Sasak. 


Di tempat yang sama, Kepala Disparbud Loteng, H. L. Putria, keputusan ini akan segera dilaporkan ke Bupati dan Wabup Loteng dan dipastikan tidak akan ada dualisme waktu pelaksanaan Bau Nyale seperti tahun sebelumnya, karena untuk penetapan tanggal pelaksanaan Bau Nyale kali ini, semua perwakilan elemen masyarakat Loteng bagian selatan diundang lengkap. 

"Ini keputusan bersama semua secara adat. Tidak boleh ada yang menggelar Bau Nyale selain tanggal yang ditetapkan. Kalau ada, mereka akan diberikan sanksi adat," tegasnya. 

Pihaknya pun berharap pelaksanaan Bau Nyale tahun ini bisa berjalan lebik baik dari tahun sebelumnya. Untuk itu, persiapan akan segera dilakukan supaya pada pelaksanaannya benar-benar maksimal seperti yang diharapkan. Terlebih kelas event Bau Nyale tahun ini sudah masuk kalender event utama nasional.

Karena sudah masuk event nasional, maka penanggung jawab pelaksanaannya nanti ada di tangan pemerintah pusat bersama pemerintah provinsi. Pemerintah kabupaten dalam hal ini hanya sebagai pendukung pelaksanaannya saja.

Sebelumnya, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, H.L.M.Faozal, S.Sos.M.Si., menjelaskan total ada sekitar tujuh kegiatan yang akan digelar untuk mendukung gelaran event Bau Nyale. Itu belum termasuk kegiatan pendukung yang disiapkan oleh pemerintah kabupaten. "Untuk kegiatan utamanya ada tujuh event yang dilaksanakan. Ditambah kegiatan pendukung yang disiapkan oleh pemerintah kabupaten," tandasnya. (Munakir/Suara NTB)

Share:

Thursday 10 January 2019

Nugroho Jati Gantikan Gusti Ngurah Ardita sebagai GM PT. AP I LIA


Nugroho Jati (kanan) dilantik sebagai GM PT. AP I LIA mengantikan I Gusti Ngurah Ardita di Mataram, Selasa (8/1/2019) malam.
Posisi General Manager (GM) PT. Angkasa Pura (AP) I Lombok International Airport (LIA) resmi berganti, dengan ditunjuknya Nugroho Jati sebagai pejabat yang baru. Ia menggantikan posisi pejabat sebelumnya, I Gusti Ngurah Ardita yang masuk purna bakti, akhir tahun 2018 lalu. Setelah memimpin perubahan besar-besaran di LIA sejak akhir tahun 2015 lalu. 

Pasca ditunjuk sebagai GM PT. AP I LIA yang baru, Nugroho mengaku kalau bebas tugas yang bakal dipikulnya tidaklah ringan. Selain dihadapkan dengan tugas melanjutkan pembenahan di LIA yang tidaklah mudah. Tugas berat berupaya mempercepat recovery pascagempa tidak kalah berat. 

"Kalau soal pembenahan kita tinggal melanjutkan saja. Yang berat sekarang bagaimana mengupayakan supaya recovery pasca gempa bisa lebih cepat. Sehingga kondisi penumpang di LIA bisa kembali ke kondisi normal. Bahkan lebih baik lagi," ungkap Nurgroho, saat ditemui di sela-sela pisah sambut GM PT. AP I LIA, di Hotel Lombok Raya Mataram, Selasa (8/1/2019) malam. 

Diakuinya, musibah gempa beruntun yang melanda Pulau Lombok dan Sumbawa beberapa bulan yang lalu, tidak hanya berdampak pada menurunnya angka kunjungan wisatawan di daerah ini.  Tapi juga berdampak pada turunnya jumlah penumpang pesawat di LIA pascamusibah gempa. 

Meski secara kumulatif, angka penumpang di LIA selama tahun 2018 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Walaupun peningkatannya tidak terlalu tinggi. Itu akibat dari menurunnya jumlah penumpang di LIA pasca gempa yang ternyata cukup signifikan. Padahal jika tidak ada musibah gempa, peningkatan jumlah penumpang di LIA diprediksi bakal cukup tinggi. 

Tentunya, upaya mempercepat recovery tidak bisa dilakukan pihaknya saja. Dukungan dari seluruh elemen masyarakat di daerah ini juga sangat diharapkan. Termasuk kalangan pers, peran sertanya dalam mendukung percepatan recovery pasca gempa sangat diharapkan. (Munakir/Lombok Tengah)
Share:

Event Bau Nyale Lombok Tengah Masuk Sepuluh Besar Kalender Event Nasional 2019



 Rapat persiapan Bau Nyale di kantor Bupati Loteng, Rabu (9/1/2019). Tahun ini Bau Nyale masuk sepuluh besar kalender event nasional. 
Event budaya Bau Nyale tahun ini masuk sebagai top ten (sepuluh besar) kalender event utama nasional. Bersama Festival Borobudur, Jember Fashion Carnival (JFC) dan beberapa event utama lainnya. Dan, event Bau Nyale  bakal jadi event pemuka dari sepuluh event utama tahun 2019 ini.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) NTB, H.L. Moh. Faozal, S.Sos. M.Si., saat rapat persiapan event Bau Nyale di kantor Bupati Loteng, Rabu (9/1/2019), mengatakan, peluncuran kalender event nasional ini sudah diluncurkan Kementerian Pariwisata beberapa waktu lalu di Jakarta. Masuknya event Bau Nyale ke dalam top ten kalender event nasional tahun ini adalah bentuk pengakuan pemerintah pusat akan eksistensi event Bau Nyale sebagai event kelas dunia.

"Jadi kelas event Bau Nyale sekarang sudah tidak lagi skala lokalan atau provinsi. Tapi sudah skala nasional bahkan dunia," ujarnya.

Karena statusnya sudah menjadi event unggulan nasional, maka pelaksanaannya tahun ini harus lebih baik lagi dari sebelum-sebelumnya. Terutama dari sisi konsep pelaksanaannya, harus benar-benar matang.


Faozal mengatakan, pada event Bau Nyale tahun ini setidaknya ada tujuh kegiatan yang akan digelar. Mulai dari peresean, Mandalika Carnival, kampung kuliner, dialog kreatif, pemilihan Putri Mandalika dan malam puncak Bau Nyale. "Sekali lagi, karena status event Bau Nyale sudah menjadi event unggulan maka tentunya semua event pendukung, pelaksanaannya harus lebih hebat dari sebelum-sebelumnya," imbuhnya. 



Sebagai event pembuka, pihaknya tengah berupaya agar Presiden Joko Widodo bisa hadir pada puncak perayaannya nantinya. Yang waktu pelaksanaannya segera akan ditetapkan, sehingga gaung dari event Bau Nyale tahun ini bisa benar-benar luas.

Di tempat yang sama, Sekda Loteng H.M.Nursiah, S.Sos.M.Si., mengatakan untuk puncak perayaan Bau Nyale sakan segera ditetapkan melalui pertemuan para tokoh dan pemuka adat Loteng bagian selatan. "Untuk penetapan puncak Bau Nyale itu dilakukan melalui Sangkep Warige  yang ikuti para pemuka-pemuda ada di daerah ini," terangnya. 

Menurutnya, penetapan puncak Bau Nyale tidak bisa sembarangan, karena harus melalui pertemuan para tokoh dan pemuka adat di daerah ini. "Inilah yang membedakan event Bau Nyale dengan event-event lainnya. Proses penetapannya khusus, melalui pertemuan para tokoh dan pemuda ada,"  tegasnya. (Munakir/Suara NTB)

Share:

Monday 7 January 2019

Cagar Budaya yang Rusak Akibat Gempa di Lombok Utara Segera Diperbaiki

Rumah Adat Kabupaten Lombok Utara
Pemkab Lombok Utara (KLU) akan menata kembali keberadaan cagar budaya yang rusak akibat gempa. Melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) 2019, Pemda Lombok Utara menyiapkan anggaran sebesar Rp 6 miliar.


Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Lombok Utara, H. Muhamad, S.Pd., mengakui fokus penataan cagar budaya dihajatkan untuk mengembalikan kondisi objek wisata. Pascagempa, banyak cagar budaya yang rusak. “Banyak cagar budaya yang di-recovery, dananya itu dari DAK. Rehabilitasi sebenarnya telah dilakukan pascagempa akhir tahun 2018, tapi terbentur dengan kepercayaan masyarakat," ujar Muhamad.

Ia menjelaskan, salah satu rehailitasi cagar budaya dilakukan di Masjid Kuno Bayan. Hanya saja, akibat kepercayaan masyarakat prosesnya tersendat. Apa yang sudah dibangun bahkan dirusak, sehingga sampai saat ini, rehabilitasinya tertunda.

Muhamad melanjutkan, perbaikan cagar budaya juga dilakukan di Kecamatan Kayangan. Antara lain lokasinya, di Desa Adat Sesait, Dusun Dasan Beleq Desa Gumantar dan kampung tradisional Segenter. "Cagar-cagar budaya ini prioritas rehabilitasi kita tahun ini, tetapi tergantung ketersediaan anggaran," imbuhnya. “Tetapi karena kita ini keterbatasan budget makanya kita akan melihat yang benar-benar prioritas untuk didahulukan,” ungkapnya.


Disbudpar KLU, tambahnya, memperoleh alokasi dana sebesar Rp 6 miliar dari kementerian. Meski masih rencana, namun pihaknya optimis KLU akan memperoleh prioritas, karena sebagai daerah terdampak gempa.

Dana rehabilitasi itu tidak hanya diperuntukkan  bagi pemugaran cagar budaya, melainkan penataan objek wisata di daratan. Salah satunya disebutkan Muhamad, objek  wisata Senaru ikut rusak akibat gempa. Begitu pula dengan jalur pendakian di wisata Gunung Rinjani.

Bersamaan dengan itu, promosi cagar budaya juga dibutuhkan untuk menarik minat wisatawan. "Kita sudah persiapkan sejumlah event budaya untuk mendukung hal tersebut. Di antaranya dengan menampilkan seni seni budaya lokal," tandasnya. (Johari/Lombok Utara)
Share:

Mohon Keselamatan, Warga Kuta Lombok Tengah Gelar Roah Segare

Prosesi acara ritual roah segare yang digelar warga Desa Kuta Kecamatan Pujut Lombok Tengah. Ritual ini digelar agar warga, khususnya nelayan diberikan keselamatan selama pergi melaut.

RATUSAN warga Desa Kuta Kecamatan Pujut dan sekitarnya, Minggu (6/1/2019), menggelar ritual roah segare. Ritual budaya yang dimaksudkan untuk memohon keselamatan tersebut, sekaligus bentuk upaya melestarikan alam, khususnya laut yang merupakan sumber penghidupan bagi para nelayan di wilayah Lombok Tengah (Loteng) bagian selatan pada umumnya.


Ritual sendiri diisi dengan dzikir dan doa yang diikuti oleh sekitar 500 warga yang hadir untuk memohon perlindungan kepada Yang Maha Kuasa supaya terhindari dari bala bencana yang saat ini banyak terjadi, terutama di daerah pesisir pantai.

Ritual diakhiri dengan prosesi larung atau melepas kepala kerbau yang sudah disembelih ke tengah laut di Pantai Dundang Kuta. Pantai ini merupakan akses keluar masuknya nelayan di daerah tersebut. Usai ritual roah segare, para nelayan di kawasan Pantai Kuta dan sekitarnya tidak akan melaut hingga tiga hari ke depan. 

"Ke depan ritual budaya masyarakat pesisir Loteng selatan ini kita harapkan bisa terus lestari. Bahkan bisa menjadi salah satu event budaya yang layak jual dan menarik. Sehingga bisa menarik minat wisatawan untuk datang ke daerah ini," ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Loteng, H.L. Putria.

Menurutnya, Loteng sangat kaya akan event budaya. Selain Bau Nyale, banyak lagi event-event budaya yang layak dijadikan event pariwisata. Salah satunya ritual roah segare tersebut. Tinggal bagaimana sekarang kemasan event budaya tersebut, dibuat semenarik mungkin tanpa menghilangkan makna dan nilai budayanya. 

Ritual Roah Segare di Pantai Kuta Lombok Tengah
Tujuannya bisa menarik wisatawan domestik bahkan mancanegara untuk datang menyaksikan event budaya tersebut. "Inilah yang menjadi tugas kita bersama ke depan. Bagaimana bisa terus melestarikan budaya yang ada. Dan, bisa dikemas menjadi event pariwisata yang menarik wisatawan," tandasnya.


Di tempat yang sama, Camat Pujut L. Sungkul, menambahkan, ritual roah segare merupakan salah satu cara masyarakat pesisir Loteng selatan untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada yang maha kuasa. Sekaligus memohon pelindungan dari segala bentuk bencana yang mengancam.

"Tidak kalah penting juga ritual budaya ini juga bisa jadi event pariwisata yang menarik. Sehingga ke depan, kemasan acaranya bisa lebih baik. Supaya wisatawan mau datang berkunjung," ujarnya.

Sebagai daerah tujuan wisata, Loteng didorong untuk bisa berkreatif mengemas potensi dan kekayaan budaya yang ada di tengah masyarakat untuk bisa menjadi event budaya. Kalau sudah begitu, masyarakat bisa memperoleh dua manfaat sekaligus. Selain bisa terus melestarikan budaya lelulur, juga bisa mendatangkan manfaat secara ekonomi dengan datangnya para wisatawan. (Munakir/Suara NTB)

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive