Be Your Inspiration

Tuesday 13 September 2016

Sejarah, Islamic Center Digunakan Pertama Kali sebagai Shalat Idul Adha 1437 Hijriyah

Ribuan Jamaah memadati Masjid Hubbul Wathan Islamic Center untuk Shalat Idul Adha 1437 Hijriyah, Senin (12/9/2016)

Islamic Center NTB yang terletak di Kota Mataram NTB, akhirnya dipergunakan sebagai lokasi Shalat Hari Raya Idul Adha 1437 Hijriyah atau bertepatan dengan hari Senin tanggal 12 September 2016. Islamic Center yang sebelumnya jadi pusat MTQ Nasional ke XXVI Tahun 2016 akan dijadikan sebagai pusat kegiatan peradaban Islam di NTB. 

Hadir pada Hari Raya  IDul Adha ini, adalah Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi, Wakil Gubernur NTB H. Muh. Amin, SH, MSi, Sekda NTB Ir. H. Rosiady H.Sayuti, MSc, PhD, Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Wakil Walikota Mataram. H. Mohan Roliskana dan ribuan masyarakat lainnya.

 Gubernur NTB,  TGH. M. Zainul Majdi mengatakan, Hari Raya Idul Adha bermakna mengokohkan pengorbanan dalam kebaikan. Termasuk dalam membangun daerah, bangsa dan negara butuh pengorbanan.

‘’Hidup itu butuh pengorbanan. Bekerja membangun daerah, membangun bangsa, membangun negara itu semua butuh pengorbanan. Dan pengorbanan terbaik adalah yang dilaksanakan dengan ikhlas karena Allah SWT,’’ ujar gubernur ditemui usai salat hari raya Idul Adha di Masjid Hubbul Wathan Islamic Center NTB, Senin (12/9/2016).
 
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi didampingi Wagub NTB H. Muh. Amin, Walikota Mataram H. Ahyar Abduh, Sekda NTB H. Rosiady H. Sayuti menyerahkan hewan kurban pada perwakilan PHBI TGH. Mahalli Fikri usai Shalat Idul Adha di Islamic Center NTB, Senin (12/9/2016)
Dikatakan, Hari Raya Idul Adha merupakan momentum rasa syukur kepada Allah SWT karena dalam hari raya ini banyak sekali karunia dan nikmat yang diberikan Allah SWT. ‘’Dan juga kesempatan bagi seluruh warga NTB untuk lebih banyak mendekat kepada Allah SWT.  Karena tidak ada yang bisa kita selesaikan urusan dunia kecuali dengan pertolongan Allah,’’ katanya.

Gubernur yang akrab disapa Tuan Guru Bajang (TGB) ini menambahkan, Hari Raya Idul Adha  bermakna untuk mengokohkan pengorbanan dalam kebaikan. Ia menjelaskan, kenapa masjid IC dinamakan Hubbul Wathan. Menurut TGB, nama Hubbul Wathan bermakna cinta tanah air.

Tanah air, bangsa dan negara merupakan amanah dari Allah SWT yang sangat besar. Menurutnya, amanah ini tidak kalah dengan amanah ibadah lainnya seperti  salat, puasa dan lainnya.

‘’Masjid ini dinamakan Hubbul Wathan untuk mengingatkan kita semua bahwa bumi Indonesia,  NTB, Lombok ini adalah amanah bagi kita semua. Karena ini amanah maka wajib kita cintai,’’ imbuhnya.

TGB mengatakan, dengan adanya rasa cinta maka  akan melahirkan semangat untuk menjaga dan memelihara. Pada saat memberikan sambutan sebelum pelaksanaan salat Hari Raya Idul Adha, TGB mengatakan pemberian nama Hubbul Wathan, mungkin tidak lazim dalam pemberian nama masjid.

Tetapi, bumi yang dipijak, tanah air merupakan suatu amanah atau titipan Allah SWT yang sangat besar tanggung jawabnya. Sehingga ia mengajak supaya masjid tersebut diisi, dimakmurkan sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai luhur yang dimiliki masyarakat NTB.

‘’Masjid Hubbul Wathan ini dimulai pemanfaatannya pada Hari Raya Idul Adha ini untuk mengingatkan kepada kita semua bahwa semangat kurban perlu kita tanamkan dalam kehidupan sehari-hari,’’ pungkasnya. 

Sementara  Khatib, Dr. KH. Abdul Malik Madaniy, MA, dalam khutbahnya, mengajak umat Islam, baik muslimin dan muslimat untuk kembali kepada jati diri sebagai pemeluk agama yang sangat mencintai perdamaian.

Dijelaskan, salah satu arti pokok kata Islam adalah keselamatan dan kedamaian. Atas dasar pengertian inilah para ulama dan cendekiawan muslim menyebut Islam sebagai agama perdamaian. ‘’’Penyebutan ini sangatlah tepat, karena memang komitmen Islam terhadap kehidupan. Yang damai sungguh sangat kuat,’’ katanya.

Upaya penyadaran umat akan jati dirinya sebagai pemeluk agama perdamaian dan kasih sayang ini, lanjut Malik Madaniy, dirasakan sangat penting dan mendesak beberapa tahun terakhir. Terutama setelah munculnya gerakan terorganisir atas nama agama Islam yang menebar kekerasan dan kekacauan serta menimbulkan petaka kemanusian yang sangat mengerikan.

Dikatakan, ribuan nyawa manusia, baik muslim dan non muslim telah menjadi korban kebiadaban gerakan terorganisir tersebut. Serta ratusan ribu orang terpaksa mengungsi, meninggalkan kampung halaman dan tanah air mereka, menyeberang ke benua lain yang lebih aman.

Hal itulah yang dialami umat Islam di Timur Tengah dan Afrika. Di Timur Tengah, katanya, bercokol gerakanan Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS). Sedangkan di Afrika muncul gerakan Boko Haram. Di mana mereka menganggap berbagai bentuk teror dan kebrutalan yang dilakukan merupakan realisasi dari perintah jihad fi sabilillah.

Malik Madaniy mengatakan sangat ironis, jihad yang merupakan konsep ajaran Islam yang mulia telah berubah menjelma menjadi sebuah monster yang sangat mengerikan dan menakutkan. Jihad yang dalam Islam bertujuan untuk memperjuangkan kelangsungan hidup manusia berbalik menjadi sesuatu yang menghancurkan kemanusiaan akibat pemahaman yang salah.

‘’Mereka telah keliru memaknai jihad dan menerapkannya dalam memperjuangkan agama Allah. Sehingga bukan jihad yang mereka lakukan tapi irhab (menebar teror di tengah-tengah kehidupan yang damai),"kata Dosen Fakultas Yariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini.

Salah satu argumen yang sering dilontarkan oleh pelaku kekerasan atas nama agama Islam ini adalah dalam rangka membela Islam dan umatnya dari perlakuan yang tidak adil dari kekuatan negara adidaya dan sekutu serta anteknya yang memerintah negeri muslim. Tetapi, kata Malik Madaniy, mereka tak menyadari cara perlawanan yang mereka tempuh kejam dan biadab dengan korban nyawa manusia yang tak berdosa.


Para pendiri bangsa ini telah menyepakati perjanjian kebangsaan tentang bentuk negara yang kita yakini yakni NKRI. Sebagai generasi penerus, maka wajib setia dan menjaga perjanjian tersebut. Indonesia tidak mengimpikan bentuk negara yang lain termasuk khilafah yang diusung ISIS.

‘’Berbagai perbedaan pendapat, pandangan dan pilihan di antara kita, kita carikan titik temunya dengan cara damai. Jauh dari semangat kekerasan dan pemaksaan. Kekerasan bukanlah solusi permasalahan. Sebaliknya kekerasan akan mengundang terjadinya kekerasan yang lain,’’pungkasnya. (Muhammad Nasir)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive