![]() |
Penjual VCD bajakan diAmpenan Kota Mataram |
Ada lima produser besar yang tergabung dalam Forum Produser
NTB, diketuai Agus Alit, Direktur Miru Production. Forum ini sepakat tetap akan
melakukan tindakan tegas kepada para pedagang VCD bajakan, termasuk kepada
produsen yang melakukan pembajakan.
RAZIA pedagang dilakukan seminggu sekali di pasar-pasar
tradisional di Pulau Lombok. Bagi yang kedapan telah tiga sampai empat kali
mendapat surat teguran namum tetap tak mengindahkan, selanjutnya akan dilaporkan
untuk diambil tindakan hukum.
‘’Ada 11 pedagang yang sudah kita polisikan. Produsen VCD
bajakan terbesar ada di Terara, arahnya di Lombok Timur. Tapi saya melihatnya
sudah mulai berkurang,’’ kata Agus Alit kepada Ekbis NTB.
Berkembangnya VCD bajakan ditengari telah memicu kerugian
besar para produser. Selain itu, sangat berpotensi memicu matinya
seninam-seniman lokal. Karena itulah, selain penertiban secara rutin di
pasar-pasar tradisional, forum ini juga kerap melakukan sosialisasi kepada
pedagang untuk tidak menjual VCD bajakan. Agak efektif menurutnya, karena
perlahan yang terjual adalah VCD asli dari rumah-rumah produksi.
‘’Kalaupun ada yang bajakan. Kami belum mendapat informasi
dari mana pastinya VCD-VCD bajakan di pedagang. Mereka tidak ada yang mau ngaku. Datangnya dari pangampas-pengampas,
tidak ada informasi pasti. Kalau ada anggota kami yang melakukan pembajakan,
atau yang mengedarkan, kami berikan tindakan tegas,’’ terang Agus.
Selain itu, talkshow sering dilakukan di TV-TV lokal. Pun melalui
radio-radio lokal. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada
para pelaku, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk tidak membeli
produk-produk di luar produk asli.
Miru Production sendiri sangat terpengaruh oleh perkembangan
dan pedaran VCD bajakan. Sebelumnya ia mampu memproduksi hingga 5 ribuan keping
sebulan. Belakangan berkurang makismal hanya 4 ribu keping sebulan.
Berkurangnya produksi ini juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang makin
berkurang. Prioritas kebutuhan masyarakat saat ini lebih dominan kepada
kebutuhan-kebutuhan pokok. Selanjutnya kebutuhan hiburan sementara ini terlihat
dikesampingkan.
Karena banyaknya persoalan ini, harapannya pemerintah daerah
melalui pihak-pihak terkait dapat melakukan pengawasan berkelanjutan. Dari sisi
hukum, ia juga meminta pihak penegak hukum memberikan tindakan kepada pelaku,
baik produsen VCD bajakan, maupun kepada pedagangnya. Hal ini menurutnya dalam
rangka memberikan efek jera dan mencerdaskan masyarakat.
Diawasi Dinas
Perdagangan
Maraknya pernjualan/peredaran VCD bajakan akan menjadi salah
satu fokus pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi NTB,
selain gula pasir rafinasi yang banyak beredar.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Dra. Hj. Selly
Andayani, M. Si mengakui persoalan tersebut
sebagai salah satu PR yang akan dituntaskan. Melalui Kepala Bidang
Pengawasannya, Haryono juga mengatakan, masih harus mempelajari tugas pokok dan
fungsi bidang baru yang dipimpinnya.
‘’DPA belum pegang karena belum saya lihat, dulu tugas saya
apa dan rinciannya. Masih beres-beres kantor baru, saya harus pelajari dulu,”
katanya.
![]() |
Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj. Selly Andayani |
Untuk pengawasan barang beredar, tentu tetap akan
dilaksanakan, seperti yang dilakukan sebelum-sebelumya. VCD bajakan sejauh ini
diketahuinya sangat meresahkan dan merugikan kalangan artis, terutama di
tingkat lokal. Karena merugikan kreativitas dan pencipta. Larinya lebih kepada
hak paten karena dibajak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menindaklanjuti
hal tersebut, tentu akan dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait.
Kepolisan, Pol PP. Sebab ia melihat arahnya lebih kepada tindakan pidana.
Kendati demikian, untuk pengawasan perdagangannya masih harus dilihat kembali
fungsi dan peran bidangnya dalam hal ini. (Bulkaini Ekbis NTB)