Be Your Inspiration

Tuesday, 10 January 2017

Pembangunan Pariwisata Sumbawa Harus Jadi Prioritas Pemprov NTB

Pantai Lakey di Dompu, salah satu destinasi wisata di Pulau Sumbawa yang masih membutuhkan sentuhan pengelolaan untuk memaksimalkan potensinya

Pembangunan dan pengembangan industri pariwisata di Pulau Sumbawa diminta agar diprioritaskan. Jutaan potensi bisa diangkat dari pulau tersebut untuk dijadikan daya tarik dalam industri kepariwisataan.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) NTB, H. L. Abdul Hadi Faishal, menyarankan agar program – program pengembangan pariwisata terdistribusi secara merata di dua pulau yang ada di NTB ini. Mengingat, potensi kepariwisataan di Pulau Sumbawa juga tak kalah tingginya dengan nilai potensi pariwisata Pulau Lombok.
“Wilayah Bima di Pulau Sumbawa bisa dijadikan destinasi unggulan karena posisinya juga dekat dengan Labuhan Bajo dan Danau Kelimutu di Flores. Kita angkat potensi Sumbawa, Bima dan itu layak dijual,” tuturnya, Senin (9/1/2017).
Mantan Anggota DPRD Provinsi NTB ini meminta agar potensi – potensi kepariwisataan Pulau Sumbawa dipromosikan secara terus - menerus. Para pelaku pariwisata diajak menyelenggarakan kegiatan, utamanya merealisasikan program kerja di pulau tersebut.
Dalam program kerja PHRI NTB, pihaknya menyisipkan salah satu program yang akan terselenggara di Kota Bima. Program itu berbentuk pasar yang akan mempertemukan antara produsen dengan konsumen.
“Pada 2017 ini, PHRI memasukkan program Bima Great Sale. Itu supaya, orang bisa datang ke Pulau Sumbawa sambil berwisata. Program – program itu akan menggugah wisatawan untuk datang kesana,” tuturnya.
General Manager D’Praya Hotel ini berpendapat, kearifan lokal di wilayah Bima mempunyai daya jual yang cukup bagus dalam bidang pariwisata. Untuk itu, pihaknya terus mengobarkan semangat agar seluruh pelaku pariwisata di daerah ini turut memacu pengembangan yang sedang dilakukan.
Pergerakan industri pariwisata di Pulau Sumbawa belum menggeliat. Selain lemah di bidang promosi, lesunya industri pariwisata di pulau setempat juga karena lemahnya pemberdayaan yang dilakukan. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang siap mengelola industri pariwisata masih terbatas.
Pemerintah masih memiliki tantangan berat yakni meningkatkan kualitas SDM demi menciptakan pelayanan yang prima terhadap wisatawan. Hal itu penting dilakukan, selain harus membenahi tata kelola pariwisata yang belum begitu bagus. (Mamet)
Share:

Jelang Imlek 2017, Okupansi Hotel di Lombok Melonjak

Komunitas Tionghoa di Mataram saat berbagi dengan warga tidak mampu pada Hari Raya Imlek 2016

Menjelang perayaan Imlek di Pulau Lombok, okupansi hotel – hotel meningkat drastis. Okupansi hotel tetap tinggi hingga berakhirnya perayaan Imlek tersebut.
Tingkat hunian atau okupansi hotel, khususnya di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat sudah mencapai 80 persen. Biasanya, okupansi hotel bertahan pada angka 90 persen sejak pra hingga pasca Imlek.
“Tidak sampai full, tetapi biasanya bertahan pada angka 90 persen okupansinya. Jelang Imlek tahun ini, okupansi di hotel kami sudah lumayan,” jelas Cherry Abdul Hakim, General Manager The Jayakarta Hotel pada Suara NTB, Senin (9/1/2017).
Tamu – tamu yang berkunjung ke lombok pada momen Imlek tersebut, berasal dari kalangan wisatawan. Tamu yang berkunjung bertujuan mengisi momen libur dengan bersafari di beberapa spot wisata unggulan daerah ini.
“Tamu yang mendominasi berasal dari kalangan wisatawan yang memang datang untuk liburan. Karena memang momennya sedang libur, tanggal merah,” jelasnya.
Perayaan Imlek pada tahun lalu cukup semarak. Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI), berupaya mendatangkan pelaku – pelaku seni dari Tiongkok. Banyak atraksi memukau yang dilakukan pelaku – pelaku seni dari luar negeri itu. Perayaan Imlek tahun lalu, dicanangkan sebagai ajang silaturahmi budaya masyarakat lintas etnis. Momentum tersebut menjadi ajang persentuhan demi mempererat tali persaudaraan antar umat berbangsa dan beragama di Pulau Lombok.
Persentuhan dan relasi persahabatan antar umat yang terbangun atas keberagaman di pulau lombok terjalin harmonis. Nilai – nilai penghormatan dan rasa toleransi antarumat beragama di masyarakat pulau seribu masjid ini masih sangat tinggi.

Nilai – nilai yang telah terbangun di kalangan seluruh lapisan masyarakat itu patut diapresiasi dan dirawat. Tujuannya supaya masyarakat di daerah ini tetap mampu menciptakan suasana yang tentram, damai dan sejahtera. Tidak ada perilaku negatif yang bersifat saling melecehkan keyakinan. Perilaku yang tentunya berpotensi menghancurkan kerukunan sehingga mengganggu ketenangan dan kenyamanan dalam sebuah keharmonisan. (Mamet)
Share:

Monday, 9 January 2017

Forum Produser di Lombok Perangi Produksi dan Peredaran VCD Bajakan

Penjual VCD bajakan diAmpenan Kota Mataram

Ada lima produser besar yang tergabung dalam Forum Produser NTB, diketuai Agus Alit, Direktur Miru Production. Forum ini sepakat tetap akan melakukan tindakan tegas kepada para pedagang VCD bajakan, termasuk kepada produsen yang melakukan pembajakan.
RAZIA pedagang dilakukan seminggu sekali di pasar-pasar tradisional di Pulau Lombok. Bagi yang kedapan telah tiga sampai empat kali mendapat surat teguran namum tetap tak mengindahkan, selanjutnya akan dilaporkan untuk diambil tindakan hukum.
‘’Ada 11 pedagang yang sudah kita polisikan. Produsen VCD bajakan terbesar ada di Terara, arahnya di Lombok Timur. Tapi saya melihatnya sudah mulai berkurang,’’ kata Agus Alit kepada Ekbis NTB.
Berkembangnya VCD bajakan ditengari telah memicu kerugian besar para produser. Selain itu, sangat berpotensi memicu matinya seninam-seniman lokal. Karena itulah, selain penertiban secara rutin di pasar-pasar tradisional, forum ini juga kerap melakukan sosialisasi kepada pedagang untuk tidak menjual VCD bajakan. Agak efektif menurutnya, karena perlahan yang terjual adalah VCD asli dari rumah-rumah produksi.
‘’Kalaupun ada yang bajakan. Kami belum mendapat informasi dari mana pastinya VCD-VCD bajakan di pedagang. Mereka tidak ada  yang mau ngaku. Datangnya dari pangampas-pengampas, tidak ada informasi pasti. Kalau ada anggota kami yang melakukan pembajakan, atau yang mengedarkan, kami berikan tindakan tegas,’’ terang Agus.
Selain itu, talkshow sering dilakukan di TV-TV lokal. Pun melalui radio-radio lokal. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada para pelaku, sekaligus mengingatkan masyarakat untuk tidak membeli produk-produk di luar produk asli.
Miru Production sendiri sangat terpengaruh oleh perkembangan dan pedaran VCD bajakan. Sebelumnya ia mampu memproduksi hingga 5 ribuan keping sebulan. Belakangan berkurang makismal hanya 4 ribu keping sebulan. Berkurangnya produksi ini juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang makin berkurang. Prioritas kebutuhan masyarakat saat ini lebih dominan kepada kebutuhan-kebutuhan pokok. Selanjutnya kebutuhan hiburan sementara ini terlihat dikesampingkan.
Karena banyaknya persoalan ini, harapannya pemerintah daerah melalui pihak-pihak terkait dapat melakukan pengawasan berkelanjutan. Dari sisi hukum, ia juga meminta pihak penegak hukum memberikan tindakan kepada pelaku, baik produsen VCD bajakan, maupun kepada pedagangnya. Hal ini menurutnya dalam rangka memberikan efek jera dan mencerdaskan masyarakat.

Diawasi Dinas Perdagangan

Maraknya pernjualan/peredaran VCD bajakan akan menjadi salah satu fokus pengawasan yang dilakukan oleh Dinas Perdagangan Provinsi NTB, selain gula pasir rafinasi yang banyak beredar.
Kepala Dinas Perdagangan Provinsi NTB, Dra. Hj. Selly Andayani, M. Si mengakui persoalan tersebut  sebagai salah satu PR yang akan dituntaskan. Melalui Kepala Bidang Pengawasannya, Haryono juga mengatakan, masih harus mempelajari tugas pokok dan fungsi bidang baru yang dipimpinnya.
‘’DPA belum pegang karena belum saya lihat, dulu tugas saya apa dan rinciannya. Masih beres-beres kantor baru, saya harus pelajari dulu,” katanya.
Kepala Dinas Perdagangan NTB Hj. Selly Andayani 

Untuk pengawasan barang beredar, tentu tetap akan dilaksanakan, seperti yang dilakukan sebelum-sebelumya. VCD bajakan sejauh ini diketahuinya sangat meresahkan dan merugikan kalangan artis, terutama di tingkat lokal. Karena merugikan kreativitas dan pencipta. Larinya lebih kepada hak paten karena dibajak pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Menindaklanjuti hal tersebut, tentu akan dilakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait. Kepolisan, Pol PP. Sebab ia melihat arahnya lebih kepada tindakan pidana. Kendati demikian, untuk pengawasan perdagangannya masih harus dilihat kembali fungsi dan peran bidangnya dalam hal ini. (Bulkaini Ekbis NTB)
Share:

Industri Musik Lokal NTB Melawan Sulitnya Pembajakan Hasil Karya


 
Ichan -- musisi Band  D. U. A
Pembajakan karya seni khususnya musik tidak saja menimpa industri musik nasional. Industri musik di wilayah NTB juga menjadi korban pembajakan, seiring dengan tumbuhnya industri musik lokal. Peredaran VCD bajakan, nyaris mengusai perdagangan VCD musik lokal. Pembajakan nyaris tak bisa dibendung. Karena ada kesan pembajak karya seni, seolah-olah tak tersentuh jeratan hukum.

LAGU-lagu band D.U.A kini sedang naik daun. Lagunya banyak diputar anak muda melalui smartphone atau melalui VCD yang sudah banyak beredar di pasaran. Lirik lagunya dominan Bahasa Sasak dengan aliran musik pop. Menariknya, tidak hanya warga Lombok yang menggandrungi lagu tersebut. Warga dari luar Lombok seperti Sumbawa dan Bima.  

Namun sayangnya kesuksesan besar itu hampir tak berbanding lurus dengan keuntungan yang diperoleh secara fianansial. Meskipun album dari band D.U.A meledak di pasaran, namun yang mengambil keuntungan awal adalah industri yang membajak lagu tersebut. Mereka mengunduh lagu sampel Band D.U.A melalui situs Youtube kemudian memperbanyak dan mengedarkan albumnya di pasar dan di toko VCD di Lombok.

‘’Kami merugi dari segi materi. Karena belum diproduksi sudah dibajak. Berdasarkan hasil survai dua bulan yang lalu sudah 80 ribu keping yang dicetak oleh pembajak. Sehingga kerugian mencapai Rp 1,2 miliar dengan perhitungan per keping harganya Rp 15 ribu,’’ ujar M. Ichan, pemilik Ichan Studio sekaligus pencipta lagu dan produser Band D.U.A.

Ichan mengatakan, konsep awal memang ingin membuat album, namun terlebih dahulu beberapa single atau lagu diperkenalkan ke publik melalui situs Youtube. Ternyata respons masyarakat terhadap lagu tersebut sangat tinggi, “Itu hanya sampel perkenalan D.U.A ke masyarakat. Namun masyarakat meminta itu di copy, mereka cari ke pasar namun kita belum siapkan albumnya, hanya promo. Terpaksa yang empat lagu itu yang dibajak,’’ katanya dengan nada kecewa.

Namun setelah pembajakan berlangsung cukup massif, Aura Production akhirnya membeli lagu-lagu D.U.A Band dan memasarkannya dengan kualitas yang bagus. Meski sudah dipasarkan secara legal, masih saja pembajakan itu berlangsung. Sehingga pihak Aura Production melaporkan kasus pembajakan tersebut kepada pihak yang berwajib.

Menurut Ichan, pembajakan hasil karya seni memang benar-benar merugikan. Tidak hanya dari segi materi, namun pebajakan juga merugikan dari segi pencipta lagu, karena masyarakat tidak mengetahui profil pencipta dan aransemen lagu. Buktinya banyak yang menganggap bahwa Risa itu nama band, padahal namanya adanya D.U.A Band. Risa adalah vokalis yang mengisi lagu-lagu milik D.U.A.
Penjual VCD bajakan di Lombok

Awal meledaknya lagu-lagu ini, pembajak mengambil kesempatan dengan mencopy lagu melalui Youtube. Sebenarnya dia mengaku sudah mengetahui siapa pelaku pembajakan, namun tidak bisa melakukan tindakan tanpa tangkap tangan.

‘’Kenapa waktu itu tidak dilaporkan ke pihak yang berajib karena album itu belum keluar. Tidak bisa kita laporkan dia karena bentuk fisiknya kan belum ada. Kalau ada bentuk fisiknya kita bisa laporkan dia. Tidak  bisa kami menuding orang, nanti dia bilang hak saya ambil di Youtube. Masyarakat juga meminta, namun Anda tidak mengeluarkan albumnya. Namun kini Aura sudah melaporkan ke pihak berwajib,’’ katanya.

Ichan mengatakan, VCD asli sudah dipasarkan di Pulau Lombok bulan ini. Selanjutnya bulan Februari dipasarkan di Bima dan Dompu. Bahkan dia mengklaim, penggemar lagu-lagu Band D.U.A lebih banyak di Pulau Sumbawa. ‘’ Di album itu ada delapan lagu yang saya buat, 100 persen saya yang menciptakan” tambahnya.

Melihat penikmat lagu-lagu Band D.U.A cukup tinggi, Ichsan sudah menyiapkan tiga album untuk tahun ini dan tahun depan. Bahkan saat ini sudah mulai mempersiapan untuk video clip album kedua.
Langkah proteksi agar tidak terjadi pembajakan di album kedua ini adalah dengan membuat pernyataan di video clip di Youtube. ‘’Buat running di Youtube yang peringatannya kalau anda membeli lagu ini berarti Anda membeli bajakan. Kemudian di Youtube lagunya sepotong nanti sehingga tidak bisa dibajak lagi,’’ katanya.

Beberapa lagu yang menjadi hit di album pertamanya ini antara lain  Endeqne Tethu , Mauq Cerite, , Kadjuman dan lain-lain. Selama ini Band D.U.A lebih banyak melakukan konser dengan pola silent atau tanpa promo terlebih dahulu untuk memberikan kejutan kepada para penonton. Namun tahun ini direncanakan akan melakoni sejumlah konser di beberapa tempat. (Zainudin Ekbis NTB)
Share:

Edi Virtual : Pembajakan, Membuat Musisi Malas Berkarya


Lalu Edi Setiawan

BELUM adanya tindakan tegas terhadap pelaku pembajakan kaset, VCD, DVD, khususnya di dunia hiburan membuat para musisi malas berkarya. Kerja keras dalam menciptakan lagu dan membuat arensemen musik seakan tidak ada artinya, ketika hasil karya banyak beredar dan dibeli orang. Tapi yang menikmati hasilnya adalah para pembajak atau orang yang mengambil keuntungan di balik karya orang lain. 

Pembajak merupakan musuh bersama dari para musisi di seluruh Indonesia atau dunia. Pembajak memanfaatkan kaset, VCD dan DVD yang beredar untuk digandakan dalam jumlah yang besar. Setelah itu dijual dengan harga murah ke masyarakat. 

Begitu juga di NTB. Pembajak hasil karya senimal lokal membuat para musisi malas berkarya. Mereka tidak mau menjadikan pembajak kaya. Sementara para musisi yang menghasilkan karya seni yang digemari masyarakat justru tidak mendapatkan apa-apa. Musisi atau grup musik yang mengandalkan penjualan dari kaset atau VCD dan DVD tidak bisa berharap banyak dari hasil penjualan. Apalagi, harga kaset, VCD dan DVD asli sangat mahal dibandingkan dengan kaset atau VCD bajakan yang beredar luas di masyarakat. 

Sebagai contoh, vokalis Virtual Band Lalu Edi Setiawan, tidak mampu berbuat apa-apa, ketika kaset atau VCD hasil karya musiknya dibajak dan dijual dengan harga murah di pasaran. Sebagai grup musik lokal yang sudah cukup lama eksis, Eed – panggilan akrabnya, mengaku pembajak merupakan musuh utama dari musisi. 

Dicontohkannya, Virtual Band hanya mengeluarkan sebuah album lagu dalam bentuk kaset dan tidak dalam bentuk VCD atau DVD. Namun, yang banyak beredar di pasaran adalah hasil karya Virtual dalam bentuk VCD. ‘’Ini yang kami herankan. Kami tidak pernah mengeluarkan album dalam bentuk VCD. Tapi di VCD itu yang ada suaranya dan visualnya hanya pemandangan-pemandangan saja,’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Rabu (4/1) lalu. 

Sekarang ini, tutur Eed yang juga membuka usaha  rental studio dan musik serta nasi belut ini, dirinya bersama personel Virtual Band yang lain lebih konsentrasi pada pekerjaan masing-masing. Personel Virtual Band, banyak bekerja di luar Kota Mataram dan kumpul saat liburan atau ada momen tertentu. Sementara bagi Eed yang juga staf di Biro Humas dan Protokol Setda NTB ini, tidak hanya terpaku pada salah satu grup musik saja. Artinya, ketika ada kegiatan, dirinya siap tampil bersama band manapun. 

Namun, ketika ada undangan konser langsung menggunakan  personel Babad Band. Apalagi saat tampil sering tampil dengan karakter band yang berbeda. Sebagai contoh, Babad Band untuk band festival dengan lagu-lagu rock happy metal, E-go Band, untuk lagu-lagu religi dan akuistik. ‘’Sementara Virtual Band dengan lagu pop Sasak modern,’’ tuturnya. ‘’Selain itu kita berharap semoga pembajakan tidak ada lagi,’’ tambahnya. 
Jien Rahardja
Gunakan Teknologi 

Lain halnya dengan Jien Rahardja – vokalis The Datu Band Lombok. Itoq, panggilan akrab Jien Rahardja ini berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya pembajakan hasil karya musik. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan memanfaatkan teknologi terhadap VCD yang digunakan. Di mana, VCD yang dijual menggunakan teknologi tertentu, sehingga ketika ada upaya penggandaan VCD tidak bisa dilakukan. Meski demikian, pihaknya menyadari kemungkinan adanya pembajakan terhadap metode seperti itu masih bisa terjadi. ‘’Yang penting kita sudah berusaha,’’ ujarnya pada Ekbis NTB, Kamis (5/1).

Selain itu, hal lain yang tidak boleh dilakukan adalah dengan meng-upload lagu-lagu hasil karya yang baru dirilis di YouTube. Itoq yang juga salah satu dosen di perguruan tinggi swasta di Mataram ini, mengkritisi sejumlah musisi atau grup musik ketika baru merilis lagu langsung di-upload di YouTube. Cara seperti ini, ujarnya tidak bagus. Di mana, ketika lagu dirilis, maka banyak orang yang akan mengunduh atau men-download lagu, sehingga orang tidak perlu membeli VCD atau kaset di pasaran. ‘’Jadi sebaiknya, teman-teman musisi, jangan meng-upload dulu ke YouTube, karena itu berpotensi besar dibajak,’’ sarannya. 

Hal lain yang perlu diperhatikan, tuturnya, masalah tingginya permintaan penggemar terhadap lagu-lagu lewat MP3. Sebagai musisi, ia sering diminta mengirim link video atau MP3 lagu-lagu lewat Facebook, Twitter, WhatsApp dan BBM oleh para penggemarnya. Namun, dengan alasan profesional dirinya banyak menolak permintaan para penggemar dan menyarankan untuk membeli VCD secara langsung. ‘’Itulah yang perlu diantisipasi,’’ katanya. (Marham)
Share:

Friday, 6 January 2017

YPH-PPD NW ­Pancor Gelar Lombok Seribu Masjid Sejuta Huffazh

 Kegiatan Lombok Seribu Masjid dan Sejuta Huffazh di GOR YPH-PPD NW
Pancor Lotim, Kamis (5/1/2017).
Ribuan santri-santriwati Yayasan Pendidikan Hamzanwadi Pondok Pesantren Darunnahdlatain (YPH-PPD) NW Pancor menggelar Lombok Seribu Masjid dan Sejuta Huffazh, Kamis (5/1/2017). Selain melibatkan salah satu televisi nasional itu, hadir juga salah satu penceramah kondang Ustadz Haikal Hasan.
Direktur Humas Universitas Hamzanwadi Selong, M. Halqi menyampaikan, pengajian umum dengan melibatkan salah satu televisi nasional itu untuk menjalin silaturahmi dengan media guna memperkenalkan dan mempertahankan identitas Lombok melalui YPH-PPD NW Pancor. Terlebih, katanya, Kabupaten Lotim merupakan kota santri yang penuh dengan nuansa religiusnya.
Sebagai kota santri, lanjutnya, diharapkan ke depan Lombok khususnya YPH-PPD NW Pancor mampu melahirkan santri-santri penghafal Al Qur’an yang dapat dikenal di seluruh lapisan nusantara. (Yoni Ariadi Lombok Timur)

Share:

Event Bau Nyale Digelar 16-17 Februari 2017

 Rapat penetapan pelaksanaan Bau Nyale di kawasan Pantai Seger Kuta Lombok Tengah.

Pemkab Lombok Tengah (Loteng) telah memutuskan pelaksanaan event Bau Nyale tahun 2016 ini akan digelar pada tanggal 16-17 Februari mendatang. Keputusan ini diambil dalam Sangkep Wariga (rapat penetapan) di kawasan Pantai Seger Kuta, Kamis (5/1/2017).
“Setelah penetapan ini, maka kita akan segera melakukan persiapan. Termasuk persiapan panitia pelaksananya,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Loteng, H.L. Putria, kepada wartawan, usai pertemuan.

Bau Nyale di Pantai Seger Lombok Tengah
Pada awalnya, rapat penentuan pelaksanaan Bau Nyale berjalan alot. Para pemuka adat yang hadir, sempat terlibat perdebatan hebat. Terkait puncak perayaan event tahunan yang kini telah ditetapkan sebagai event pariwisata nasional tersebut. Di mana para pemuka adat sempat terlibat silang pendapat.
Ada tiga opsi pilihan waktu pelaksanaan event Bau Nyale yang berkembang dalam pertemuan ini. Opsi pertama yakni pada hari Rabu-Kamis, tanggal 15-16 Februari. Kemudian pada Kamis-Jumat, tanggal 16-17 Februari dan opsi terakhir tanggal 17-18 Februari atau Jumat sampai Sabtu.
Silang pendapat muncul, karena masing-masing pemuka adat memiliki dasar perhitungan sendiri-sendiri. Mulai dari penghitung bintang hingga tanda-tanda alam yang terjadi. “Silang  pendapat ini wajar terjadi, karena dasar perhitungan memang berbeda-beda,” ujar Putria.

Namun setelah proses pembahasan lebih detail, akhirnya diputuskan untuk mengambil jalan tengah dengan mengambil pelaksanaan Bau Nyale pada Kamis hingga Jumat atau tanggal 16-17 Februari mendatang. “Hasil ini akan segera kita sampaikan ke Bupati. Supaya bisa ditindaklanjuti dengan penunjukan panitia pelaksana Bau Nyale,” tandasnya.
Nyale Lombok Tengah

Lebih lanjut, Putria menjelaskan, event Bau Nyale tahun ini akan jadi gawe bersama antara Pemkab Loteng, pemerintah provinsi serta pemerintah pusat. Mengingat status event Bau Nyale sebagai event nasional.
Disinggung dukungan anggaran, dari Pemkab Loteng sendiri sudah menyiapkan alokasi anggaran sekitar Rp 400 juta ditambah dukungan dari pemerintah pusat yang informasinya juga sudah menyiapkan anggaran di atas Rp 500 juta. (Munakir Suara NTB)


)
Share:

Tuesday, 3 January 2017

Motif Rangrang Sukarara, Tren Busana Modern Masa Kini


Kain motif Rangrang Sukarara Lombok Tengah yang banyak dipesan dari luar daerah. 

Di antara kita pasti pernah melihat kain motif Rangrang ini, karena beberapa tahun belakangan memang sedang menjadi tren di masyarakat. Berbagai macam tas, baju atau perlengkapan lain banyak menggunakan motif ini sebagai bahan utama produknya. Motif Rangrang merupakan motif kain tenun tradisional yang sudah turun-temurun tersimpan di daerah tertentu di bagian Indonesia Tengah.
Menurut Inaq Maryam dan Inaq Sul, penenun kain di Desa Sukarara, motif Rangrang baru booming sejak 5 tahun lalu. “Mulai dari tahun 2011 boomingnya. Rangrang ini asalnya dari Bali,” katanya saat ditemui Ekbis NTB, Rabu (28/12/2016).
Menurutnya, nama Rangrang berasal dari benangnya yang jaraknya jarang-jarang. “Dalam satu kain, bisa menggunakan 6-7 warna benang dengan berbagai macam motif,” terang Inaq Sul.
Ukuran kain Rangrang yang biasa dibuatnya adalah 2 meter. Rangrang bisa jadi 2 hari, beda dengan kain songket yang bisa sampai 1 bulan. Tetapi kerumitan pembuatan kain motif Rangrang adalah saat menumpuk benangnya itu. “Sampai pusing kita dibuatnya karena terlalu lama menunduk, prosesnya bisa 1 hari hanya untuk itu saja,” akunya.
Salah satu tas yang dibuat menggunakan motif Rangrang khas Sukarara Lombok Tengah. 

Inaq Maryam menambahkan motif-motif Rangrang sendiri ada bermacam-macam, seperti bentuk M, Z, wajik, bianglala, ketupat, enggol (lurus) dan lainnya. “Motifnya sendiri tergantung selera pembeli, kita menyesuaikan dengan pesanan mereka,” terangnya.
Harga kain motif Rangrang diakui Inaq Maryam tidak setinggi harga kain songket. “Modalnya hanya Rp 150 ribu, nanti jualnya Rp 200 ribu tergantung modelnya,” katanya. Beda dengan kain songket yang bisa mencapai Rp 3 juta untuk setiap kain.
Pemasaran untuk kain motif Rangrang, kata Inaq Maryam, dijualnya ke Bali. “Di Bali, mereka pesannya di sini untuk Rangrang dan Songket, jadi siklusnya berputar,” katanya. Tetapi, ia juga mempunyai bos dari Jakarta yang menampung hasil kerjanya. “Biasanya dia pesan sampai 2 karung dengan isi 100 kain. Tetapi pesanannya datang kalau di sana sudah habis dijual,” katanya.
Menurutnya, kain tenun motif Rangrang yang dibuatnya menjadi bahan baku untuk berbagai macam kerajinan. “Kita di sini hanya buat untuk jadi bahan baku, kalau di Jakarta itu dibuat jadi baju atau tas,” katanya. Di galeri yang dimilikinya juga, terdapat kerajinan tangan dengan motif Rangrang seperti tas tangan atau tas-tas kecil yang banyak diminati. (uul/Ekbis NTB)
Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive