Be Your Inspiration

Thursday 11 August 2016

Paket Wisata Halal NTB Masih Minim Peminat

Islamic Center, simbol wisata halal NTB saat pelaksanaan MTQ Nasional 2016
NTB telah dinobatkan sebagai salah satu destinasi wisata halal terbaik dunia. Kendati demikian, tidak semua pelaku pariwisata menawarkan paket wisata halal yang telah diluncurkan belum lama ini. Terdapat berbagai kendala untuk membuka paket tersebut. Dari masih kurangnya peminat, hingga pasar masing-masing pelaku wisata yang tidak sama.
Salah satu pelaku usaha pariwisata di Kota Mataram, Bing Hamidy mengatakan bahwa wisatawan yang menggunakan jasa perjalanan wisata miliknya belum begitu berminat untuk berwisata menggunakan paket wisata halal. Sehingga pihaknya belum membuka paket tersebut, meskipun NTB telah dinobatkan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia.
“Masih sangat sedikit peminatnya, mungkin karena tamu saya lebih banyak dari eropa. Saya belum membuka untuk Timur Tengah. Rencana sih tetap ada, tapi saat ini belum,” ujarnya kepada Suara NTB, di Mataram, Rabu (10/8/2016).
Setiap pelaku usaha bidang pariwisata memiliki pasar yang berbeda-beda. Sehingga tidak semua dapat membuka paket wisata halal. Padahal paket wisata itu bukan hanya diperuntukkan bagi wisatawan muslim saja. Namun juga untuk wisatawan nonmuslim. Sebab akan memberikan pelayanan yang baik bagi setiap wisatawan yang datang.
“Tamu saya paling suka ke gili, terutama Gili Trawangan. Mereka bisa nginap seminggu hingga dua minggu di gili untuk beristirahat,” kata Bing Hamidy.
Ia menyadari bahwa NTB saat ini banyak dikunjungi oleh wisatawan muslim. Meski demikian, ia belum bisa membuka paket wisata halal tersebut. Karena keterbatasan tenaga dan permintaan pasar yang cenderung kurang.
Sehingga meskipun NTB dinobatkan sebagai destinasi wisata halal dunia, namun hanya sebagian dari pelaku usaha yang turut ambil bagian. Sebab masih banyak pula yang mengutamakan wisata konvensional. Sehingga paket yang disediakan hanya sebatas pada wisata pada umumnya saja.
“Kalau kedepannya masih belum tahu. Meskipun katanya banyak wisatawan asal Malaysia yang datang, tapi kalau melalui saya jumlahnya masih biasa saja. Belum begitu banyak, itu pula yang menjadi pertimbangan kenapa belum buka paket wisata halal,” pungkasnya.  (Lingga-Suara NTB)
Share:

Virzha Indonesia Idol Penasaran dengan Gili Trawangan

Virzha Indonesia Idol
Telah dua kali mengunjungi Pulau Lombok, namun belum sekalipun Virzha sempat mengunjungi objek wisata di daerah ini. Salah satu juara ajang pencarian bakat, Indonesian Idol pada 2014 lalu ini mengaku penasaran dengan Gili Trawangan.
Ditemui usai mengikuti interaktif di Radio Global FM Lombok, Selasa (9/8/2016) sore, Virzha mengaku kerap mendengar cerita dari teman-temannya tentang gili di Lombok Utara itu. “Penasaran banget, katanya di sana nggak ada kendaraan,” ujarnya.
Pelantun lagu Aku Lelakimu ini mengatakan sebenarnya ingin berkunjung ke berbagai tempat wisata di Lombok, khususnya pantai. Namun karena kesibukannya, tidak memiliki waktu yang cukup. Setelah tampil nanti malam di sebuah hotel di Mataram, besoknya ia akan langsung bertolak ke Jakarta. “Karena ada jadwal lagi dan harus ke Pekanbaru,” ujarnya.
Kesan Virzha dengan pulau ini ialah rapi atau tertata. Kendati banyak pantai yang mengelilingi pulau ini, cuacanya tetap sejuk. “Terasa banget muslimnya, yang aku baca kan di sini pulau seribu masjid, itu sesuai,” ujarnya. Kedatangan pertamanya ke Lombok untuk tampil di salah satu klub. Kedatangan keduanya ini ia sempatkan untuk bertemu dengan media di daerah ini. “Aku belum pernah promo di Lombok dan juga belum pernah silaturahmi dengan teman-teman media,” jelas pria kelahiran Aceh ini.
Saat ini Virzha sedang mempersiapkan album kedua yang rencananya akan diluncurkan pada Desember mendatang. Album keduanya ini akan berbeda dengan album pertamanya, Satu. “Beda banget album pertama dan kedua,” ujarnya.
Aransemen lagu-lagu yang akan masuk di album keduanya nanti belum pernah ada di album sebelumnya kendati masih beraliran rock. Ia telah lama mempersiapkan aransemen untuk album keduanya ini tapi belum pernah rampung. “Tapi ini jadi. Aku aja kaget dengernya apalagi orang. Mudah-mudahan pendengar terkesan,” pungkasnya. (Yanti)

Share:

Tuesday 9 August 2016

Ritual Adat “Ngayu-ayu” Diusulkan Jadi Warisan Budaya Nasional

Salah satu tradisi Ngayu-Ayu di Sembalun. Sebelum tradisi dimulai dilakukan acara potong sapi

Ritual adat Ngayu-ayu Sembalun diusulkan menjadi warisan Budaya Nasional. Warisan budaya yang tercatat dalam daftar kekayaan budaya Indonesia, sehingga ke depan tidak ditiru oleh negara lain. Sebelum diusulkan harus dilakukan pengkajian akademis dan lainnya.
Mengawali hal itu, Sabtu (6/8/2016) lalu, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali Wilayah Kerja Bali, NTB dan NTT, I mengelar dialog khusus membahas Ngayu-ayu Sembalun di Selong menghadirkan 75 peserta terdiri dari budayawan, tokoh masayrakat, guru dan pelajar.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, Made Dharma Suteja yang hadir pada acara ini, menyatakan, pihaknya ingin mengangkat adat-adat masyarakat yang ada di pinggiran. Termasuk ritual adat Ngayu-ayu yang ada di Sembalun, karena memiliki nilai kearifan lokal.
“Kita ingin gali seluas-luasnya, syaratnya ada kajian akademis ada tulisan-tulisan penunjang. Ngayu-ayu ini sendiri sudah ada sejumlah tulisan dan kita juga memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan tradisi ini sebagai warisan budaya nasional katanya perlu dukungan dari pemerintah kabupaten. Kehadiran Bupati Lotim pada acara dialog yang digelar Balai Pelestarian Nilai ini membuat pihak balai terharu dan bangga dengan komitmen Bupati Lotim untuk melestarikan nilai-nilai budaya.
Bupati Lotim, H. Moch Ali Bin Dachan yang hadir dalam acara ini menyatakan, ritual adat ngayu-ayu pernah hilang. Terakhir justru digelar oleh dua kelompok adat. Bagi bupati, adanya perayaan dua kali yang dilakukan kelompok yang berbeda ini ditanggapi tidak serius. “Boleh dua, tidak masalah, itu pandangan saya,” ucapnya
Kegiatan ngayu-ayu diketahui sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat adat terhadap air. Mengenai persoalan air ini, kata Bupati pada tahun 1967 silam ia sudah datang ke Sembalun dan melihat air di bawah kaki Gunung Rinjani itu sangat besar. Alamnya bagus dan indah. Akan tetapi saat ini, alam justru sudah rusak, mata air banyak yang hilang. “Siapa yang merusaknya?” tanyanya.
Pertanyaannya juga, apakah dengan digelarnya Ngayu-ayu air dan alam Sembalun kembali, sehingga dalam konteks illmu  pengetahuan perlu dikaji. Apalagi, kerusakan alam Sembalun sudah luar biasa.
Ditambahkan, saat ini di Sembalun terdapat 5 kelompok adat. Semua minta pengakuan. Pihaknya menginginkan semua kelompok adat bersatu dalam persatuan yang bulat. Adanya perbedaan, katanya semestinya bukan dianggap sebagai keburukan. Tapi harus dianggap sebagai kemajuan.
Kebudayaan terang bupati adalah kompleks gagasan atau pemikiran yang memiliki nilai tinggi. Termasuk Ngayu-ayu jika memiliki nilai yang bermanfaat baik secara lokal maupun universal maka dia menjadi bagian dari kebudayaan.
Selanjutnya diungkap bupati, Suku Sasak adalah suku yang unik. Ada istilah sasak menyebutkan, lain setuk lain jajak. Maknanya dalam Suku Sasak ini memiliki keanekaragaman, termasuk bahasa. (Rusli Lombok Timur)
Share:

Belanjakan, Seni Beladiri Khas Suku Sasak

Belanjakan, seni beladiri khas Suku Sasak Lombok NTB

Belanjakan, adalah seni beladiri ala masyarakat Sasak. Kegiatan adu nyali dan ketangkasan melalui kegiatan Belanjakan ini sudah lama hilang.  Guna melestarikannya, Warga Masbagik akan menggelar kembali kegiatan tersebut.
Ketua panitia kegiatan, Mirsoan alias Ming, Sabtu (6/8/2016) menuturkan pihaknya akan menggelar acara Belanjakan ini pertengahan Agustus 2016 ini. “Acara akan kita gelar tanggal 14-16 Agustus dan akan gelar lagi tanggal 28-31 Agustus mendatang,” tuturnya.
Tujuan utama digelarnya kegiatan ini, selain sebagai ajang hiburan juga bisa menyediakan ruang agar tidak terjadi konflik antar pemuda. Kegiatan beladiri belanjakan memiliki keunikan tersendiri dibandingkan seni bela diri lainnya. Belanjakan yang digelar dipastikan dengan aturan-aturan yang ketat.
Aturan dasarnya, peserta menggunakan pakaian adat yang disebut dengan istilah bekancut. Begitupun panitia yang menggelar kegiatan. Sementara, aturan dalam pertandingannya tidak memukul, mencekik, mencakar, mencaci maki, berkata-kata kasar dan meludahi lawan.
Peserta hanya diperbolehkan menggunakan kaki untuk menendang lawan. Tendangan pun tidak diperbolehkan mengenai kelamin lawannya. Saat merasa kewalahan menghadapi lawannya, peserta bisa berhenti di tengah pertandingan.
Saat peserta sudah tidak menginginkan melanjutkan pertandingan, maka lawannya tidak diperkenankan untuk membanting pesertanya.  Wasit pun berhak menghentikan pertandingan bila dianggap perlu dan darurat.
Wasit memberikan waktu jeda dan hitungan bila terjadi tendangan atau lanjakannya. Ketentuan diskualifikasi wasit kan berlaku bila peserta sengaja memukul lawan dan lain-lainnya. Wasit juga berhak melerai atau memisah peserta bila terjadi perlawanan sengit dan tidak ada yang mau berhenti.
Adapun istilah-istilah dalam seni tradisi belanjakan ini antara lain, ngokotang yang berarti mengangkut, mekokoqang berarti mencekik, nimpakang berarti membanting dan lainnya. Adapun ketentuan nilainya, tendangan di bawah pinggang diberikan nilai 1, tendangan di bawah badan diberikan nilai 2, tendangan ke kepala diberikan nilai 3 sama dengan bantingan.  (Rusli Lombok Timur)
Share:

Meriah, Hultah NW Ke 81 Tahun 2016 di Pancor Lombok Timur

Pendiri NW TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid

Hari Ulang Tahun (Hultah) Akbar Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) ke-81 yang dirangkaikan dengan pembukaan Muktamar ke-13 Nahdlatul Wathan dan Haul ke-19 Almaghfurullah Maulana Syaikh, TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid di Pancor Lombok Timur (Lotim) berjalan lancar dan sukses. Semarak pengajian umum dalam Hultah NWDI ke-81 di Pancor yang dilaksanakan, Minggu (7/8/2016) semakin terlihat dengan dibanjirinya arena Hultah oleh puluhan ribu jemaah dari seluruh penjuru di NTB maupun dari luar daerah di Indonesia.
Dr. TGH. M. Zainul Majdi

Hadir dalam acara akbar tahunan itu, Pembina YPH-PPD NW Pancor, Hj. Siti Rauhun ZAM, Pimpinan YPH-PPD NW Pancor yang juga Anggota DPR RI Dapil NTB, H. M. Syamsul Lutfi, Sekretaris YPH-PPD NW Pancor yang juga Ketua STKIP Hamzanwadi Selong, Dr. Hj. Siti Rohmi Djalilah,M.Pd, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, ulama nasional yakni Habib Jindan Bin Novel Jindan. Selain itu, hadir pula Wakil Ketua DPD RI, Prof. Farouk Muhammad, Anggota DPD RI, H. Lalu Suhaimy Ismi, Wakil Gubernur NTB, H. Muhammad Amin, SH, M.Si, Bupati Lombok Timur (Lotim), H. Moch Ali Bin Dachlan, Bupati Lombok Tengah, H. M. Suhaili FT, SH, Bupati Lombok Barat, Fauzan Khalid, S.Ag, M.Si, Bupati Lombok Utara, Dr. H. Najmul Akhyar, SH, MH, Bupati Sumbawa, H. M. Husni Djibril, B.Sc dan Bupati Dompu, Drs. H. Bambang M. Yasin serta sejumlah tamu undangan lainnya dari pusat dan peserta Muktamar ke-13 dari berbagai daerah di Indonesia.
Hj. Siti Rauhun Zainuddin Abdul Madjid

Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW), Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA, dalam kesempatan itu mengajak puluhan ribu jemaah yang hadir untuk menjadikan momentum Hultah NWDI ke-81 sebagai wahana untuk mengintrospeksi diri dan melipatgandakan amal-amal kebaikan baik dari segi jumlah maupun kualitasnya. Selain itu, TGB-sapaan akrabnya juga mengajak masyarakat untuk terus bersyukur dan berikhtiar memperbaiki diri dengan menuntut ilmu sebanyak-sebanyaknya sebagaimana yang diajarkan oleh Almagfurullah Maulana Syaikh TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dengan mendirikan NWDI, NBDI dan NW untuk dijadikan sebagai kendaraan ummat untuk menuju ridho Allah.
Jamaah yang memadati Hultah NW di Pancor Lombok Timur

TGB selaku Gubernur NTB juga menegaskan bahwa terdapat berbagai macam cara ataupun kendaraan-kendaraan untuk meraih ridho Allah. Salah satu kendaraan tersebut yaitu Nahdlatul Wathan (NW) yang bergerak di bidang pendidikan, sosial dan dakwah untuk kepentingan agama, nusa dan bangsa. Maka dari itulah, TGB mengajak kepada masyarakat untuk terus memperkuat keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT dan tetap berpegang teguh kepada Ahlussunah Waljamaah, agar dapat terhindar dari  faham-faham yang bisa merusak persatuan dan kesatuan.
“Pede bentengi dirik side, nengke ine sekedik-sekedik te paran dengan bid’ah. Belajar ilmu di luar dari ajaran kelompoknya, teparan ye sesat. Dit luek ajaran-ajaran sik lain endah.  Kokohkan ke Ahlussunnah Waljamaah dan tingkatkan keimanan,” imbaunya mengingatkan.
Tamu undangan yang hadir pada Hultah NWDI ke 81 di Pancor Lombok Timur, Minggu (7/8/2016)

Sementara, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A, menegaskan jika antara NW dan NU merupakan pilar bangsa Indonesia yang sama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dikatakannya, sosok TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama yang mendirikan NWDI, NBDI dan NW merupakan ulama nasionalis yang telah berhasil mengharmoniskan Islam dan nasionalisme dalam pergerakannya melalui organisasi NW.
Ia menegaskan jika NU dan NW siap bergandengan tangan dalam mengawal setiap perintah Allah. “NU dan NW milik kita semua, nasionalisme yang religius, religius yang nasionalis,” jelasnya. Seraya mengatakan, ummat Islam harus menjadi ummat yang  maju, cerdas, bermartabat dan menjadi pelaku dan tidak hanya menjadi seorang penonton.
Sedangkan, pengajian umum yang disampaikan salah satu ulama nasional, Habib Jindan Bin Novel Jindan, mengakui perjuangan yang telah ditempuh oleh Almagfurullah Maulana Syaikh,TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid dalam pengabdiannya menyebarkan ilmu kebaikan melalui organisasi NW. Banyaknya jemaah yang hadir dalam peringatan Hultah NWDI ke-81 di Pancor ini, katanya, menunjukkan jika beliau (Maualan Syaikh) merupakan orang baik, orang besar, orang berilmu yang ilmu dan karya-karyanya bermanfaat untuk kepentingan ummat. Jika ilmu itu tidak diamalkan, tegasnya, maka ilmu itu akan hilang dengan sendirinya serta ilmu itu akan menjadi mudarat yang nantinya akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. “Didiklah anak-anak dengan ilmu yang bermanfaat,” pesannya.
Pimpinan YPH-PPD NW Pancor, H. M. Syamsul Lutfi, mengucapkan terimasih kepada semua PBNW yang hadir mulai dari pengurus wilayah (PW), pengurus daerah (PD), pengurus cabang (PC), anak cabang sampai pengurus ranting dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk pengurus Nahdlatul Wathan dari Malaysia dan Mesir. Dalam kesempatan itu, ia menegaskan jika NW memiliki komitmen yang kuat dengan membawa pesan Islam Rahmatanlilalamin. Oleh karena itu, NW siap menjadi garda terdepan dalam setiap pembangunan baik di tingkat daerah maupun di tingkat pusat dengan tetap berpegang teguh kepada pancasila, UUD 1945. Selain itu, NW juga siap bergandengan tangan dengan ormas-ormas lainnya untuk kepentingan masyarakat dan bangsa. 
Sementara, Bupati Lombok Timur (Lotim), H. Moch. Ali Bin Dahlan, selaku tuan rumah mengucapkan selamat datang di Gumi Selaparang dan selamat Hultah NWDI ke-81. Dalam sambutan singkatnya, Ali BD-sapaan akrabnya yang disambut tepuk tangan oleh puluhan ribu jemaah dan tamu undangan diatas panggung menyampaikan, pemerintah kabupaten Lotim yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di NTB yakni sebanyak 1,3 juta disertai dengan tumbuhnya berbagai organisasi puncak yang salah satunya adalah NW. Tentunya merupakan tantangan tersendiri bagi pemerintah.
Namun kondisi wilayah kabupaten Lotim tetap aman, tenteram dan kondusif. Kenapa bisa begitu?. Karena, ata bupati, pemerintah kabupaten Lotim melakukan pendekatan metode sosial dan bukan pendekatan metode keamanan. Oleh karena itu, Ali BD tidak terlalu menghiraukan perbedaan yang ada di Kabupaten Lotim. “Silakan anda berbeda, karena perbedaan itu bagian dari keanekaragaman,” terangnya. Terkait dengan induk organisasi NW di Lotim, Bupati mengaku patut berterima kasih kepada organisasi NW. NW diakui atau tidak, kata bupati, sudah memberikan warna untuk tumbuh kembang berbagai aspek di kabupaten Lotim. (Yoni Ariadi Lotim)
Share:

Pulau Kambing, Tempat Pangkalan Minyak Tanah di Era Penjajahan Belanda

Bekas lokasi pangkalan minyak tanah Penjajah Belanda di Pulau Kambing Bima

DALAM sejarahnya, Pulau Kambing pernah menjadi lokasi atau tempat pangkalan minyak Pemerintah Kolonial Belanda. Hal itu dibuktikan dengan masih ada tersisa sejumlah tangki minyak yang belakangan ini ternyata sudah hilang. Tangki yang terbuat dari baja murni itu, diduga dicuri.
Tangki untuk menampung minyak itu, diduga hilang sekitar tahun 2008 lalu. Menurut informasi, tangka itu dibangun dan mampu menampung persediaan minyak dalam ukuran pemakaian satu tahun.
Dalam sejarahnya, pulau ini pernah dibom oleh pesawat tempur Jepang sekitar tahun 1944. Itu sebagai sebuah peringatan dari Pemerintah Kolonial Jepang kepada penjajahan Kolonial Belanda agar hengkang dari Bima.
‘’Bukti sejarah berupa tangki minyak peninggalan penjajahan masih ada. Namun sekarang sudah hilang,’’ kata Budayawan Bima, Alan Malingi.
Menurut Alan, pulau itu diberi nama Pulau Kambing, lantaran pada saat zaman kerajaan hingga penjajahan masyarakat sekitar membiarkan hewan ternak salah satunya kambing secara sembunyi-sembunyi digembalakan di sana. Di samping banyak rumput yang tersedia, juga menghindari upeti yang ditarik oleh penguasa saat itu.
‘’Sampai dengan hari ini namanya terkenal dengan Pulau Kambing karena dulu dijadikan tempat untuk persembunyian hewan ternak milik warga yang diambil oleh penguasa,’’ jelas Alan.
Terlepas dari itu, Alan berharap agar pemerintah serius menata pulau itu. Pasalnya selain banyak menyimpan potensi wisata laut dan pantai. Pulau oleh masyarakat sekitar mengenalnya dengan sebutan Nisa menyimpan banyak potensi wisata sejarah dan budaya.
Selain itu, apabila dikembangkan dengan serius. Pulau ini akan dijadikan primadona oleh wisatawan, mengingat lokasinya terletak di tengah Teluk Bima. Sementara di dekatnya terdapat destinasi wisata yang saat ini sedang dikembangkan dan menjadi tujuan wisatawan. Seperti Pantai Ule, Kolo, Lawata, Kalaki dan Benteng Asakota.

‘’Di Teluk Bima ini sangat banyak potensi wisatanya. Jika dikembangkan dan ditata dengan serius dan baik, akan meningkatkan perekonomian masyarakat dan meningkat PAD,’’ pungkasnya (uki Bima)
Share:

Pulau Kambing Bima yang Tak Ada Kambing

Pulau Kambing Bima

Mendengar nama Pulau Kambing pasti kita terbayang jika di tempat itu terdapat banyak ternak kambing. Seperti hal di Pulau Ular, di Desa Pai, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Di Pulau Ular itu memang banyak ular tetapi tidak berbisa. Pulau Kambing ini tidak seperti Pulau Ular. Tidak ada seekor kambing pun yang hidup di sana. Namun Pulau Kambing hanya dihuni ribuan monyet dan burung-burung liar.

PULAU Kambing terletak di tengah laut, tepatnya di Teluk Bima. Posisinya berada di antara dua pelabuhan yang saling berseberangan. Yakni Pelabuhan Kota Bima dan Dermaga Bajo, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima.
Dermaga menuju Pulau Kambing

Menuju Pulau Kambing bisa melalui Dermaga Bajo maupun Pelabuhan Kota Bima dengan menggunakan perahu tradisional. Tarif yang dikenakan untuk anak-anak menyeberang ke pulau nan eksotis itu, sebesar Rp 2.000, sedangkan orang dewasa Rp 5.000. Menyeberang menggunakan perahu nelayan membutuhkan waktu 10 hingga 15 menit.

Sampai di tempat itu, pengunjung akan disuguhkan panorama laut yang eksotis. Air laut yang tenang. Sepanjang pantainya terdapat pasir putih yang halus. Menariknya, di tempat ini terdapat makam para mubaliq yang menurut informasi telah menyiarkan Islam di tanah Bima. Akan tetapi makam yang mengandung nilai sejarah itu kini kondisinya tidak terawat. 

Di sana sebelumnya juga ditemukan tangki tempat penyimpanan minyak peninggalan penjajahan kolonial Belanda. Namun, tangki diketahui sudah hilang diduga dicuri.
Salah seorang warga Desa Bajo, Rangga Ramadhan kepada Suara NTB, mengaku dulu 

Pulau Kambing cukup terkenal di kalangan amsyarakat Bima dan dijadikan lokasi atau tujuan rekreasi masyarakat lokal untuk mengisi liburannya bersama keluarga. Juga dimanfaatkan pula oleh para nelayan dan kapal-kapal kecil untuk berlabuh.
Pulau Kambing Bima yang eksotis
Menurut Rangga, dulu sekitar tahun 2000-an, Pulau Kambing merupakan destinasi andalan warga Bima. Bahkan ada pihak swasta yang mengelola dengan mendirikan tempat peristirahatan untuk pengunjung. Juga dibangun fasilitas umum seperti toilet dan dermaga yang ada di bagian timur pulau ini.

‘’Sekarang tinggal kenangan. Semua fasilitas yang dibangun kondisinya sudah rusak. Bangunannya pun ditumbuhi pepohonan. Sedangkan dermaga telah hancur dan tinggal bekasnya saja,’’ jelasnya.

Pulau Kambing sendiri masuk wilayah Pemkab Bima atau wilayah administrasi Desa Bajo, Kecamatan Soromandi. Dia berharap, pemerintah daerah segera menata dan membangun fasilitas di Pulau Kambing. Selain itu, pemerintah perlu membangun kembali fasilitas umum yang pernah ada serta mengaktifkan petugas penjaga pulau.
‘’Kita berharap pulau yang memiliki banyak potensi pariwisata ini ditata. Baik alam, laut, religi dan budaya. Jika itu dimanfaatkan dan dikembangkan oleh pemerintah daerah akan menghasilkan retribusi berupa PAD (Pendapatan Asli Daerah),’’ harapnya. (Uki Bima)
Share:

NTB Sukses Gelar Konferensi Internasional Ulama Dunia

 
Gubernur NTB TGH. M. Zainul Majdi dan peserta konferensi internasional ulama di Senggigi Lombok Barat. 
KONFERENSI internasional ulama dunia yang diselenggarakan di Lombok, NTB  berhasil menghasilkan sembilan rekomendasi yang disebut Deklarasi Lombok. Salah satu rekomendasinya adalah agar Liga Negara Muslim mendirikan pusat kajian terorisme, radikalisme dan sektarianisme, bekerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Hal tersebut dikatakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Hubungan Luar Negeri,  KH Muhyiddin Junaidi saat penutupan kegiatan tersebut di Hotel Sheraton Kawasan Wisata Senggigi, Lombok Barat, Senin (1/8/2016).
Selain itu,  lanjutnya, negara-negara Muslim harus membentuk komite yang mengontrol pelaksanaan seluruh rekomendasi yang dihasilkan oleh konferensi yang terdiri dari atas MUI, Pemprov NTB, Kementerian Agama Republik Indonesia dan liga negara muslim.
Rekomendasi selanjutnya, menyusun rencana strategis kontra terorisme, radikalisme dan sektarianisme yang terjadi di Asia, sebagaimana yang telah dilakukan oleh pemerintah beberapa negara Islam, bekerjasama dengan masyarakat internasional. Muslim World League (Liga Muslim Dinia) diharapkan untuk melakukan tindakan-tindakan yang tepat di dalam hal ini, bersama dengan pihak-pihak yang berkompeten. Mendukung pengajaran agama di negara-negara Asia, dengan mengembangkan sistem pembelajaran, atau mendirikan lembaga pendidikan Islam untuk menutupi kebutuhan masyarakat, dan memenuhi keperluan terhadap tenaga-tenaga pendidik atau imam-imam masjid yang mampu untuk menjelaskan tentang bahaya sikap radikal dan sektarian, serta mengukuhkan sikap moderat sebagai bagian dari ajaran Islam.
Selain itu mengajak ulama Islam agar menjalankan peran dan tanggung jawab mereka, untuk mengarahkan pemuda-pemuda umat dengan pemahaman yang benar tentang jihad, takfir, wala’ dan bara’ (loyalitas dan anti loyalitas), kedaulatan negara, kewajiban taat kepada pemimpin dan larangan melakukan makar, atau segala yang berkaitan dengan permasalahan seperti ini. Termasuk, meluruskan metodologi dakwah, sesuai konsep Islam, yaitu mendahulukan sikap bijaksana dan pengajaran yang baik.
Ulama Islam Dunia juga mengajak para pimpinan-pimpinan organisasi kemasyarakatan di negara-negara Asia untuk bekerjasama dengan lembaga-lembaga sosial Islam untuk mengadakan pelatihan-pelatihan imam dan dai. Membentuk forum komunikasi antar sesama lembaga Islam dalam tingkat internasional yang bertujuan menyatukan segala potensi yang dimiliki, di bawah koordinasi Muslim World League dan bekerjasama dengan institusi-institusi terkait.
Muhyiddin menambahkan, rekomendasi selanjutnya yakni membantu kaum muslim minoritas, khususnya di bidang pendidikan, agar dapat terhindar dari sikap ekstrem atau tindakan radikal dan konfrontasi dengan kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Sehingga dapat lebih produktif untuk memberikan perbuatan yang terbaik bagi negaranya, dan membuktikan kesempurnaan agama Islam bagi orang lain. Serta mewujudkan perbaikan yang menyeluruh terhadap kondisi umat Islam, sehingga mampu memperlihatkan identitas keislaman yang utuh, dan memenuhi keperluan masyarakat di dalam memerangi kerusakan. Mempergunakan sumber daya alam dan manusia secara baik, demi mewujudkan keadilan, dan menjaga kehormatan kemanusiaan, serta keseimbangan antara hak dan kewajiban,”tambahnya.
Konferensi internasional ulama dunia ini diikuti oleh para ulama 13 negara di dunia dan ratusan ulama dari Indonesia. Kegiatan ini dihadiri Sekjen Muslim World League, Prof. Dr. Abdullah bin Abdul Muhsin al-Turki, Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia, AM. Fachir, Gubernur NTB, Dr. TGH. M. Zainul Majdi dan lainnya. (*)


Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive