Be Your Inspiration

Tuesday 9 August 2016

Ritual Adat “Ngayu-ayu” Diusulkan Jadi Warisan Budaya Nasional

Salah satu tradisi Ngayu-Ayu di Sembalun. Sebelum tradisi dimulai dilakukan acara potong sapi

Ritual adat Ngayu-ayu Sembalun diusulkan menjadi warisan Budaya Nasional. Warisan budaya yang tercatat dalam daftar kekayaan budaya Indonesia, sehingga ke depan tidak ditiru oleh negara lain. Sebelum diusulkan harus dilakukan pengkajian akademis dan lainnya.
Mengawali hal itu, Sabtu (6/8/2016) lalu, Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali Wilayah Kerja Bali, NTB dan NTT, I mengelar dialog khusus membahas Ngayu-ayu Sembalun di Selong menghadirkan 75 peserta terdiri dari budayawan, tokoh masayrakat, guru dan pelajar.
Kepala Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, Made Dharma Suteja yang hadir pada acara ini, menyatakan, pihaknya ingin mengangkat adat-adat masyarakat yang ada di pinggiran. Termasuk ritual adat Ngayu-ayu yang ada di Sembalun, karena memiliki nilai kearifan lokal.
“Kita ingin gali seluas-luasnya, syaratnya ada kajian akademis ada tulisan-tulisan penunjang. Ngayu-ayu ini sendiri sudah ada sejumlah tulisan dan kita juga memerlukan legitimasi dari masyarakat sekitar,” ungkapnya.
Untuk mewujudkan tradisi ini sebagai warisan budaya nasional katanya perlu dukungan dari pemerintah kabupaten. Kehadiran Bupati Lotim pada acara dialog yang digelar Balai Pelestarian Nilai ini membuat pihak balai terharu dan bangga dengan komitmen Bupati Lotim untuk melestarikan nilai-nilai budaya.
Bupati Lotim, H. Moch Ali Bin Dachan yang hadir dalam acara ini menyatakan, ritual adat ngayu-ayu pernah hilang. Terakhir justru digelar oleh dua kelompok adat. Bagi bupati, adanya perayaan dua kali yang dilakukan kelompok yang berbeda ini ditanggapi tidak serius. “Boleh dua, tidak masalah, itu pandangan saya,” ucapnya
Kegiatan ngayu-ayu diketahui sebagai bentuk ungkapan syukur masyarakat adat terhadap air. Mengenai persoalan air ini, kata Bupati pada tahun 1967 silam ia sudah datang ke Sembalun dan melihat air di bawah kaki Gunung Rinjani itu sangat besar. Alamnya bagus dan indah. Akan tetapi saat ini, alam justru sudah rusak, mata air banyak yang hilang. “Siapa yang merusaknya?” tanyanya.
Pertanyaannya juga, apakah dengan digelarnya Ngayu-ayu air dan alam Sembalun kembali, sehingga dalam konteks illmu  pengetahuan perlu dikaji. Apalagi, kerusakan alam Sembalun sudah luar biasa.
Ditambahkan, saat ini di Sembalun terdapat 5 kelompok adat. Semua minta pengakuan. Pihaknya menginginkan semua kelompok adat bersatu dalam persatuan yang bulat. Adanya perbedaan, katanya semestinya bukan dianggap sebagai keburukan. Tapi harus dianggap sebagai kemajuan.
Kebudayaan terang bupati adalah kompleks gagasan atau pemikiran yang memiliki nilai tinggi. Termasuk Ngayu-ayu jika memiliki nilai yang bermanfaat baik secara lokal maupun universal maka dia menjadi bagian dari kebudayaan.
Selanjutnya diungkap bupati, Suku Sasak adalah suku yang unik. Ada istilah sasak menyebutkan, lain setuk lain jajak. Maknanya dalam Suku Sasak ini memiliki keanekaragaman, termasuk bahasa. (Rusli Lombok Timur)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive