Be Your Inspiration

Monday 29 June 2015

Peci Haji Buatan Kediri Lombok Barat Rambah Pasar Surabaya dan Tanah Abang


 
Pengusaha peci dari Kediri Lombok Barat Ahmad Zaki 
memeriksa bahan untuk membuat peci haji 
yang dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
Sekitar tahun 1990-an, peci atau songkok haji asal Kediri Lombok Barat (Lobar) menembus pasar domestik dan Timur Tengah. Namun, belakangan, usaha yang dirintis almarhum H.Syamsi di Kota Santri Kediri Lobar itu kewalahan menerima order atau pesanan dari pelanggan. 

Anak almarhum H. Syamsi yang meneruskan usaha tersebut, Ahmad Zaki mengatakan saat ini dirinya menghadapi beberapa kendala. Di antaranya masalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbatas.
Kemudian masalah klasik yang sering menjadi keluhan UMKM, akses permodalan yang masih sulit.

Ahmadi Zaki memulai usaha peci hajinya sejak tahun 2001. Kini, ia sudah memiliki bengkel kerja dengan 7 orang pekerja. "Cuma sekarang berkurang kapasitas produksinya, karena SDM dan modal," ujarnya kepada Suara NTB beberapa waktu lalu.
 
Contoh produksi peci haji Kediri Lombok Barat yang sudah jadi 
Terkait dengan kekurangan SDM, Zaki mengatakan para anak muda sekitar jarang yang berminat. Pada awal-awal pendirian usaha peci Kediri itu, tutur Zaki, jumlah karyawan mencapai 50 orang. Sehingga pada waktu itu, peci Kediri diekspor ke Timur Tengah minimal satu kontainer melalui Solo Jawa Tengah.

"Dulu zaman Bapak sampai 50 orang karyawannya, sekarang 7 orang. Bahkan kita karena keterbatasan tenaga di sini, kita sering nolak pesanan. Soalnya kalau kita iyakan, tahunya nggak bisa dipenuhi nanti orang komplain," ungkapnya.

Dengan jumlah karyawan sebanyak 7 orang saat ini, pihaknya hanya memenuhi permintaan dari dalam daerah dan beberapa pengusaha dari Pulau Jawa seperti Surabaya. Satu orang karyawan mampu memproduksi sebanyak dua kodi peci per hari. Satu kodi artinya 40 buah peci. Artinya, lanjut Zaki, dalam sehari usahanya memproduksi sebanyak 200 biji peci.
 
Seorang pekerja peci haji asal Kediri Lombok Barat
sedang mengerjakan peci haji. 
Ia menyebutkan, tiga bulan menjelang Ramadhan biasanya pesanan meningkat lima kali lipat dibandingkan hari-hari biasa. Selain itu, pesanan juga meningkat menjelang lebaran haji dan maulid. "Belum lagi tahun ajaran baru, kita banyak pesanan. Itu teman-teman konveksi mereka dapat pesanan dari sekolah-sekolah banyak memesan. Kemudian kita yang dikontak untuk dibuatkan," imbuhnya.

Mengenai jenis peci yang diproduksi, ia menyebutkan ada enam model yang paling banyak dipesan. Di antaranya, peci berbentuk oval, datar,  peci Bima yang dimodifikasi atau  peci ustadz, peci rudat, peci jengki dan lainnya. Ada juga peci model kain. "Yang paling banyak dipesen model peci ustadz dan model datar itu," terangnya.

Untuk pengembangan usaha peci tersebut, Zaki mengatakan kendala SDM dan modal itu saja yang dihadapi saat ini. Untuk masalah SDM, pihaknya berniat mendatangkan dari luar, karena anak muda setempat kurang berminat.

Pada bagian lain, dirinya tak mengharapkan apa-apa dari pemerintah. Selama ini, katanya, perhatian pemerintah baik dalam pembinaan dan lainnya tak pernah ada. "Saya ndak pernah berharap semeton. Mereka hanya ke sini mendata, kemudian tak ada follow up-nya. Pada saat pameran mereka ke sini atas nama instansi tertentu, barangnya bapak mau dibawa ke Dubai. Namun setelah beberapa minggu ke depan ndak ada konfirmasi. Kalau memang barang saya ndak laku, bilang saja ini ndak cocok produk side (Anda, red). Pembinaan tak ada, pembinasaan mungkin iya," keluhnya.

Pernah suatu ketika Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lobar  datang ke dirinya, berencana akan membuat sentra pembuatan peci di Kediri. Pasalnya, kata Zaki, saat ini banyak di antara anggota keluarga yang membuat peci di rumah masing-masing. Sehingga untuk menyatukannya menjadi sebuah sentra pembuatan peci maka pemda menjanjikan akan membuat paguyuban.

"Tapi sampai sekarang tak terealisasi sejak 2005/2006. Padahal mereka yang ngusulkan, tapi ndak ada tindak lanjutnya. Sampai sekarang hilang, susah makanya kalau berharap sama pemerintah," imbuhnya.

Sebagai salah satu UMKM,  ujarnya, paling tidak ada pembinaan pemda terutama masalah promosi atau pembukaan pasar. "Pembukaan pasar ndak ada dari pemerintah. Kita sendiri yaang cari pasar. Harusnya seperti itu mereka membantu dari sisi pemasaran. Kita jangan dijual-jual saja bahwa ini binaannya. Pas ada kegiatan baru datang ke sini," tandasnya. (Muhammad Nasir)


Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive