Wahana Lingkungan
Hidup (Walhi) NTB mendukung penuh keputusan Bupati Lombok Barat (Lobar), Dr H,
Zaini Arony, menolak permintaan pengiriman galian pasir ke Bali untuk kebutuhan
reklamasi Teluk Benoa. Karena jika dibiarkan dikeruk, dikhawatirkan Pulau Lombok dan Lobar khususnya akan terancam
tenggelam.
-
Nanggu, Sudak dan Kedis, Tiga Gili Nan Memesona di Sekotong Lombok Barat
Pemandangan alam di tiga gili di Sekotong yang begitu memesona.
-
Tiga Ribu Dulang Warnai Pesona Budaya Desa Pengadangan Lombok Timur
Sebanyak 3.000 dulang tengah diarak (betetulak) dari empat arah dalam Pesona Budaya II Desa Pengadangan Kecamatan Pringgasela Kabupaten Lotim, Rabu (30/10/2019)
-
Usaha Masker, Yang Untung Selama Pandemi Corona
Seorang penjahit di Rumah Produksi Sasambo Bumi Gora Lombok Barat sedang membuat masker berbahan baku kain).
-
Sabut Kelapa Desa Korleko Lombok Timur Diekspor ke Cina
Sabut kelapa dari Desa Korleko Kecamatan Labuhan Haji Lombok Timur yang dijadikan coco fiber untuk bahan baku pembuatan jok mobil dan diekspor ke Cina .
-
Gubernur dan Wagub Serah Terima Jabatan dengan TGB dan H. Muh.Amin
Serah terima jabatan dari mantan Gubernur NTB, TGH.M.Zainul Majdi kepada Gubernur NTB, H. Zulkieflimansyah yang berlangsung di Ruang Rapat Utama Kantor Gubernur, Jumat (21/9/2018).
Tuesday 5 August 2014
Monday 4 August 2014
Antisipasi Pengiriman Pasir ke Benoa, Lobar Perketat Pengawasan di Laut
Bupati Lombok Barat Dr. H. Zaini Arony menegaskan,
Pemkab Lombok Barat (Lobar) telah mengambil keputusan resmi menolak permintaan
salah satu perusahaan dari Bali yang menawarkan pembelian material pasir untuk
keperluan reklamasi Teluk Benoa Bali. Keputusan ini diambil berdasarkan aturan
tak memperbolehkan pengerukan pasir pantai, laut dan dari aspek ekolologi serta
lingkungan.
Galeri Lebaran Topat di Pulau Lombok Tahun 2014
Bupati Lombok Barat H. Zaini Arony saat membelah topat pada acara Lebaran Topat di Pantai Cemara Lombok Barat NTB, Senin (4/8/2014). |
Wisatawan asal Jerman saat makan bersama di acara Lebaran Topat yang digelar Pemkab Lombok Barat di Pantai Cemara Lombok Barat, Senin (4/8/2014) |
Para Pengantar Topat sedang melakukan prosesi pada acara Lebaran Topat yang digelar Pemkab Lombok Barat di Pantai Cemara Lombok Barat, Senin (4/8/2014). |
Bupati Lombok Tengah H. Suhaili Fadli Tohir saat membelah topat pada acara Lebaran Topat di Bendungan Pengga Kecamatan Praya Barat Daya Lombok Tengah, Senin (4/8/2014) |
Warga bersama PNS Lingkup Pemkab Lombok Tengah saat makan topat pada perayaan Lebaran Topat di Bendungan Pengga Lombok Tengah |
Ribuan warga mendatangi Bendungan Pengga di Kecamatan Praya Barat Daya Lombok Tengah untuk menghadiri perayaan Lebaran Topat yang digelar Pemkab Lombok Tengah, Senin (4/8/2014) |
Taman Narmada Lombok Barat juga ramai dikunjungi warga yang merayakan Lebaran Topat, Senin (4/8/2014) |
Sunday 3 August 2014
Kondisi Penderita Tumor Asal KLU Makin Memprihatinkan
Ratni, warga Dusun Lembah Berora Desa Selengen Kecamatan
Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, penderita tumor di bagian perut makin
memprihatinkan. Terlebih saat dirujuk ke RSUP NTB beberapa waktu lalu, pasien
tumor ini ternyata tak memperoleh perawatan sama sekali. Konon, pemegang
Jamkesmas ini belum diregister ke BPJS menjadi alasan dirinya belum mendapat
perawatan maksimal di RSUP NTB.
Tolak Permintaan Bali, Lobar Harus Perketat Pengawasan Galian C
Aktivitas penambang pasir di Lombok Barat NTB. |
Makna Perayaan Lebaran Topat di Lombok, Analogi Membelah Hati
Janur kelapa yang akan dimasak untuk Perayaan Lebaran Topat |
Senin (4/8/2014), sebagian besar masyarakat suku Sasak merayakan Lebaran
Topat. Lebaran Topat (ketupat) ini dirayakan tujuh hari pascaperayaan Idul
Fitri. Sudah menjadi tradisi di masyarakat, merayakan Lebaran Topat dengan
berbagai kegiatan salah satunya adalah ziarah makam khususnya ke makam-makam
para wali yang berjasa menyebarkan Islam di Lombok. Setelah ziarah, biasanya
masyarakat menuju ke objek wisata bersama sanak keluarga.
Terlepas
dari segala bentuk selebrasi tersebut, sebenarnya dalam Lebaran Topat
terkandung makna khusus. Lebaran Topat adalah sebuah analogi untuk membersihkan
hati dari segala penyakit seperti iri, dengki, sirik, dan lainnya.
Budayawan
Sasak, Drs.H. Lalu Anggawa Nuraksi menerangkan, dari aspek religius atau agama,
Lebaran Topat mengandung makna bahwa di hari itu umat Muslim membelah hati dari
segala sifat buruknya. Belah ketupat atau topat dianalogikan seperti membelah
sebuah hati. "Sehingga orang Sasak harus melakukan belah topat di makam
para wali," terangnya dihubungi Suara
NTB, Minggu (3/8/2014).
Janur kelapa untuk ketupat |
Dalam
kepercayaan masyarakat Sasak, ketupat sebagai hidangan wajib tidak boleh dibuka
dengan menarik bungkus atau janurnya, tapi harus dibelah menggunakan pisau.
"Harus dibelah. Jika tidak, orang Sasak bisa kepusaq (kesasar)," jelasnya.
Mantan
Kepala Bappeda Kota Mataram ini menerangkan makna lain dari perayaan Lebaran
Topat. Lebaran Topat juga bermakna wujud rasa syukur. Dapat juga diartikan
melebarkan taubat yang sekarang istilahnya Lebaran Topat. Konon dulu para wali
yang melakukan syiar agama selalu membawa ketupat sebagai bekal utama.
Lebaran
Topat ini juga tidak hanya menjadi tradisi di Lombok, di berbagai daerah di
Indonesia juga merayakan Lebaran Topat. Termasuk beberapa negara di kawasan
Asia Tenggara seperti Brunei Darussalam dan Malaysia. Makna perayaan di
berbagai tempat tersebut juga berbeda-beda. Di Jawa dijadikan sebagai simbol
kelahiran kembali. "Untuk menunjukkan manusia baru yang harus menyucikan
diri dengan saling memaafkan. Disana topat dijadikan sebagai hantaran kepada
orang-orang yang dituakan," terangnya.
Di
daerah Sulawesi, Sumatera, dan beberapa negara Asia Tenggara, topat dijadikan
sebagai simbol kerendahan hidup. Hidup harus seperti pohon kelapa, walaupun
diterjang angin tetap sulit untuk tumbang. Selain itu, pohon kelapa adalah
pohon yang mempunyai banyak manfaat mulai dari batang, daun, buah, dan
sabutnya. "Diharapkan setelah selesai Syawal, umat Islam akan bermanfaat
untuk orang banyak," imbuhnya.
Perkembangan
saat ini khususnya di Lombok, perayaan Lebaran Topat juga dikaitkan dengan
kegiatan pariwisata atau pelesir. Pada saat Lebaran Topat warga
berbondong-bondong menyerbu tempat-tempat wisata. Anggawa mengatakan masyarakat
boleh merayakannya dengan bersenang-senang asalkan tidak berlebihan.
"Setelah ke makam boleh ke pantai tapi tidak boleh bertentangan dengan norma
agama dan budaya," sarannya.
Saat
ini Lebaran Topat telah dikemas menjadi sebuah agenda tahunan oleh beberapa
kabupaten/kota. Anggawa mengkritisi terkadang perayaan Lebaran Topat yang
dilaksanakan pemerintah kabupaten/kota terkesan di luar batas. "Budaya dan
tradisi diabaikan. Bahkan lebih ke arah hura-hura," kritiknya.
Sebagai
budayawan ia berharap perayaan Lebaran Topat tetap dilestarikan, namun harus
tetap disertai dengan norma agama, adat dan budaya. ‘’Melalui itu kita harus
tingkatkan martabat kesasakan itu sendiri,’’ demikian Lalu Anggawa Nuraksi. (Suara NTB)
Friday 1 August 2014
Anggota Polisi yang Ditembak di Papua Warga Bima
Salah seorang anggota polisi yang tewas ditembak
oleh kelompok bersenjata di kawasan Indiwa Kabupaten Lanny Jaya Papua,
diketahui berasal dari Desa Bontokape Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. Korban
Bripda Zulkifli Putra diketahui meninggalkan tanah kelahirannya dan
merantau ke Papua dan lulus seleksi anggota Polri di daerah tersebut.
Cidomo Diwacanakan Jadi Alat Transportasi Wisata Kota Mataram
Cidomo parkir di Pasar Kebon Roek, Ampenan. |
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
(Disbudpar) Kota Mataram mewacanakan penggunaan cidomo sebagai alat
transportasi dalam program wisata kota (city
tour) yang dapat ditawarkan ke para wisatawan yang berkunjung ke kota ini. Selain untuk melestarikan alat
transportasi tradisional tersebut, penggunaan cidomo dalam program wisata kota diharapkan
dapat meningkatkan penghasilan para kusir cidomo.