Be Your Inspiration

Wednesday 20 August 2014

Banyak Permainan, Pariwisata NTB Harus Ditata Kembali



Benang Kelambu Lombok Tengah
PERSOALAN pariwisata di NTB seakan tidak pernah selesai. Selalu ada permasalahan yang muncul dan menjadi penghalang bagi pemgembangan pariwisata NTB di masa mendatang. Jika selama ini, dunia pariwisata NTB terhalang masalah keamanan, kini muncul permainan fee antara guide (pemandu wisata) dan pemilik artshop. Akibatnya, para wisatawan enggan berbelanja di artshop, karena harganya mahal.

Adanya kendala ini telah merusak citra pariwisata NTB yang sudah terbangun sekian lama. Pemandu wisata yang membawa tamu dan ingin berbelanja di beberapa artshop meminta fee yang cukup besar. Hal ini berdampak pada harga barang-barang atau souvenir yang ingin dibeli wisatawan. Jika ini terus dibiarkan, maka akan berdampak buruk terhadap perkembangan pariwisata NTB di masa mendatang.

Sementara di satu sisi, Pemprov NTB bersama pemerintah kabupaten/kota, termasuk Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB gencar melakukan promosi wisata di luar daerah dan luar negeri. Tujuannya hanya satu, yakni bagaimana mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya ke NTB. Namun, jika permainan fee antara oknum guide dan pemilik artshop masih terus berlangsung tanpa ada kesadaran menghentikannya, maka promosi yang dilakukan pemerintah daerah dan BPPD NTB hanya akan sia-sia belaka.

Pernyataan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB Drs. Lalu Imam Maliki mengenai adanya permainan oknum guide dan pemilik artshop ini menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah daerah dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dalam membina anggotanya. Imam Maliki menyebut, akibat permainan ini menyebabkan harga souvenir atau barang yang akan dijadikan oleh-oleh saat berkunjung ke NTB menjadi mahal.

Mahalnya souvenir dari NTB ini membuat wisatawan akan berpikir membeli oleh-oleh. Bagi mereka, membeli oleh-oleh di satu daerah yang dikunjungi merupakan suatu keharusan, karena akan dijadikan sebagai kenang-kenangan. Namun, para guide di NTB mesti menyadari, jika souvenir khas Lombok banyak ditemukan di Bali dan dijual dengan harga murah. Itu artinya, tindakan yang dilakukan oknum-oknum ini akan membuat industri kerajinan lokal dan pemilik artshop merugi. Hal-hal seperti ini mesti dijadikan bahan evaluasi bagi pemerintah daerah dan pelaku pariwisata agar menjaga citra NTB tetap lebih baik dan kunjungan wisatawan semakin meningkat.

Memang, kalau melihat fakta di lapangan, banyak oknum guide-guide dari perusahaan perjalanan wisata yang diduga mencoreng citra pariwisata NTB dengan menekan pemilik artshop agar menjual souvenir dengan harga lebih mahal. Inilah yang menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah daerah dalam mencari solusi terhadap permasalahan ini, sehingga membuat wisatawan senang saat berkunjung. Termasuk dalam mencari souvenir khas daerah.

Sebagai contoh, harga souvenir di daerah lain, seperti di Bali, Bukit Tinggi Sumatera Barat cukup murah. Wisatawan cukup dengan hanya merogoh kocek Rp 15.000, bisa membeli oleh-oleh dalam jumlah cukup banyak. Hal ini tentu berdampak pada kesan yang didapat saat berkunjung ke daerah tersebut. Akibatnya, wisatawan ingin kembali datang berwisata di suatu nanti. Tentunya, apa yang dirasakan saat berkunjung ke daerah lain juga kita rasakan di NTB. 

Paling tidak, dari sisi keamanan, kenyamanan, ramah tamah dan membuat pengunjung senang ke NTB sangat diharapkan. Untuk itu, pembinaan dan penataan kembali pariwisata NTB harus dilakukan dengan melibatkan semua stakeholders, sehingga tidak ada lagi yang menjadi sandungan dalam mengembangkan pariwisata NTB. (*)
Share:

Tuesday 19 August 2014

Dukung Wisata Religi Masjid Bersejarah di NTB Dibukukan



Islamic Center di Mataram yang akan jadi pusat wisata religi di NTB

NTB tidak hanya membidik wisatawan dari Eropa, Asia atau Australia semata. Namun, potensi wisatawan asal Timur Tengah, Malaysia, Brunei Darussalam juga menjadi bidikan. Selain gencar melakukan promosi ke luar daerah, NTB juga berusaha memberikan informasi mengenai masjid kuno atau tempat pendidikan Islam yang bisa menjadi lokasi kunjungan wisatawan mancanegara dalam satu buku. 

Share:

Permainan Fee, Rusak Citra Pariwisata NTB



 
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB
Lalu Imam Maliki

PERMAINAN fee antara guide dengan pemilik artshop dinilai merusak citra pariwisata di daerah ini. Pasalnya, fee yang diminta oknum-oknum guide kepada artshop bisa mencapai 50 persen. Akibatnya, para wisatawan yang membeli oleh-oleh atau hasil produk kerajinan NTB harus mengeluarkan uang yang lebih besar dari harga barang sebenarnya.

‘’Ini menyebabkan harga barang itu tinggi, sehingga tidak hanya merugikan wisatawan tetapi  yang dirugikan adalah daerah. Bahwa di Lombok tidak asik karena harga barangnya mahal. Dia (wisatawan) merasa tertipu juga karena mereka membeli barang dengan harga yang tinggi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, Drs. L. Imam Maliki, MM di Mataram, Selasa (19/8/2014).

Share:

BPPD NTB Gelar Table Top di Jakarta, Bandung dan Surabaya


Penyematan pin Holiday Is Lombok Sumbawa pada salah satu agent
Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD)-NTB, menjajal tiga kota besar (Jakarta-Bandung-Surabaya) untuk 'menjual' destinasi wisata Lombok Sumbawa (NTB). Minat kalangan buyers berkunjung ke Lombok-Sumbawa cukup antusias. Terbukti, dari target 50 buyers yang ditetapkan BPPD NTB terlampaui hingga hampir 80 buyers.
Share:

Jaringan Prostitusi Pelajar, Coreng Dunia Pendidikan di Lotim



Munculnya informasi adanya jaringan prostitusi di dunia pendidikan yang diungkapkan Lembaga Perlindunga Anak (LPA) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) cukup menampar para pemangku pendidikan di daerah ini. Hal ini tentunya telah mencoreng dunia pendidikan di Lotim. Menyikapi hal ini, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Lotim segera membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

Share:

Monday 18 August 2014

Memprihatinkan, LPA NTB Temukan Indikasi Jaringan Prostitusi Pelajar di Aikmel

ilustrasi seks pelajar 

Selain menemukan praktik jaringan prositusi di kota-kota besar, jaringan prostitusi melibatkan para pelajar ditengarai ada di Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Dari investigasi yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB terhadap laporan yang diadukan oleh masyarakat (informan) di Aikmel, ditemukan dugaan praktik prostitusi yang melibatkan enam oknum pelajar jenjang SMP dan SMA.

Share:

Tiga Dusun di Desa Bengkaung Lombok Barat Krisis Air Bersih

Sekitar 450 Kepala Keluarga (KK) di tiga dusun di Desa Bengkaung dilanda defisit air, karena lokasi daerah ini berada di dataran tinggi. Karena letak daerahnya itu, menyebabkan lapisan mengandung air sangat dalam, sehingga menyulitkan warga memperoleh air di saat musim kemarau seperti saat ini.

Share:

Dua Warga Spanyol Masih Hilang, 13 Korban Kapal Tenggelam Berhasil Ditemukan

Pencarian terhadap korban kapal MV Versace yang tenggelam oleh Basarnas Pos NTB, Polair dan nelayan akhirnya membuahkan hasil. 13 orang di antaranya akhirnya berhasil ditemukan dalam keadaan hidup.

Share:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive