ilustrasi seks pelajar |
Selain menemukan
praktik jaringan prositusi di kota-kota besar, jaringan prostitusi melibatkan
para pelajar ditengarai ada di Kecamatan Aikmel Lombok Timur. Dari investigasi
yang dilakukan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) NTB terhadap laporan yang
diadukan oleh masyarakat (informan) di Aikmel, ditemukan dugaan praktik
prostitusi yang melibatkan enam oknum pelajar jenjang SMP dan SMA.
“Mulai dari adanya
infroman. Setelah itu kita langsung telusuri dan temukan kelompoknya terdiri
dari enam siswa dari sekolah pinggiran di Kecamatan Aikmel. Ini sindikat antar
pelajar, mereka tidak sendiri-sendiri tapi berkelompok sama seperti yang ada di
Mataram. Mereka ini bergerak tanpa adanya mucikari atau mami yang menghandel
mereka,” ungkap Divisi Penanganan Kasus LPA NTB Joko Jumadi pada wartawan,
Senin (18/8/2014).
Joko menyebut oknum
pelajar dalam bertransaksi melalui telepon seluler. Sementara lokasi yang
dipilih untuk bertransaksi adalah dilakukan di area kos-kosan dan hotel. Joko
menyebut, temuan ini masih membutuhkan pendalaman lebih jauh, sehingga secara
umum dapat dilihat gambaran dan spot
terjadinya prostitusi di sekitar Kecamatan Aikmel Lotim.
“Investigasi mendalam
akan kita lakukan minggu-minggu ini, baru kita bisa petakan. Ini lo spot-spot
prostitusi di sini, ini punya karakter masing-masing baik pelanggan, modus
operasionalnya. Kenapa bisa seperti itu, belum ada kesimpulan soal itu. Kalau
ada baru kita bisa tahu latar belakangnya apa dan lain sebagainya,” terangnya.
Meski belum bisa
menyimpulkan modus operandi, Joko menyebut setidaknya ada tiga hipotesis yang
bisa dimunculkan pada kasus seperti ini. Di antaranya faktor ekonomi, faktor
kedekatan hubungan dengan orang tua (faktor keluarga) dan faktor pergaulan.
“Tidak lepas dari tiga
faktor berdasarkan temuan-temuan pada kasus sebelumnya. Faktor ekonomi dalam
artian bukan karena mereka miskin benar. Akan tetapi lebih kepada gaya hidup
tinggi dan pemenuhan akan kebutuhan yang bersifat tersier,’’ ungkapnya.
Sementara faktor kedua,
lanjutnya, hubungan orang tua yang rata-rata disebabkan oleh broken home. Dalam hal ini, ada orang
tua yang tidak cerai, tapi jadi TKI keluar negeri dan juga lemahnya kontrol
orang tua. ‘’Dan juga adalah faktor pergaulan. Ketiga faktor itu harus ada,”
tuturnya.
Untuk diketahui,
sepanjang tahun 2014 ini, LPA NTB telah menangani kasus prostitusi melibatkan
para pelajar sebanyak 11 orang. Mereka yang ditangani oleh LPA NTB tersebut
merupakan hasil koordinasi dengan berbagai pihak, seperti aparat kepolisian dan
Satpol PP. Semua pelajar berasal dari Lombok Barat, Lotim, Lombok Tengah dan
Kota Mataram. “Untuk temuan di Lobar, kebanyakan kita temukan di daerah-daerah
pariwisata. Transaksi dan eksekusi sama-sama dilakukan di kos-kosan dan hotel,”
pungkasnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment