PERMAINAN fee antara guide
dengan pemilik artshop dinilai
merusak citra pariwisata di daerah ini. Pasalnya, fee yang diminta oknum-oknum guide
kepada artshop bisa mencapai 50
persen. Akibatnya, para wisatawan yang membeli oleh-oleh atau hasil produk
kerajinan NTB harus mengeluarkan uang yang lebih besar dari harga barang
sebenarnya.
‘’Ini
menyebabkan harga barang itu tinggi, sehingga tidak hanya merugikan wisatawan
tetapi yang dirugikan adalah daerah. Bahwa di Lombok tidak asik karena
harga barangnya mahal. Dia (wisatawan) merasa tertipu juga karena mereka
membeli barang dengan harga yang tinggi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan (Disperindag) NTB, Drs. L. Imam Maliki, MM di Mataram, Selasa
(19/8/2014).
Ia
menyebut oknum-oknum guide yang
mematok fee besar itu sebagai guide amoral. Pasalnya, mereka selalu
membawa wisatawan ke tempat-tempat sentra kerajinan yang membeirkan fee besar kepada mereka. Hasil koordinasi
dengan BPPD, Asita dan PHRI bahwa oknum-oknum guide itu banyak yang tak terdaftar.
Menurutnya,
wisatawan adalah aset bagi pariwisata daerah. Untuk itu, citra pariwisata harus
dijaga. Dijelaskan, yang mendapatkan untung akibat permainan guide itu adalah
guide itu sendiri. Sementara pemilik artshop di sentra-sentra kerajinan
mendapatkan bagian sesuai harga barang sebenarnya.
“Yang
mendapatkan untung itu guidenya,
penjualnya itu dapat sesuai dengan harga barangnya. Sehingga di Banyumulek itu
ada yang mau bayar sampai 60 persen guide
itu. Artinya yang punya artshop
dapat 40 persen, guide dapat 60
persen,”jerlasnya.
Mengenai
harga barang di masing-maisng sentra kerajinan, lanjut Imam Maliki, pemerintah daerah tak punya kewenangan untuk
menentukannya. Ia berharap pada setiap sentra-sentra kerajinan harus tertempel
harga barang yang dijual sehingga ada persaingan harga antara artshop-artshop yang ada.
Selain
itu, perlu ada kesadaran dari para guide itu
sendiri. Kalaupun mereka minta untung tinggal berbicara dengan pemilik artshop. Ia melihat, permainan fee yang dilakukan oknum guide di Lombok sudah sangat
memprihatinkan. Ia membandingkan, jika di Jakarta, seorang guide yang membawa wisatawan ke artshop mereka mendapatkan imbalan paling tinggi lima persen sampai
10 persen. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment