Be Your Inspiration

Tuesday, 19 August 2014

Permainan Fee, Rusak Citra Pariwisata NTB



 
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB
Lalu Imam Maliki

PERMAINAN fee antara guide dengan pemilik artshop dinilai merusak citra pariwisata di daerah ini. Pasalnya, fee yang diminta oknum-oknum guide kepada artshop bisa mencapai 50 persen. Akibatnya, para wisatawan yang membeli oleh-oleh atau hasil produk kerajinan NTB harus mengeluarkan uang yang lebih besar dari harga barang sebenarnya.

‘’Ini menyebabkan harga barang itu tinggi, sehingga tidak hanya merugikan wisatawan tetapi  yang dirugikan adalah daerah. Bahwa di Lombok tidak asik karena harga barangnya mahal. Dia (wisatawan) merasa tertipu juga karena mereka membeli barang dengan harga yang tinggi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) NTB, Drs. L. Imam Maliki, MM di Mataram, Selasa (19/8/2014).


Ia menyebut oknum-oknum guide yang mematok fee besar itu sebagai guide amoral. Pasalnya, mereka selalu membawa wisatawan ke tempat-tempat sentra kerajinan yang membeirkan fee besar kepada mereka. Hasil koordinasi dengan BPPD, Asita dan PHRI bahwa oknum-oknum guide itu banyak yang tak terdaftar.

Menurutnya, wisatawan adalah aset bagi pariwisata daerah. Untuk itu, citra pariwisata harus dijaga. Dijelaskan, yang mendapatkan untung akibat permainan guide itu adalah guide itu sendiri. Sementara pemilik artshop di sentra-sentra kerajinan mendapatkan bagian sesuai harga barang sebenarnya.

“Yang mendapatkan untung itu guidenya, penjualnya itu dapat sesuai dengan harga barangnya. Sehingga di Banyumulek itu ada yang  mau bayar sampai 60 persen guide itu. Artinya yang punya artshop dapat 40 persen, guide dapat 60 persen,”jerlasnya.

Mengenai harga barang di masing-maisng sentra kerajinan, lanjut Imam Maliki, pemerintah daerah tak punya kewenangan untuk menentukannya. Ia berharap pada setiap sentra-sentra kerajinan harus tertempel harga barang yang dijual sehingga ada persaingan harga antara artshop-artshop yang ada.

Selain itu, perlu ada kesadaran dari para guide itu sendiri. Kalaupun mereka minta untung tinggal berbicara dengan pemilik artshop. Ia melihat, permainan fee yang dilakukan oknum guide di Lombok sudah sangat memprihatinkan. Ia membandingkan, jika di Jakarta, seorang guide yang membawa  wisatawan ke artshop mereka mendapatkan imbalan paling tinggi lima persen sampai 10 persen. (Suara NTB)

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive