Be Your Inspiration

Tuesday, 19 August 2014

Jaringan Prostitusi Pelajar, Coreng Dunia Pendidikan di Lotim



Munculnya informasi adanya jaringan prostitusi di dunia pendidikan yang diungkapkan Lembaga Perlindunga Anak (LPA) di Kabupaten Lombok Timur (Lotim) cukup menampar para pemangku pendidikan di daerah ini. Hal ini tentunya telah mencoreng dunia pendidikan di Lotim. Menyikapi hal ini, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Lotim segera membentuk tim investigasi untuk mengusut tuntas kasus tersebut.


Hal ini disampaikan Kepala Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Lotim, M. Supriyadi, S.Sos, MPd, kepada Suara NTB saat dikonfirmasi via ponselnya, Selasa (19/8/2014). Diakuinya, informasi adanya jaringan prostitusi di tingkat pelajar SMA dan SMP di wilayah Kecamatan Aikmel diketahui pihaknya melalui media.

Diakuinya, pihaknya sangat prihatin dengan apa yang terjadi di lapangan. Apalagi, pemerintah sedang berupaya mencetak karakter bangsa melalui pemberlakuan kurikulum 2013 di sekolah. ‘’Praktik prostitusi antarpelajar merupakan tindakan tidak bermoral dan tidak beretika,’’ ungkapnya.

Supriyadi menjelaskan, output siswa dalam penerapan kurikulum 2013 ini adalah lahirnya siswa yang berkarakter. Siswa yang bermartabat, berakhlak yang baik dan beretika. Terkait hal itu, pihak Dikpora Lotim bertekad menelusuri kebenaran terhadap informasi tersebut. Para pengawas pendidikan akan dikumpulkan. Pihak pelapor ke LPA NTB coba akan dikonfrontir dengan sejumlah pihak nantinya yang dituduhkan.

“Kita tidak ingin ini berkembang sampai terus mencoreng dunia pendidikan di Lotim,” ucapnya, seraya menambahkan, pihaknya masih menunggu Kepala Dinas Dikpora pulang dari Palembang untuk membahas masalah tersebut.

Dalam dunia pendidikan, katanya, tanggung jawab tidak saja di lingkungan sekolah. Tanggung jawab utama ada para lingkungan keluarga. Pendidikan  keluarga sangatlah diutamakan, terlebih dalam mencetak karakter.

Hasil analisa dari LPA sendiri menyebutkan ada tiga faktor yang menjadi pemicu munculnya jaringan prostitusi pelajar yang melakukan transaksi via ponsel dan beraksi di sejumlah hotel melati di Lotim ini, karena persoalan ekonomi, broken home dan pergaulan sehari-hari.

Tiga hal mendasar itu, dinyatakan Supriyadi dititikberatkan kepada lingkungan keluarga. Para orang tua diingatkan betul-betul memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya di rumah. Pasalnya, selama di luar sekolah pihak satuan pendidikan tidak bisa menjangkau. (Suara NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive