Be Your Inspiration

Monday, 5 January 2015

Artshop Ketak Mawar Raih ‘’UNESCO Award’’

Penghargaan yang diraih Artshop Mawar dari UNESCO,
Dekranas Pusat dan pemerintah daerah di NTB
Ketak Lombok

Kelompok perajin Artshop Mawar, sudah mendapatkan penghargaan UNESCO Award tahun 2010 lalu. Waktu itu, Artshop Mawar mewakili Indonesia di ajang Trade Expo bulan Oktober 2010, khususnya untuk jenis handycraff.  


Ketak asal NTB mendapat katagori terbaik. Ketak bahkan harus bersaing dengan tiga komoditas utama perwakilan Indonesia serta menyisihkan produk-produk handycraft lainnya dari 13 negara di dunia.

UNESCO menilai ketak asal NTB unik, hand made (buatan tangan) serta bahan bakunya dari alam. Belum lagi, ketak hasil produk Nyurbaya juga mendapat penghargaan Dekranas Award, penghargaan dari Menteri Perindustrian, Inacraff dan berbagai jenis penghargaan bergengsi lainnya. 

Meski demikian, tingginya pesanan sekarang ini tidak lepas dari keberhasilannya bertahan dari berbagai macam tantangan dan cobaan. Salah satunya, ketika bom Bali tahun 2012 lalu membuat 10 dari 12 artshop yang ada harus gulung tikar. Di mana, pesanan yang begitu besar dari berbagai negara di dunia harus dibatalkan dan berpengaruh terhadap perkembangan artshop di kawasan tersebut. Banyak di antara mereka memilih menutup usaha dan beralih pada jenis usaha lainnya. 

Namun, Artshop Mawar di bawah komando Suhartono,  mencoba terus bertahan. Dengan bermodalkan apa adanya dan bantuan pemerintah, mereka mulai ikut promosi dan rutin ikut pameran, baik di dalam daerah maupun luar daerah. Hasilnya, setelah meraih penghargaan internasional, orderan atau pesanan ketak terus meningkat. 

Meningkatnya pesanan otomatis berpengaruh terhadap omzet per tahun. Sekarang ini, jumlah pesanan ketak dari Jepang yang harus dipenuhi untuk 3 kali pesanan dalam setahun di atas Rp 1,5 miliar lebih. Belum lagi, pesanan dari Amerika Serikat, Korea Selatan dan negara lainnya. 

Selain itu, banyak wisatawan lokal dan mancanegara datang khusus ke artshopnya untuk mencari barang yang akan dijadikan oleh-oleh. Kebanyakan yang mencari oleh-oleh ke artshopnya merupakan pejabat atau ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi wanita, baik daerah dan pusat. Produk ketak dijadikan cinderamata atau souvenir bagi mitra usaha, baik di dalam dan luar negeri.

"Yang paling sering ke sini (Nyurbaya, red) adalah rombongan dari Polda. Beberapa kali Pak Kapolda diganti, tetap ada rombongan yang kemari. Belum lagi dari ibu-ibu Dekranasda juga sering kemari," tutur Mawarianti Ketua Kelompok Anyaman Kerajinan Ketak Mawar. 

Sebagai perajin yang mengandalkan kondusivitas, Mawar mengharapkan situasi keamanan dan ketertiban di NTB tetap terjaga. Paling tidak, jika situasi sudah aman, wisatawan tidak takut lagi datang berkunjung ke NTB dan memberikan pengaruh terhadap para perajin. Salah satunya, pesanan tempat handuk, tempat botol dan lainnya dari pengelola hotel dan restoran di Gili Air, Gili Trawangan, Gili Meno dan tempat lainnya.(Marham)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive