Pantai Senggigi merupakan ikon pariwisata NTB. Namun, kondisi sampah masih memprihatinkan. |
BERAGAM dan alaminya destinasi wisata memang modal
besar. Namun modal besar itu belum cukup, jika tanpa diimbangi pengelolaan dan
pengembangan yang optimal dan profesional. Penunjang pengelolaan dan
pengembangan destinasi wisata itu sudah terangkum dalam Sapta Pesona (Aman,Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah
dan Kenangan).
Sapta Pesona merupakan unsur penting. Citra dan mutu
pariwisata di suatu daerah tujuan wisata pada dasarnya
ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan Sapta Pesona. Sudahkan unsur
penting itu terpenuhi dalam membangun pariwisata NTB?
Tidak dipungkiri
bahwa beragam dan menariknya destinasi wisata Lombok (baca—NTB), diakui setiap
pengunjung yang berwisata ke daerah ini. Wisatawan asal Norwegia, Terje Høgberg misalnya.
Ia mengatakan sudah beberapa kali mengunjungi Lombok yang dipujinya cukup
eksotis. Beberapa destinasi wisata yang dikunjungi di Lombok diantaranya
Senggigi, Gili Trawangan, Tete Batu, dan beberapa destinasi wisata di Lombok
bagian selatan.
Destinasi-destinasi yang pernah dikunjungi cukup
indah. Namun ia member catatan, perlu terus dilengkapi dengan berbagai
fasilitas pendukung seperti toilet yang bersih dan lingkungan sekitar yang
bebas dari sampah. Selain itu hal yang paling penting menurutnya adalah
keamanan dan rasa nyaman wisatawan harus menjadi perhatian pihak-pihak terkait.
Wisatawan asal Jerman, Robin Eggensperger juga menyampaikan pujian serupa. Ia mengatakan
cukup terkesan dengan pantai-pantai yang ada di Lombok khususnya Pantai Mawun,
Lombok Tengah. Beberapa waktu lalu ia menghabiskan waktu berselancar bersama
teman-temannya di pantai tersebut.
Menurutnya untuk menjaring lebih banyak wisatawan
datang ke suatu tempat, keamanan dan kenyamanan untuk wisatawan perlu ditingkatkan.
Ia juga sempat mendengar informasi tentang tindakan kriminal yang menimpa
wisatawan asing. Untuk itu diharapkan keamanan di objek-objek wisata,
menurutnya perlu terus ditingkatkan.
Selain pujian
ada juga kritik membangun yang dilontarkan wisatawan (Baca selengkapnya : Natural
Tapi Penuh Masalah Krusial). Intinya, kritik yang disampaikan tujuannya untuk perbaikan dan membangun sektor unggulan ini,
karena potensinya luar biasa.
Mencermati masukan-masukan tadi, tak dipungkiri
bahwa masih banyak muncul keluhan dari wisatawan terhadap kondisi destinasi,
infrastruktur terutama fasilitas pendukung menuju objek wisata. Fasilitas pendukung di objek-objek wisata juga masih
dikeluhkan termasuk faktor keamanannya.
‘’Infrastruktur jalan misalnya,’’ cetus Kepala
Badan Pengurus Daerah Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia
(BPD PHRI) NTB, I.Gusti Lanang Patra kepada Suara
NTB, Rabu (21/1/2015). Kondisi jalan menuju objek wisata masih banyak yang rusak
dan belum digarap maksimal. Sarana pendukung lainnya, lampu peneranagn jalan
pada malam hari. Juga belum dilengkapi
dengan makasimal. Jalan-jalan menuju objek wisata masih gelap. ‘’Jangankan
menuju objek wisata yang lokasinya berada di pelosok. Menuju Senggigi saja masih
gelap,’’ katanya.
Kemudian fasilitas pendukung di objek wisata, juga
masih kurang. Toilet misalnya. Masih ada objek wisata yang ditemukan tidak
memiliki fasilitas penting ini. ‘’Selain itu, kalau pun ada (toilet), kondisinya kotor dan tidak terurus,’’ katanya.
Begitu juga dengan kebersihan di objek wisata. Cenderung terabaikan. Tumpukan
sampah masih banyak ditemukan.
Infrastruktur jalan menuju objek wisata juga masih banyak
rusak. Belum diperbaiki dan belum tertata dengan baik. ‘’Apalagi jalan menuju
destinasi yang ke pelosok. Masih rusak,’’ katanya. Selain jalan, fasilitas
pendukung seperti lampu penerangan jalan menuju objek wisata juga masih
dikeluhkan. ‘’Jangankan lampu penerangan
ke destinasi di pelosok, penerangan jalan menunju Senggigi juga masih gelap,’’
ujar Lanang Patra.
Persoalan keamanan? Juga masih menjadi catatan. Seperti
disampaikan kalangan DPRD NTB dari Komisi I yang membidangi masalah
pemerintahan dan hukum. ‘’Terakhir kita
mendapat keluhan dari para pelaku wisata. Terutama pemilik hotel dan
penginapan, terkait persoalan keamanan ini,’’ ujar Wakil Ketua Komisi I DPRD
NTB, H.L. Darma Setyawan, dalam rapat kerja yang berlangsung di Lombok Tengah
(Loteng), beberapa waktu lalu.
Promosi Sia-sia
Darma Setyawan mengaku prihatin atas kondisi
keamanan di kawasan wisata khususnya di wilayah Loteng bagian selatan yang
terus memburuk. Keluhan yang paling banyak datang dari para wisatawan yang
sempat berkunjung ke Loteng. Masalah
keamanan kataya, merupakan faktor pendukung utama kemajuan pembangunan,
khususnya pariwisata. Karena tidak akan
artinya, promosi terus dilakukan. Tetapi kondisi keamanan kawasan wisata justru
tidak stabil. ‘’Bagaimanapun kuat promosi yang kita lakukan, akan sia-sia kalau
kondisi keamanan tidak mendukung,’’ tegasnya.
Wabup Loteng, Drs. H.L. Normal Suzana pada
kesempatan itu, mengaku bahwa pemerintah daerah selama ini sudah berupaya
semaksimal mungkin menjaga keamanan di kawasan wisatan. Hanya saja, hasilnya
masih belum sesuai harapan. Tapi bukan berarti pemerintah daerah akan menyerah
begitu saja. ‘’Kita akan terus berupaya semaksimal mungkin menjaga keamananan
di kawasan wisata. Tentunya dengan dukungan aparat keamanan yang ada,’’ ujar Normal.
Selain berbagai persoalan di atas, Lanang Patra juga
mengingatkan bahwa konsep destinasi wisata harus jelas. ‘’ Setiap objek wisata,
konsepnya harus jelas,’’ tegasnya. Dengan konsep jelas, masing-masing destinasi
akan memiliki karakter tersendiri. Ketua BPD PHRI NTB ini, melihat
masing-masing destinasi belum terkonsep
dengan baik. Menata destinasi tidak boleh ngawur. ‘’Karena itu, sangat penting
masing-masing kabupaten/kota yang memiliki objek wisata untuk menyiapkan
konsultan dalam menata destinasinya. Agar konsepnya jelas,’’sarannya.
Tidak cukup konsep yang jelas, penataan destinasi
juga harus tepat. ‘’Lokasi parkir harus
tersedia. Kemudian harus tersedia tempat berbelanja (souvenir) baru terakhir
menuju ke objek wisata.’’ Tetapi dari banyak objek wisata yang ada, pedagang
boleh masuk ke areal objek wisata. Ini sudah mengganggu wisatawan yang ingin
menikmati objek wisata itu,’’ ujarnya.
Melihat beragam persoalan yang masih ditemukan,
intinya Lanang Patra melihat bahwa
destinasi wisata NTB belum di-manage
dengan baik. Dengan kondisi yang demikian, langkah-langkah promosi yang
dilakukan bias jadi bumerang. Sama seperti yang dikhawatirkan Wakil Ketua
Komisi I DPRD NTB. Bahwa promosi akan menjadi sia-sia, jika persoalan-persoalan
di atas diabaikan.
Terkait dengan destinasi wisata, Lanang Patra
menyarankan agar kabupaten/kota serius menatanya. ‘’Jangan berpikir promosi.
Kabupaten/kota cukup tata destinasi dengan baik dan konsep destinasi jelas.
Promosi menjadi tugas provinsi,’’ katanya mengingatkan Sebagai pemilik
destinasi, kabupaten/kota juga seharusnya menyiapkan brosur-brosur tentang
detinasi yang dimilikinya. Brosur ini nanti disiapkan di setiap pintu masuk NTB
(bandara /pelabuhan). Jadi begitu wisatawan datang melalui bandara atau
pelabuhan, mereka memiliki referensi tentang objek wisata masing-masing daerah
di NTB.
Masukan dari berbagai pihak terkait dengan kondisi
destinasi wisata NTB bagi Ketua BPPD NTB, Taufan Rahmadi harus disikapi dengan
bijak. BPPD yang ranahnya berpromosi selalu mengingatkan dan mengimbau pemilik
destinasi (kabupaten/kota) untuk selalu memperhatikan kebersihan, keamanan,
kenyamanan, keindahan (Sapta Pesona) destinasi dengan fasilitas pendukungnya.
Untuk menciptakan kondisi ini, sangat penting pelibatan masyarakat khususnya
warga di sekitar objek wisata. ‘’Urun rembug, berkomunikasi dengan masyarakat
sekitarnya merupakan salah satu jalan agar mereka merasa ikut memiliki dan
menjaga destinasi tersebut,’’ katanya.
Selain itu,
BPPD juga mengimbau kepada bupati/walikota untuk memberikan perhatian
utama kepada destinasi yang dimilikinya. ‘’Karena tentu, kami dari BPPD akan
mempromosikan destinasi-destinasi wisata yang memang layak dipromosikan,’’
ujarnya. (Suara NTB)
0 komentar:
Post a Comment