Be Your Inspiration

Tuesday, 27 January 2015

Destinasi Wisata NTB Belum Dikelola Maksimal



Pantai Senggigi merupakan ikon pariwisata NTB.
Namun, kondisi sampah masih memprihatinkan.
NTB, menempatkan pembangunan pariwisata sebagai salah satu program unggulan. Pilihan Pemprov NTB menempatkan sektor ini sebagai program unggulan, tentu tidak keliru. Destinasi wisata lengkap (beragam). Mulai dari wisata pantai, gunung, budaya hingga kuliner. Tidak saja beragam, kealamian objek wisata daerah ini juga membuat siapa saja yang mengunjungi dan menikmatinya, melontarkan decak kagum.


BERAGAM dan alaminya destinasi wisata memang modal besar. Namun modal besar itu belum cukup, jika tanpa diimbangi pengelolaan dan pengembangan yang optimal dan profesional. Penunjang pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata itu sudah terangkum dalam Sapta Pesona  (Aman,Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah dan Kenangan).  

Sapta Pesona merupakan unsur penting. Citra dan mutu pariwisata di suatu daerah tujuan wisata pada dasarnya ditentukan oleh keberhasilan dalam perwujudan Sapta Pesona. Sudahkan unsur penting itu terpenuhi dalam membangun pariwisata NTB?

Tidak dipungkiri bahwa beragam dan menariknya destinasi wisata Lombok (baca—NTB), diakui setiap pengunjung yang berwisata ke daerah ini.  Wisatawan asal Norwegia, Terje Høgberg misalnya. Ia mengatakan sudah beberapa kali mengunjungi Lombok yang dipujinya cukup eksotis. Beberapa destinasi wisata yang dikunjungi di Lombok diantaranya Senggigi, Gili Trawangan, Tete Batu, dan beberapa destinasi wisata di Lombok bagian selatan.

Destinasi-destinasi yang pernah dikunjungi cukup indah. Namun ia member catatan, perlu terus dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti toilet yang bersih dan lingkungan sekitar yang bebas dari sampah. Selain itu hal yang paling penting menurutnya adalah keamanan dan rasa nyaman wisatawan harus menjadi perhatian pihak-pihak terkait.

Wisatawan asal Jerman, Robin Eggensperger  juga menyampaikan pujian serupa. Ia mengatakan cukup terkesan dengan pantai-pantai yang ada di Lombok khususnya Pantai Mawun, Lombok Tengah. Beberapa waktu lalu ia menghabiskan waktu berselancar bersama teman-temannya di pantai tersebut.

Menurutnya untuk menjaring lebih banyak wisatawan datang ke suatu tempat, keamanan dan kenyamanan untuk wisatawan perlu ditingkatkan. Ia juga sempat mendengar informasi tentang tindakan kriminal yang menimpa wisatawan asing. Untuk itu diharapkan keamanan di objek-objek wisata, menurutnya perlu terus ditingkatkan.

Selain pujian ada juga kritik membangun yang dilontarkan wisatawan (Baca selengkapnya : Natural Tapi Penuh Masalah Krusial). Intinya, kritik yang disampaikan tujuannya untuk  perbaikan dan membangun sektor unggulan ini, karena potensinya luar biasa.

Mencermati masukan-masukan tadi, tak dipungkiri bahwa masih banyak muncul keluhan dari wisatawan terhadap kondisi destinasi, infrastruktur terutama fasilitas pendukung menuju objek wisata. Fasilitas  pendukung di objek-objek wisata juga masih dikeluhkan termasuk faktor keamanannya.

‘’Infrastruktur jalan misalnya,’’ cetus Kepala Badan  Pengurus  Daerah Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (BPD PHRI) NTB, I.Gusti Lanang Patra kepada Suara NTB, Rabu (21/1/2015). Kondisi jalan menuju objek wisata masih banyak yang rusak dan belum digarap maksimal. Sarana pendukung lainnya, lampu peneranagn jalan pada malam hari. Juga  belum dilengkapi dengan makasimal. Jalan-jalan menuju objek wisata masih gelap. ‘’Jangankan menuju objek wisata yang lokasinya berada di pelosok. Menuju Senggigi saja masih gelap,’’ katanya.

Kemudian fasilitas pendukung di objek wisata, juga masih kurang. Toilet misalnya. Masih ada objek wisata yang ditemukan tidak memiliki fasilitas penting ini. ‘’Selain itu, kalau pun ada (toilet),  kondisinya kotor dan tidak terurus,’’ katanya. Begitu juga dengan kebersihan di objek wisata. Cenderung terabaikan. Tumpukan sampah masih banyak ditemukan.

Infrastruktur jalan menuju objek wisata juga masih banyak rusak. Belum diperbaiki dan belum tertata dengan baik. ‘’Apalagi jalan menuju destinasi yang ke pelosok. Masih rusak,’’ katanya. Selain jalan, fasilitas pendukung seperti lampu penerangan jalan menuju objek wisata juga masih dikeluhkan.  ‘’Jangankan lampu penerangan ke destinasi di pelosok, penerangan jalan menunju Senggigi juga masih gelap,’’ ujar Lanang Patra.

Persoalan keamanan?  Juga masih menjadi catatan. Seperti disampaikan kalangan DPRD NTB dari Komisi I yang membidangi masalah pemerintahan dan hukum.  ‘’Terakhir kita mendapat keluhan dari para pelaku wisata. Terutama pemilik hotel dan penginapan, terkait persoalan keamanan ini,’’ ujar Wakil Ketua Komisi I DPRD NTB, H.L. Darma Setyawan, dalam rapat kerja yang berlangsung di Lombok Tengah (Loteng), beberapa waktu lalu.

Promosi Sia-sia


Darma Setyawan mengaku prihatin atas kondisi keamanan di kawasan wisata khususnya di wilayah Loteng bagian selatan yang terus memburuk. Keluhan yang paling banyak datang dari para wisatawan yang sempat berkunjung ke Loteng.  Masalah keamanan kataya, merupakan faktor pendukung utama kemajuan pembangunan, khususnya  pariwisata. Karena tidak akan artinya, promosi terus dilakukan. Tetapi kondisi keamanan kawasan wisata justru tidak stabil. ‘’Bagaimanapun kuat promosi yang kita lakukan, akan sia-sia kalau kondisi keamanan tidak mendukung,’’ tegasnya.

Wabup Loteng, Drs. H.L. Normal Suzana pada kesempatan itu, mengaku bahwa pemerintah daerah selama ini sudah berupaya semaksimal mungkin menjaga keamanan di kawasan wisatan. Hanya saja, hasilnya masih belum sesuai harapan. Tapi bukan berarti pemerintah daerah akan menyerah begitu saja. ‘’Kita akan terus berupaya semaksimal mungkin menjaga keamananan di kawasan wisata. Tentunya dengan dukungan aparat keamanan yang ada,’’ ujar Normal.

Selain berbagai persoalan di atas, Lanang Patra juga mengingatkan bahwa konsep destinasi wisata harus jelas. ‘’ Setiap objek wisata, konsepnya harus jelas,’’ tegasnya. Dengan konsep jelas, masing-masing destinasi akan memiliki karakter tersendiri. Ketua BPD PHRI NTB ini, melihat masing-masing destinasi  belum terkonsep dengan baik. Menata destinasi tidak boleh ngawur. ‘’Karena itu, sangat penting masing-masing kabupaten/kota yang memiliki objek wisata untuk menyiapkan konsultan dalam menata destinasinya. Agar konsepnya jelas,’’sarannya.

Tidak cukup konsep yang jelas, penataan destinasi juga harus tepat.  ‘’Lokasi parkir harus tersedia. Kemudian harus tersedia tempat berbelanja (souvenir) baru terakhir menuju ke objek wisata.’’ Tetapi dari banyak objek wisata yang ada, pedagang boleh masuk ke areal objek wisata. Ini sudah mengganggu wisatawan yang ingin menikmati objek wisata itu,’’ ujarnya.

Melihat beragam persoalan yang masih ditemukan, intinya Lanang Patra melihat bahwa  destinasi wisata NTB belum di-manage dengan baik. Dengan kondisi yang demikian, langkah-langkah promosi yang dilakukan bias jadi bumerang. Sama seperti yang dikhawatirkan Wakil Ketua Komisi I DPRD NTB. Bahwa promosi akan menjadi sia-sia, jika persoalan-persoalan di atas diabaikan.

Terkait dengan destinasi wisata, Lanang Patra menyarankan agar kabupaten/kota serius menatanya. ‘’Jangan berpikir promosi. Kabupaten/kota cukup tata destinasi dengan baik dan konsep destinasi jelas. Promosi menjadi tugas provinsi,’’ katanya mengingatkan Sebagai pemilik destinasi, kabupaten/kota juga seharusnya menyiapkan brosur-brosur tentang detinasi yang dimilikinya. Brosur ini nanti disiapkan di setiap pintu masuk NTB (bandara /pelabuhan). Jadi begitu wisatawan datang melalui bandara atau pelabuhan, mereka memiliki referensi tentang objek wisata masing-masing daerah di NTB.

Masukan dari berbagai pihak terkait dengan kondisi destinasi wisata NTB bagi Ketua BPPD NTB, Taufan Rahmadi harus disikapi dengan bijak. BPPD yang ranahnya berpromosi selalu mengingatkan dan mengimbau pemilik destinasi (kabupaten/kota) untuk selalu memperhatikan kebersihan, keamanan, kenyamanan, keindahan (Sapta Pesona) destinasi dengan fasilitas pendukungnya. Untuk menciptakan kondisi ini, sangat penting pelibatan masyarakat khususnya warga di sekitar objek wisata. ‘’Urun rembug, berkomunikasi dengan masyarakat sekitarnya merupakan salah satu jalan agar mereka merasa ikut memiliki dan menjaga destinasi tersebut,’’ katanya.

Selain itu,  BPPD juga mengimbau kepada bupati/walikota untuk memberikan perhatian utama kepada destinasi yang dimilikinya. ‘’Karena tentu, kami dari BPPD akan mempromosikan destinasi-destinasi wisata yang memang layak dipromosikan,’’ ujarnya. (Suara NTB)

Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive