Produk cukli yang menarik minat banyak pembeli dalam dan
luar negeri.
|
Cukli adalah kerajinan kayu khas NTB, pusat produksinya ada
di Kota Mataram. Cukli menjadi ikon NTB, namun nasibnya makin tak menentu,
seiring kian lesunya pasar penjualan. Apa dan bagaimana cukli saat ini? Berikut
beberapa penjelasannya.
Cukli merupakan hasil kerajinan industri kayu, baik berupa meja, kursi, tempat tidur. Ada juga yang dibuat dalam bentuk hiasan dinding berupa sketsa wajah, asbak,
meja Al-Qur’an, tempat buah, hingga meja.
Ke semuanya berbahan dasar kayu, hanya saja dibuatkan
hiasan, ataupun gambar menggunakan kulit kerang yang dihaluskan dan ditanam di pahatan
kayu, mengikuti pola gambar yang diinginkan. “Gambar ukiran dari kulit kerang
itulah yang kita sebut cukli,” kata Fendi, perajin sekaligus pengusaha Rara Art
Shop, Rungkang, Sayang-sayang Mataram.
Proses pembuatannya, cukli menggunakan bahan baku utama kayu
mahoni dan jati yang didatangkan dari Sumbawa dan Bima. Awalnya, kayu-kayu
tersebut dibentuk, apakah menjadi meja, kursi atau lemari. Setelah selesai,
prosesnya dilanjutkan dengan pengamplasan sampai hasilnya benar-benar halus.
Setelah selesai, barulah dilakukan pengecatan menggunakan politur,
sehingga memunculkan kesan warna alami. Pada proses selanjutnya, cukli (kerang
yang dipotong-potong sedemikian rupa dimasukkan ke dalam lobangan kayu
mengikuti pola gambar yang diinginkan.
Seorang perajin menunjukkan kerang,
salah satu bahan utama membuat kerajinan cukli. |
Proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, untuk
satu set meja dan kursi tamu, butuh 3 bulan pesanan bisa jadi. Proses
pembuatannya lama karena membutuhkan ketelitian, keahlian dan ketelatenan.
Proses-proses itu jugalah yang membuat harga cukli mahal.
Paling murah untuk asbak dijual Rp 150.000, satu set kursi meja tamu sampai Rp
17 jutaan.
Produk cukli yang menarik minat banyak pembeli dalam dan luar negeri |
Dalam perjalanannya, penjualan cukli terus mengalami trend
penurunan. Persoalan utamanya sejak bom Bali
tahun 2005, penjualan berimbas menurun drastic dari kejadian itu. Betapa tidak,
pengiriman keluar negeri biasanya menggunakan jasa para eksportir Bali.
Sejak itu, perjalanan bisnis dan penjualan cukli sungguh
tertatih-tatih. Sebelumnya, hasil penjualan bisa mencapai ratusan juta per bulan.
Kini untuk mendapatkan Rp 50 juta per bulan saja menurut dia berat.
Tetapi, bagaimanapun kerajinan cukli harus tetap
dipertahankan. Para perajin di Rungkang, ataupun dititik-titik senta pembuatan
lainnya di Kota Mataram, tetap harus berproduksi, guna mempertahankan ikon NTB
dan kepentingan perekonomian perajin.
Seorang perajin sedang membuat kursi dari kayu jati. Setelah
dicat,
kursi ini akan ditaruh kerang untuk menambah indahnya produk. |
Pekerja ‘’Dicaplok’’ Daerah Lain
Para pekerja industri kerajinan cukli Lombok kian hari
banyak dicaplok daerah lain. Ada
indikasi, daerah-daerah yang mencaplok para perajin lokal ini akan membuat
cukli tandingan, kemudian mengklain bahwa cukli adalah industri kerajinan yang
menjadi kekayaan khas daerahnya.
Salah satu daerah tujuan migrasi para perajin adalah adalah
Bali. Perajin-perajin tersebut dibayar untuk menghasilkan kerajinan khas yang
menjadi ikon NTB ini. “Mungkin karena mereka digaji lebih besar. Atau mungkin
saja karena pasar cukli di sini sudah lesu,” ungkapnya.
Proses penempatan kerang ke kursi yang sudah dibuatkan pola |
Kata Fendi, kondisi ini adalah bagian dari kelemahan daerah.
Demikian itu lantaran, selama ini cukli-cukli yang dihasilkan oleh para perajin
selalu dikirim melalui cargo yang ada di Bali maupun Surabaya. Sebab, fasilitasnya tersedia
pelabuhan peti kemas. “Kita kan
belum ada pelabuhan peti kemas. Buyer kita lebih banyak dari Bali
dan Jawa,” terangnya.
0 komentar:
Post a Comment