Be Your Inspiration

Wednesday 14 January 2015

Pemasaran Cukli Lombok Makin Lesu




Produk cukli yang menarik minat banyak pembeli dalam dan luar negeri.

Cukli adalah kerajinan kayu khas NTB, pusat produksinya ada di Kota Mataram. Cukli menjadi ikon NTB, namun nasibnya makin tak menentu, seiring kian lesunya pasar penjualan. Apa dan bagaimana cukli saat ini? Berikut beberapa penjelasannya.


Cukli merupakan hasil kerajinan industri kayu, baik berupa meja, kursi, tempat tidur. Ada juga yang dibuat dalam bentuk hiasan dinding berupa sketsa wajah, asbak,
meja Al-Qur’an, tempat buah, hingga meja.

Ke semuanya berbahan dasar kayu, hanya saja dibuatkan hiasan, ataupun gambar menggunakan kulit kerang yang dihaluskan dan ditanam di pahatan kayu, mengikuti pola gambar yang diinginkan. “Gambar ukiran dari kulit kerang itulah yang kita sebut cukli,” kata Fendi, perajin sekaligus pengusaha Rara Art Shop, Rungkang, Sayang-sayang Mataram.

Deretan produk cukli yang sudah jadi, seperti kursi tamu,
bingkai kaligrafi dan lainnya.

Proses pembuatannya, cukli menggunakan bahan baku utama kayu mahoni dan jati yang didatangkan dari Sumbawa dan Bima. Awalnya, kayu-kayu tersebut dibentuk, apakah menjadi meja, kursi atau lemari. Setelah selesai, prosesnya dilanjutkan dengan pengamplasan sampai hasilnya benar-benar halus.

Setelah selesai, barulah dilakukan pengecatan menggunakan politur, sehingga memunculkan kesan warna alami. Pada proses selanjutnya, cukli (kerang yang dipotong-potong sedemikian rupa dimasukkan ke dalam lobangan kayu mengikuti pola gambar yang diinginkan.


Seorang perajin menunjukkan kerang,
salah satu bahan utama membuat kerajinan cukli.
Proses pembuatannya memakan waktu yang cukup lama, untuk satu set meja dan kursi tamu, butuh 3 bulan pesanan bisa jadi. Proses pembuatannya lama karena membutuhkan ketelitian, keahlian dan ketelatenan.

Proses-proses itu jugalah yang membuat harga cukli mahal. Paling murah untuk asbak dijual Rp 150.000, satu set kursi meja tamu sampai Rp 17 jutaan.

Produk cukli yang menarik minat banyak pembeli dalam dan luar negeri
Kerajinan cukli mulai dikembangkan sejak tahun 80-an. Masa-masa itu, menurutnya menggeluti kerajinan cukli memberi harapan yang cukup besar terhadap perekonomian, khususnya masyarakat Rungkang. Penjualannyapun hingga menembus negara-negara Eropa, bahkan Uni Emirat Arab, belum terhitung Negara-negara di kawasan Asia.

Dalam perjalanannya, penjualan cukli terus mengalami trend penurunan. Persoalan utamanya sejak bom Bali tahun 2005, penjualan berimbas menurun drastic dari kejadian itu. Betapa tidak, pengiriman keluar negeri biasanya menggunakan jasa para eksportir Bali.

Sejak itu, perjalanan bisnis dan penjualan cukli sungguh tertatih-tatih. Sebelumnya, hasil penjualan bisa mencapai ratusan juta per bulan. Kini untuk mendapatkan Rp 50 juta per bulan saja menurut dia berat.
Tetapi, bagaimanapun kerajinan cukli harus tetap dipertahankan. Para perajin di Rungkang, ataupun dititik-titik senta pembuatan lainnya di Kota Mataram, tetap harus berproduksi, guna mempertahankan ikon NTB dan kepentingan perekonomian perajin.


Seorang perajin sedang membuat kursi dari kayu jati. Setelah dicat,
kursi ini akan ditaruh kerang untuk menambah indahnya produk.
Pasar penjualan yang dimaksimalkan adalah pasar domestik, untuk beberapa daerah di Indonesia. Sementara untuk pasar lokal, biasanya permintaan datang dari SKPD-SKPD lingkup pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. “Kita juga berupaya memaksimalkan kerjasama dengan agen travel, bagimana cukli bisa bertahan. Karena masyarakat juga mengandalkan hidup dari kerajinan ini,” demikian Fendi.


Pekerja ‘’Dicaplok’’ Daerah Lain

Para pekerja industri kerajinan cukli Lombok kian hari banyak dicaplok daerah lain. Ada indikasi, daerah-daerah yang mencaplok para perajin lokal ini akan membuat cukli tandingan, kemudian mengklain bahwa cukli adalah industri kerajinan yang menjadi kekayaan khas daerahnya.

Salah satu daerah tujuan migrasi para perajin adalah adalah Bali. Perajin-perajin tersebut dibayar untuk menghasilkan kerajinan khas yang menjadi ikon NTB ini. “Mungkin karena mereka digaji lebih besar. Atau mungkin saja karena pasar cukli di sini sudah lesu,” ungkapnya.

Proses penempatan kerang ke kursi yang sudah dibuatkan pola
Di Bali, sudah berkembang sentra pembuatan cukli, demikian juga di Jawa. Padahal, cukli ini sendiri asal muasalnya adalah Lombok, khususnya Rungkang. Mengapa kemudian daerah-daerah tersebut melirik mengembangkan industri cukli?

Kata Fendi, kondisi ini adalah bagian dari kelemahan daerah. Demikian itu lantaran, selama ini cukli-cukli yang dihasilkan oleh para perajin selalu dikirim melalui cargo yang ada di Bali maupun Surabaya. Sebab, fasilitasnya tersedia pelabuhan peti kemas. “Kita kan belum ada pelabuhan peti kemas. Buyer kita lebih banyak dari Bali dan Jawa,” terangnya.

Selama ini, art shop yang ada di Kota Mataram menggunakan jasa pengiriman dari luar daerah untuk pemesanan di luar negeri. Sebelum Bom Bali 2005 silam, pesanan keluar negeri cukup banyak. Dan rata-rata dikirim melalui buyer di luar daerah. ‘’Mungkin saja, karena melihat potensi bisnis dari penjualan cukli ini, kemudian banyak yang meniru dan membuat cukli langsung di daerahnya, termasuk dengan meminta perajin cukli dari Lombok untuk berproduksi di daerah tersebut,’’ ujarnya.(Suara NTB)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive