Be Your Inspiration

Monday 23 October 2017

Primadona Baru Kerajinan Lombok Itu Bernama Roda Ketak

Kadri menunjukkan tas ketak roda yang dibuatnya dan menjadi primadona baru kerajinan NTB

KETAK merupakan salah satu bahan kerajinan tangan yang banyak dimanfaatkan masyarakat untuk diolah menjadi berbagai kerajinan yang bernilai ekonomi tinggi. Seperti yang dilakukan Kadri, pemilik UD Kadri, yang mengolah ketak menjadi berbagai tas unik yang banyak disukai pembeli.
“Saya sudah menjadi perajin dari tahun 2010 lalu setelah sebelumnya saya belajar dan ikut kerja di orang,” terangnya saat ditemui di Mandalika Expo Puyung Kecamatan Jonggat Lombok Tengah, Sabtu (22/10/2017).

Di tempat tinggalnya, Darmaji, Kopang, ia mengatakan dirinya sebenarnya membuat berbagai macam bentuk ketak sesuai pesanan pembeli. “Tetapi yang sedang menjadi tren sekarang adalah tas ketak berbentuk roda ini,” jelasnya seraya menunjukkan tas yang dimaksud.

Tas roda ini, kata Kadri, baru mulai diproduksinya sejak 4 bulan yang lalu setelah mendapatkan ide. “Saya lihat dulu bagaimana modelnya baru kemudian saya coba-coba buat,” terangnya.
Tas ketak roda Lombok yang menawan

Setelah jadi, barulah dirinya mencoba menjual kepada para konsumen setianya dan ternyata respons mereka bagus. “Mereka suka modelnya karena bentuknya unik dan beda dengan yang lain,” ujarnya.
Pembuatan tas roda ini, kata Kadri, termasuk rumit sehingga tidak heran perajin hanya bisa membuat 2-3 buah tas roda setiap minggunya. “Modalnya juga cukup besar, misalnya yang pakai warna ini modalnya bisa sampai Rp 120 ribu,” jelasnya seraya menunjukkan tas yang dimaksud.

Dalam berproduksi, Kadri dibantu beberapa kelompok binaannya dengan anggota mencapai 400 anggota untuk membuat berbagai berbagai kerajinan dari ketak. “Bahan baku ketak saya peroleh dari Pendem, asalnya dari Kalimantan karena di sini sudah sedikit bahan bakunya,” ujarnya

Dalam 4 bulan produksi tas roda ini, Kadri sudah mampu menjual ribuan tas kepada para pembeli yang menjualnya kembali. “Pasarannya sudah sampai ke Pulau Jawa karena pembeli-pembeli ini banyak yang ambil untuk dijual kembali,” kata Kadri.

Ia mengatakan jika di Darmaji bisa dibilang sentra ketak karena banyak pengusaha ketak yang mengambi barang di dirinya. “Untuk tas roda ini, dalam seminggu saya bisa mengantongi pendapatan bersih sampai Rp 700-800 ribu,” jelasnya.

Harga untuk tas roda ini berbeda tergantung ukuran dan warna tas. “Kalau yang polos, saya hargai Rp 65-100 ribuan, sedangkan kalau yang berwarna harganya Rp 150 ribu ke atas,”jelas Kadri. Dirinya berharap ke depannya usahanya bisa maju sehingga bisa memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya. “Juga agar Darmaji lebih dikenal sebagai sentra ketak bukan hanya di Beleka saja,” tambahnya. (Uul Efriyanti Prayoba)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive