Be Your Inspiration

Thursday 19 May 2016

Legenda Mata Air Sari Gangga (25)


Setelah itu, Putri Ambarwati segera menaiki kudanya disusul prajuritnya yang lain. Mereka kemudian meninggalkan dusun Lendang Kekeh sambil tetap waspada dengan kondisi sekitarnya.

Sementara Amaq Cangking dan 6 prajurit Kerajaan Mantang menuju rumah salah satu penduduk. Mereka kemudian beristirahat sambil tetap berjaga-jaga dengan kondisi sekitarnya.

Salah satu dari penduduk yang sebelumnya bersembunyi keluar dari persembunyiannya terlihat berlari-lari di kejauhan. Sejumlah warga mengikuti di belakangnya. Dengan membawa barang-barang berharga mereka menuju rumah masing-masing.

Kenjung, salah satu komandan prajurit mendekati salah satu di antara mereka dan bertanya mengenai kondisi warga yang berada di persembunyian.

"Gimana keadaan warga yang lain?" tanyanya.

"Mereka semua selamat. Tak ada satupun yang terluka," jawabnya pendek.

"Bagus," ujar Kenjung. "Sekarang benahi rumah dan fasilitas kalian yang dirusak gerombolan penjahat. Dan jangan lupa tetap berjaga-jaga," tambahnya.

"Siap tuan prajurit," jawabnya.

"Amaq Cangking," teriak Kenjung.

"Ada apa prajurit," jawab Amaq Cangking.

"Dusun ini kan selalu diserang orang tidak bertanggung jawab. Gimana kalau Amaq Cangking sudah sehat melatih warga yang lain ilmu bela diri dan membuat pertahanan dari serangan," ujarnya.

"Bagus ide itu, Prajurit Kenjung. Dalam sehari dua hari ini, mudahan saya sehat. Setelah itu, kami akan berlatih ilmu bela diri dan membuat jebakan agar dusun kami tidak selalu jadi sasaran serangan," terang Amaq Cangking.

Warga Dusun Lendang Kekeh kemudian bergotong royong membenahi rumah mereka yang sudah dirusak. Mereka sepakat berlatih ilmu bela diri untuk pertahanan dan keamanan warga di dusunnya.

Sementara di Mantang, Putri Faradilla terlihat sedang kesal. Pedang yang selalu terselip di pinggangnya kini berada di genggamannya. Sejumlah tanaman bunga yang ada di dekatnya menjadi sasaran pedangnya.

Kacek hanya melihat dari kejauhan dengan kondisi tetap siaga.

"Huhhh.... Paman Sentanu, sialan," teriaknya dengan kesal.

"Awass kau, paman,"

Kacek kemudian mendekati Putri Faradilla dan berusaha membujuk agar tidak emosi.

"Ampun Gusti Putri," ujarnya pelan.

"Ada apa Kacek?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Gusti Putri jangan emosi begitu," ujar Kacek mengingatkan.

"Kamu lagi. Kamu sudah bersekongkol dengan Paman Sentanu menghalani hubungan saya dengan Pangeran Kumara. Sekarang, kamu pergi dari hadapanku," perintahnya dengan kesal.

"Maafkan hamba Gusti Putri. Perintah Putri Ambarwati tetap hamba jalani, yakni mengawal Gusti Putri Faradilla dengan segenap jiwa raga hamba," terangnya. (Bersambung)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive