Be Your Inspiration

Saturday 14 May 2016

Pasok Daging untuk Jakarta, Harga Daging di NTB Mahal

Ras Sapi Bali dari NTB
Berdasarkan data, harga daging sapi di NTB cenderung tinggi dibandingkan dengan daerah yang dipasok, seperti DKI Jakarta, Jawa Barat, Bali dan NTT. NTB merupakan daerah pemasok daging sapi di Jakarta, namun harga daging sapi di Jakarta lebih murah dari NTB.

‘’Tingginya harga menyebabkan konsumsi daging di NTB rendah yaitu 1,33 Kg per kapita per tahun,’’ kata Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) NTB, Ir. Hj. Hartina, MM, Selasa (10/5/2016).

Ia mencontohkan, berdasarkan data, harga daging sapi tahun lalu di Jakarta sebesar Rp 105.368 per Kg, Jawa Barat Rp 92.325 per Kg, Bali Rp 95.000 per Kg dan NTT sebesar Rp 86.250 per Kg. Sementara di NTB, harga daging sapi menembus angka Rp 106.979 per Kg. Menurutnya, alur distribusi perlu diperpendek sehingga menyebabkan penurunan harga daging sapi.

Kemudian, memperbaiki transportasi guna memperlancar arus distribusi sapi antardaerah sehingga mengurangi biaya. Selain itu, perlu memperluas jaringan pasar di daerah sehingga mampu menampung produksi daging sapi. Hartina juga menyarankan perlunya upaya pengembangan pengelohan pangan seperti sosis, nugget, abon dan dendeng.

Jumlah produksi daging sapi di NTB tahun 2016 diprediksi sebesar 23.057 ton. Sementara kebutuhan dalam daerah sebesar 8.839 ton. Tahun 2015 lalu, produksi daging sapi NTB sebesar 16.945 ton, sementara kebutuhan atau konsumsi dalam daerah sebesar 6.431 ton. 

Karena Anti Impor

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan), Ir. Hj. Budi Septiani. Budi menyebut  harga daging lokal tinggi di NTB karena kebijakan pemerintah daerah menolak masuknya daging impor.

Sejak tahun 2011, NTB sudah mandiri daging. Hal itulah yang menyebabkan pemerintah daerah tetap ngotot tidak memperkenankan daging impor masuk. ‘’Di Jakarta, NTT, Bali, itu konsumsinya daging impor. Hal itulah yang meyebabkan adanya selisih harga lebih tinggi di banding dengan di NTB. Apa iya kita izinkan daging impor masuk, sementara jumlah petani peternak kita cukup banyak di NTB,” kata Hj. Budi di hubungi di Mataram, Rabu (11/5/2016).

Ia menegaskan, tidak elok sekiranya pihak-pihak tertentu memandang Bumi Sejuta Sapi hanya jargon saja. Ia justru merasa gembira ketika harga daging tinggi dan menguntungkan bagi petani peternak. Persoalan selisih harga menurutnya bukan karena persoalan suplay. Tetapi murni karena psikologis pasar.

‘’Kita di NTB makan daging lokal, tidak ada campur daging impor. Menurut saya wajar kalau harganya bagus, karena yang kita makan daging murni lokal,’’ katanya.

Jikapun harga daging lokal tergolong tinggi, Budi mengatakan tidak bisa melakukan intervensi, dan menjadi ranah Dinas Perindustrian dan Perdagangan mengenai tata niaga distribusinya. Ia mengatakan, selama NTB masih mampu memenuhi kebutuhan dagingnya sendiri, daging impor tak masuk. Sejauh ini, potensi sapi potong NTB dirasa masih sangat aman.

Mengapa? Dalam setahun mampu disiapkan sebanyak 138.000 ekor sapi potong, sementara kebutuhan masyarakat lokal hanya maksimal sampai 70.000 ekor sapi potong pertahun. Sisanya itulah yang kemudian dikirim keluar daerah. Demikian juga untuk sapi bibit, dalam setahun tersedia sebanyak 38.000 bibit, kuota yang diperbolehkan keluar hanya 10.000 bibit.

‘’Potensi kita cukup banyak. Memang tidak bisa dipungkiri terjadi kenaikan harga pada saat bulan puasa, lebaran dan hari-hari besar. Kita harapkan ada subsidi pakan dan distribusi untuk menstabilkan harga. Kita harapkan peran Perindag untuk mengantisipasinya,’’ harapnya. (Nasir/Bul/SN)


Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive