Be Your Inspiration

Thursday 4 August 2016

Bertanding di MTQ Nasional, Taruna Akpol, Siapa Takut?


 
Brigadir Taruna Farhan Arif Sumawiharja dari Jawa Tengah
Pria tegap berbaju dinas kepolisian berkejaran dengan waktu. Tangannya berebut menekan tombol-tombol huruf mesin ketik analog. Sesekali memutar gindaran kertas membuat baris baru. Matanya sibuk mengutip buku-buku referensi yang sudah berantakan di sisi kiri dan kanannya.
BRIGADIR Taruna Farhan Arif Sumawiharja, adalah satu di antara 12 peserta mata lomba Musabaqah Makalah Ilmiah Al Quran yang tengah berkompetisi di babak semifinal, Selasa (2/8/2016).
Mewakili Kafilah Provinsi Jawa Tengah, taruna Akademi Kepolisian (Akpol) Magelang Angkatan 2013 itu berjuang memperebutkan enam tempat di babak akhir.
“Motivasi saya bukan untuk menang atau juara. Tapi saya mau memberi pembuktian. Memperbaiki citra Polri yang sampai saat ini masih belum penuh dipercaya masyarakat,” ungkapnya di sela-sela waktu istirahat siang.
“Kehadiran saya di sini membawa pesan bahwa itu hanya segelintir oknum yang perlu diluruskan. Imbasnya Polri semakin sulit dekat dengan masyarakat,” imbuh pria kelahiran Tangerang Selatan, 8 Agustus, 22 tahun silam itu.
Makalah ilmiah yang disusunnya memang tak jauh dari kiprah aparat kepolisian. Namun, menurut dia, justru itu karya yang harus ia hasilkan. Sebab, nilai-nilai Al Quran sudah senafas dengan cita-cita Polri yang dikumandangkan dalam Undang-undang maupun doktrin.
Ia mencontohkan, dalam babak penyisihan pada Minggu (31/7/2016) lalu, ia menggodok gagasan tentang implementasi Catur Prasetya Polri dalam perspektif Al Quran. Menjabarkan tema lomba yang dibuat dewan hakim.
“Doktrin Catur Prasetya itu apabila dijalankan dengan sungguh-sungguh, mampu mendongkrak kinerja Polri,” terangnya penuh semangat. “Ini yang selama ini belum mampu dihayati dan diimplementasikan dengan baik. Makanya cuma jadi isapan jempol belaka.”
Ia menyayangkan masih saja ada anggota korps Bhayangkara yang menyepelekan doktrin itu. Ia membeberkan bukti berupa masih adanya pelanggaran disiplin bahkan pidana yang dilakukan oknum polisi.
Belum lagi cemoohan masyarakat tentang polisi yang diduga terlibat gembong narkoba, seperti didengungkan Freddy Budiman, terpidana yang dieksekusi mati akhir pekan lalu di Lapas Nusakambangan.
“Ada beberapa yang menganggap itu (doktrin) biasa. Namun, apabila Al Quran dipedomani, itu mampu mendorong keinginan anggota untuk meningkatkan kinerja,” kata lulusan Pondok Pesantren Daar El-Qolam Nahdlatul Ulama, Banten itu.
Salah satu poin Catur Prasetya, sambung Farhan, di antaranya memelihara perasaan tenteram dan damai. Polisi yang mengemban tanggung jawab itu mewujudkannya dalam pemeliharan keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Memang itu amanat konstitusi. Tapi dalam pelaksanaannya, harus ada sinkronisasi harmonis antara masyarakat dan aparat kepolisian,” jelasnya.
Menurut dia, hal itu bakal sulit terwujud apabila polisi belum mampu menunjukkan diri bahwa memang pantas dipercaya masyarakat.
“Bagaimana bisa Polri menjaga tanpa partisipasi masyarakat. Tetapi partisipasi itu akan tumbuh apabila Polri sudah mendapat simpati masyarakat,” kata Farhan.
Ia menjabarkan, upaya Polri itu diwujudkan dengan secara profesional memberi kepastian hukum. Setiap penanganan kasus disinergikan dengan lembaga APH lain. “Polisi menyidik. Kejaksaan menuntut. Pengadilan memutus vonis,” urainya.
Farhan bertekad, implementasi gagasan dalam makalahnya itu bakal menjadi pedomannya ketika lulus Akpol nanti. Saat pengabdiannya kepada masyarakat dijewantahkan secara nyata dalam berdinas Polri.
“Saya tidak punya keinginan karya saya ini dapat merubah kepolisian secara garis besar, karena ini terkait mental jadi prosesnya panjang. Setidaknya ini menjadi cambukan untuk saya sendiri, atau rekan-rekan saya sesama taruna, terangnya. (Wahyu Widiantoro)
Share:

0 komentar:

VISITOR

YANG SAYANG ANDA LEWATKAN

Blog Archive