Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
(PKLK) pad2 Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Dr. Mudjito, AK, MSi |
Anak-anak berkebutuhan khusus membutuhkan perhatian lebih
dari pemerintah. Anak-anak berkebutuhan khusus adalah sama dengan anak-anak
normal lainnya. Namun, di masyarakat masih ada orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus masih menganggap anak mereka adalah aib, sehingga belum
mendapatkan perhatian sebagaimana halnya anak-anak normal lainnya. Padahal,
mereka butuh pendidikan dan harus mendapatkan pelayanan tanpa diskriminasi di
berbagai bidang dan sektor.
Inilah tugas Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus
(PKLK) pada Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemdikbud) Dr. Mudjito, AK, MSi, memperjuangkan adanya penyetaraan
bagi anak-anak berkebutuhan khusus di Indonesia, termasuk di NTB. Baginya,
adanya perhatian lebih dari pemerintah daerah dalam memperhatikan masalah
anak-anak berkebutuhan khusus dengan mengalokasikan anggaran perlu diberikan
apresiasi.
Pada kesempatan ini, pihaknya memberikan apresiasi pada
jajaran Pemkab Lombok Tengah (Loteng) yang dipimpin H. Suhaili FT, SH, sebagai
Kabupaten Berwawasan Inklusi di NTB. Apa yang dilakukan jajaran Pemkab Loteng
tersebut mesti diikuti daerah lain di NTB, termasuk NTB bisa menjadi Provinsi
Berwawasan Inklusi. Dibandingkan dengan sebelumnya, Sekolah Luar Biasa (SLB)
atau sekolah umum tertatih-tatih dalam memperjuangkan sekolah berwawasan
inklusi. Sementara sekarang ini, pemerintah pusat siap memberikan dukungan
penuh pada pemerintah daerah terhadap penyelenggaraan pendidikan bagi anak-anak
berkebutuhan khusus. ‘’Sekarang ini, sudah ada support. Kami siap dukung daerah,’’ ujarnya pada Suara NTB di Mataram, Rabu (25/6).
Terkait hal itu, lanjutnya, pihaknya mendukung penuh rencana
Kepala Bidang Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKLK) pada Dinas Pendidikan
Pemuda dan Olahraga (Dikpora) NTB Dr. Ir. H. Manggaukang Raba, MM, menjadikan
NTB sebagai salah satu Provinsi Berwawasan Inklusi. Namun, sebelum mewujudkan
program ini, pemerintah daerah harus mempersiapkan beberapa regulasi yang
dibutuhkan, sehingga mewujudkan Provinsi Berwawasan Inklusi sesuai dengan
harapan.
Diakuinya, Kepala Bidang PKLK Dikpora NTB H. Manggaukang
Raba meminta pusat me-launching NTB
sebagai Provinsi Berwawasan Inklusi tanggal 17 Desember 2014 atau bertepatan
dengan HUT NTB ke 56. Namun, pihaknya meminta pemerintah daerah harus
melengkapi persyaratan yang dibutuhkan, sehingga program dimaksud cepat
terwujud. ‘’Diperlukan langkah-langkah yang kongkret dan tidak hanya sekadar
wacana. Mewujudkan itu harus didukung regulasi, anggaran, peraturan gubernur
atau tim pokja di lapangan. Paling tidak, tahun depan, itu sudah bisa
diwujudkan,’’ ujarnya meyakinkan.
Pihaknya yakin, Gubernur NTB Dr. TGH. M. Zainul Majdi yang
merupakan tokoh agama di NTB akan memberikan dukungan penuh terhadap pendidikan
berwawasan inklusi, apalagi ini bisa meningkatkan angka partisipasi masyarakat
dan indeks pembangunan manusia (IPM). Belum lagi, ujarnya, gubernur memiliki
kepedulian yang tinggi terhadap masalah pendidikan di NTB, termasuk sekolah
bagi berkebutuhan khusus.
Selain itu, sebagai bentuk dukungan pihaknya kepada
pemerintah daerah dalam menjadikan NTB sebagai Provinsi Berwawasan Inklusi,
pemerintah pusat siap mengalokasikan anggaran pembangunan Sekolah Luar Biasa
(SLB) di Kabupaten Lombok Utara (KLU), karena belum memiliki SLB. Namun,
semuanya tergantung dari Pemerintah KLU dalam menyediakan lahan bagi
pembangunan SLB dimaksud. Artinya, ketika sudah ada lahan bagi pembangunan SLB
di KLU, pihaknya siap langsung mengalokasikan anggaran.
Mudjito mengakui, sekolah pendidikan inklusi berbeda dengan
sekolah umum. Sekolah bagi anak-anak berkebutuhan khusus memiliki fasilitas
berbeda, begitu juga dengan tenaga pengajar yang harus menempuh pendidikan
khusus pula. ‘’Sebagai contoh Lombok Tengah telah mengirim empat tenaga
pengajar di Universitas Negeri Surabaya. Mereka dibiayai sampai mereka tamat,
setelah itu, mereka kembali mengajar di daerah asal,’’ terangnya.
Sementara Kepala Bidang PKLK pada Dinas Dikpora NTB H.
Manggaukang Raba, memberikan apresiasi positif atas dukungan positif terkait
keinginan pihaknya menjadikan NTB sebagai salah satu Provinsi Berwawasan
Inklusi. Pihaknya melihat masalah anak-anak berkebutuhan khusus masih
membutuhkan perhatian serius dari pemerintah, sehingga pendidikan mereka bisa
setara dengan anak-anak normal lainnya.
Diakuinya, pihaknya berkeinginan memberikan kado bagi
Pemprov NTB di ulang tahunnya ke 56 tanggal 17 Desember mendatang berupa daerah
yang berwawasan inklusi. Namun, banyaknya persyaratan yang harus dilengkapi
membuat pihaknya harus bersabar dan berjuang hingga tahun depan. ‘’Rencana 17
Desember 2014 ini mau launching. Tapi
pusat bilang pelan-pelan,’’ ujarnya.
Kepala Bidang PKLK pada Dinas Dikpora NTB H. Manggaukang Raba |
0 komentar:
Post a Comment